Tuesday, October 28, 2014

abbas bin ubadah bin nadlhah - saksi mata dua baiat kepada nabi muhammad


Abbas bin Ubadah bin Nadlhah
Saksi Mata Dua Baiat Kepada Nabi Muhammad SAW

Sahabat Abbas bin Ubadah bin Nadhlah merupakan sahabat Anshar yang mula-mula memeluk Islam (as sabiqunal awwalun). Ia berasal dari Bani Sulaim bin Auf, Suku Khazraj dan termasuk salah satu dari dua belas orang yang berba'iat kepada Rasulullah di bai’at Aqabah yang pertama. Ia juga menyertai Ba'iatul Aqabah yang kedua, sebagai tonggak awal pembentukan negeri Muslim di Madinah.

Pada Ba’iatul Aqabah kedua itu, setelah Abul Haitsam berpidato kepada kaumnya, suku Aus, untuk menerima dan membela Nabi SAW, Abbas bin Ubadah juga berpidato kepada kaumnya, Suku Khazraj dengan ajakan yang sama. Antara lain ia berkata,"…jika kalian menyaksikan harta benda kalian musnah, dan orang-orang terhormat di antara kalian terbunuh, apakah kalian akan melemparkan beliau ke dalam kehancuran, dan tidak melindunginya dari musuh? Jika itu terjadi, maka Demi Allah, itu adalah kehinaan kalian di dunia dan di akhirat. Bawalah beliau, korbankanlah harta kalian dan tidak mengapa orang-orang terhormat kalian terbunuh, karena demi Allah, itu akan menjadi kebaikan dunia dan akhirat."

Prosesi Ba'iatul Aqabah kedua itu terjadi pada sepertiga malam yang terakhir pada salah satu hari tasyriq. Memang dipilih waktu yang sepi dan gelap untuk tidak diketahui oleh kaum kafir Quraisy. Tetapi setelah seluruh proses ba'iat itu selesai, ada seorang kafir yang memergoki kumpulan tersebut.

Ia berteriak dari ketinggian, "Wahai orang-orang yang ada di dalam rumah masing-masing. Apakah kalian menghendaki Muhammad dan orang yang berkumpul bersamanya keluar dari agama nenek moyang? Lihatlah, mereka berkumpul di tempat penggembalaan kalian."

"Demi Allah, ini bahaya," kata Nabi SAW.

Mendengar ucapan Nabi SAW ini, Abbas bin Ubadah berkata, "Demi yang mengutus engkau dengan kebenaran, jika engkau berkenan, besok kami akan menghabisi penduduk Mina dengan pedang-pedang kam."

Tetapi Nabi SAW bersabda, "Kami tidak diperintahkan untuk itu, kembalilah kalian ke tenda kalian.”

Mereka kembali ke tenda masing-masing dan tidur. Keesokan harinya, beberapa pembesar Quraisy datang ke perkemahan penduduk Yatsrib, dan menanyakan kebenaran peristiwa semalam. Abdullah bin Ubay bin Salul, pemimpin rombongan haji dari Yatsrib—yang di kemudian hari menjadi pentolan kaum munafik Madinah, dengan tegas berkata, "Itu bohong, kaumku tidak mungkin bertindak secara lancang melangkahiku. Apapun yang dilakukan penduduk Yatsrib, mereka selalu meminta pertimbangan dariku.”

Sementara itu, tujuh puluh lebih orang yang telah memeluk Islam berbaur dengan yang lainnya, dan sama sekali tidak berkomentar apa-apa. Kaum Quraisy tidak bisa berbuat apa-apa karena tidak ada bukti dan saksi yang menguatkan dugaannya tersebut.

Inilah titik tolak awal bangkitnya Islam, dua suku terkuat di Madinah yang sebelumnya saling berperang bersedia berkorban untuk mendukung Nabi SAW. Dua tokohnya, Abbas bin Ubadah dari Khazraj dan Abul Haitsam at Tayyihan dari Aus, berhasil meyakinkan kaumnya untuk berdiri di belakang Nabi SAW demi menegakkan dan memenangkan Islam

Sahabat Abbas bin Ubadah bin Nahdlah ra. salah seorang sahabat nabi yang ditakdirkan pernah menjadi saksi dua bai’at Aqabah. Ia salah seorang sahabat Anshar yang memiliki garis keturunan dari suku Khazraj.

Pada saat bai’at yang pertama, Abbas bin Ubadah berbaiat bersama 11 orang lainnya. Mereka adalah:

Abu Umamah

As’ad bin Zararah

Ubadah bin Shamit

Malik bin Thayyihan

Uwaim bin Sa’idah bin Shal’ajah

Dzakwan bin Abdi Qais

Quthbah bin Amir bin Hadidah

Rafi bin Malik bin Ajlan

Uqbah bin Amir bin Nabi

Zaid bin Tsa’labah

Auf bin Harits

Apa isi bai’at yang disampaikan Rasulullah SAW dan mereka sanggupi itu, menurut catatan bannyak ahli sejarah Islam adalah:

Tidak menyekutukan Allah.

Tidak mencuri.

Tidak berzina.

Tidak membunuh anak-anak.

Tidak berdusta.

Tidak melakukan dosa baik tangan, atau kaki.

Tidak menentang perbuatan baik.

Saat itu Nabi SAW berjanji, apabila mereka mampu memenuhi janji itu maka mereka mendapatkan surga. Jikalau mereka melanggar salah satunya maka mereka mendapatkan siksa di dunia sebagai tebusan atas dosa mereka. Jika kesalahan mereka tidak tertebus sampai hari kiamat maka hal itu urusan Allah, apakah Allah akan menyiksanya atau mengampuninya.

Bai’at Aqabah II

Bai’at Aqabah II terjadi karena pada musim haji berikutnya sahabat Abbas bin Ubadah bin Nahdlah kembali membawa banyak orang dalam rombongan. Di samping mereka yang sudah menjadi mukmin-- 70 Muslim awal ditambah dua perempuan yakni Ummu Umarah dan Ummu Manik, ternyata terdapat juga beberapa orang musyrik yang bergabung. Namun mereka dapat dipercaya untuk dapat mengawal rombongan besar tersebut.

Pada malam yang sudah disepakati, ketika gelap malam benar-benar sudah larut, dipilihlah lokasi yang jauh dari mata-mata musyrikin Quraisy. Kembali, Aqabah tempatnya.

Pada malam itu Nabi SAW datang ditemani bersama paman beliau, Abbas bin Abdul Muthallib. Ketika itu Abbas dipersilahkan berbicara lebih dahulu, membuka acara bai’at Aqabah II tersebut.

Setelah mereka memahami apa yang dikatakan Abbas, rombongan dari Madinah itu menghendaki Rasulullah SAW memberikan arahan dan membai’at mereka. Rasulullah SAW bersabda, “Aku membai’at kalian untuk melindungi, seperti kalian melindungi perempuan dan anak-anak kalian.” Serempak mereka menerima lalu berbai’at untuk setia dan amanah atas bai’at tersebut.

Abbas bin Ubadah saat itu menyeru kepada kaumnya, agar mereka mempertimbangkan matang-matang keputusan untuk bai’at itu. Mereka diminta tidak ragu-ragu, tidak setengah-setengah dalam melakukan bai’at kepada Rasulullah SAW. “Jika masih kuatir, jangan kalian berbai’at sebab resikonya berat. Kalian masih boleh mengundurkan diri dan mencabut bai’at dari Rasulullah SAW.” Tak ada yang mundur. Semua yakin atas langkah yang mereka ambil.

Gugur di Uhud

Sebelum rombongan kembali ke Madinah, Rasulullah meminta mereka untuk menentukan 12 orang yang melakukan tugas koordinasi di Kota Madinah. Ditetapkan 9 orang wakil dari suku Khazraj dan 30 orang dari suku Aus.

Semangat mereka membara setelah mengangkat bai’at. Mereka menegaskan kepada Rasulullah SAW apabila diperintahkan saat itu juga, mereka siap menghancurkan kaum musyrikin Quraisy yang ada di Mina.

Melihat para sahabat barunya yang penuh semangat tersebut, beliau tersenyum. Muhammad Raji Hasan Kinas dalam bukunya mengutipsabda Rasulullah kepada para sahabat barunya, “Bersabarlah. Kami tidak diutus dan diperintahkan untuk melakukan kekerasan. Pergilah dan pulanglah ke tenda-tenda kalian.”

Sejarah mencatat, sahabat Abbas bin Ubadah bin Nahdlah tidak ikut rombongan pulang ke Madinah. Ia memilih tetap tinggal di Makkah bersama Rasulullah SAW. Dengan cepat ia melakukan transformasi ilmu pengetahuan, utamanya ilmu-ilmu keislaman. Dalam waktu singkat ia menjadi seorang alim dalam ilmu pengetahuan serta berakhlak terpuji.

Abbas bin Ubadah pergi berhijrah ke Madinah ketika Nabi SAW mendapatkan perintah hijrah. Karenanya, ia dikenal pula sebagai sahabat Anshar yang ikut berhijrah (muhajirin).

Dalam perang Uhud, Abbas bin Ubadah memperlihatkan keberaniannya yang besar. Banyak musuh yang dibabatnya tewas. Di Uhud pula cita-citanya untuk syahid diraihnya. Abbas gugur di medan laga Uhud. Jika Anda sempat berziarah ke Uhud, jangan lupa menyebut lirih namanya. Nama seorang saksi kebenaran ajaran Nabi. [dsy/ensiklopedia biografi sahabat Nabi dan berbagai sumber] [inilah.com]

20/9

Wednesday, October 22, 2014

lelaki yang berjalan di surga


Lelaki yang berjalan di Surga
Oleh: Edy Mulyadi

Khalifah Utsman bin Affan RA tewas dibunuh. Terjadi perselisihan sengit di antara para sahabat tentang apa hukuman yang tepat bagi pelakunya.

Begitu hebatnya perselisihan itu, hingga mengakibatkan peperangan antara mereka. Ini terjadi karena disusupi oleh orang-orang yang mengadu domba. Peristiwa itu terjadi para tahun 36 H. Puncaknya, terjadi Perang Jamal.

Dalam perang saudara ini, Zubair bin Awwam dan Thalhah bin Ubaidillah sempat berseberangan dengan Ali bin Abi Thalib. Keduanya bertolak dari Mekah menuju Bashrah, Irak, untuk menuntut ditegakkannya hukum atas para pembunuh Utsman. Padahal keduanya termasuk dari 10 sahabat yang dijamin masuk surga.

Tentu saja melihat kenyataan ini Ali bin Thalib bersedih. Namun setelah Ali mengingatkan mereka, keduanya pun akhirnya tidak lagi bersebarangan dengan Khalifah. Namun setelah pergi dari perang fitnah itu, Zubair wafat dibunuh oleh seorang penghianat yang bernama Amr bin Jurmuz. Peristiwanya terjadi saat dia melakukan shalat.

Zubair bin Awwam RA wafat pada Rabiul Awal tahun 36 H dengan usia 66 atau 67 tahun. Kabar wafatnya Zubair membuat duka amat mendalam bagi amirul mukminin Ali bin Abi Thalib RA. Dia mengatakan, “Nerakalah bagi pembunuh putra Shafiyyah ini.”

Saat pedang Zubair dibawakan ke hadapannya, Ali pun menciumi pedang tersebut sambil berurai air mata, lalu berucap “Demi Allah, pedang yang membuat pemilikinya mulia (dengan berjihad) dan dekat dengan Rasulullah.

Ali menatap kubur Thalhah dan Zubair sambil mengatakan, “Sungguh kedua telingaku ini mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Thalhah dan Zubair berjalan di surga.

19/9

Tuesday, October 21, 2014

zubair bin awwam - lelaki yang ditiru malaikat jibril di perang badar


Zubair bin Awwam (2)
Lelaki yang Ditiru Malaikat Jibril di Perang Badar


Buat sebagian besar ummat Islam, Umar bin Khatab adalah sahabat utama Rasulullah SAW yang gagah berani. Dia juga jenderal perang yang cerdas dan tangguh. Ummat Islam juga mengenal Khalid bin Walid yang Rasulullah beri gelar saifullah, pedang Allah. Kedua sahabat mulia ini adalah para pahlawan Islam yang gagah berani.

Namun mungkin tidak banyak yang tahu, bahwa orang yang pertama kali menghunus pedang di jalan Allah adalah Zubair. Ya, sahabat yang pertama kali menghunus pedangnya untuk membela Islam ternyata UUmar. Bukan pula Khalid bin Walid sang Saifullah. Lelaki itu adalah Zubair bin Awwam.

Informasi ini diperolen dari Aurah dan Ibnu al-Musayyib. Keduanya berkata, “Laki-laki pertama yang menghunuskan pedangnya di jalan Allah adalah Zubair.”

Peristiwa tersebut terjadi saat Rasulullah SAW diganggu. Dan, Zubair adalah sahabat yang pertama kali menghunuskan pedangnya kepada orang-orang yang mengganggu Nabi.

Dari Jabir bin Abdillah RA, suatu ketika Rasulullah SAW bersabda pada hari Perang Ahzab, “Siapa yang akan memerangi Bani Quraidhah?” Zubair menjawab, “Saya.”

Beliau kembali bertanya, “Siapa yang akan memerangi Bani Quraidhah?”

Zubair kembali merespon, “Saya”

Lalu Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya setiap nabi memiliki hawari (teman-teman setia). Dan hawariku adalah Zubair.”

Kemuliaan dan keberanian Zubair dalam membela Islam telah membuat malaikat Jibril tampil dengan fisik Zubair bin Awwam di Perang Badar.

Diriwiyatkan dari Aurah bin Zubair, dia berkata, “Hari itu Zubair mengenakan mantel kuning. Lalu Jibril turun dengan menyerupai Zubair. Di Perang Badar, Rasulullah menempatkan Zubair di sayap kanan pasukan. Lalu ada sosok Zubair mendekati Rasulullah. Beliau berkata kepadanya, “Perangilah mereka wahai Zubair!” Lalu orang itu menjawab, “Aku bukan Zubair.” Akhirnya Rasulullah mengetahui bahwa itu adalah malaikat yang Allah turunkan dengan sosok Zubair untuk membantu kaum muslimin di Perang Badar. [inilah.com]

19/9

zubair bin awwam - diselimuti tikdar dan dibakar agar kembali ingkar

Zubair bin Awwam - Diselimuti Tikar dan Dibakar Agar Kembali Ingkar
Ada 10 sahabat nabi yang ketika masih hidup sudah dijamin masuk surga. Salah satunya adalah Zubair bin Awwam. Kemuliaan Zubair antara lain ditunjukkan dengan luas dan dalamnya ilmu yang dimiliki.

Dia adalah salah satu sahabat yang menjadi tempat bertanya sahabat lain tentang banyak hal. Bahkan Zubair adalah seorang dari enam ahli syura yang memusyawarahkan pengganti khalifah Umar bin Khattab.

Zubair bisa disebut masih kerabat Rasulullah SAW. Ayahnya adalah saudara laki-laki Khadijah binti Khuwailid, ummul mukminin. Sedangkan ibunya adalah bibi Rasulullah SAW, Shafiyyah binti Abdul Muthalib. Silsilah keluarganya sebagai berikut: Zubair bin Awwam bin Khuwailid bin Asad bin Abdul Uzza bin Qushay bin Kilab al-Qurasyi al-Asadi.

Zubair dilahirkan 28 tahun sebelum hijrah. Dia masuk Islam di Mekah saat berusia 15 tahun melalui Abu Bakar ash-Shiddiq RA. Keislamannya telah menimbulkan kemarahan orang-orang kafir Quraisy, terutama keluarganya.

Begitu marahnya keluarga besar Zubair, hingga pamannya menggulung badannya dengan tikar, lalu dipanaskan dengan api. Tujuannya, tentu saja agar dia kembali ke agama nenek moyangnya. Namun hidayah Allah telah tertanam dengan amat kuat dalam kalbunya.

“Aku tidak akan kembali pada kekufuran selama-lamanya,” ujarnya tegas.

Keistimewaan lain Zubair adalah, dia dua kali ikut hijrah. Yang pertama, hijrah ke Habasyah. Dari sini dia lalu menikah dengan putri Abu Bakar, Asma binti Abu Bakar RA. Kedua, hijrah ke Madinah. Anak pertamanya diberi nama Abdullah. Sedangkan yang kedua kedua bernama Mush’ab RA [inilah.com]

19/9

doa abu nawas merayu tuhan


Doa Abu Nawas Merayu Tuhan
Abu Nawas sebenarnya adalah seorang sufi yang cerdas.
Tak mengherankan jika Abu Nawas mempunyai murid yang tidak sedikit.

Suatu ketika ada tiga orang tamu bertanya kepada Abu Nawas dengan pertanyaan yang sama.Orang pertama mulai bertanya, “Manakah yang lebih utama, orang yang mengerjakan dosa-dosa besar atau orang yang mengerjakan dosa-dosa kecil?”

“Orang yang mengerjakan dosa-dosa kecil,” jawab Abu Nawas.
“Mengapa?” kata orang pertama.
“Sebab lebih mudah diampuni oleh Tuhan,” kata Abu Nawas.

Orang pertama puas karena ia memang yakin begitu.

Orang kedua bertanya dengan pertanyaan yang sama. “Manakah yang lebih utama, orang yang mengerjakan dosa-dosa besar atau orang yang mengerjakan dosa-dosa kecil?”
“Orang yang tidak mengerjakan keduanya.” jawab Abu Nawas.
“Mengapa?” kata orang kedua.

“Dengan tidak mengerjakan keduanya, tentu tidak memerlukan pengampunan dari Tuhan,” kata Abu Nawas. Orang kedua langsung bisa mencerna jawaban Abu Nawas.

Orang ketiga juga bertanya dengan pertanyaan yang sama. “Manakah yang lebih utama, orang yang mengerjakan dosa-dosa besar atau orang yang mengerjakan dosa-dosa kecil?”

“Orang yang mengerjakan dosa-dosa besar,” jawab Abu Nawas.
“Mengapa?” kata orang ketiga.
“Sebab pengampunan Allah kepada hambaNya sebanding dengan besarnya dosa hamba itu,” jawab Abu Nawas.
Orang ketiga menerima alasan Abu Nawas.

Singkatnya, ketiga orang itu pulang dengan perasaan puas.

Karena belum mengerti seorang murid Abu Nawas bertanya. “Mengapa dengan pertanyaan yang sama bisa menghasilkan jawaban yang berbeda?”
“Manusia dibagi tiga tingkatan. Tingkatan mata, tingkatan otak dan tingkatan hati.”
“Apakah tingkatan mata itu?” tanya murid Abu Nawas.
“Anak kecil yang melihat bintang di langit. la mengatakan bintang itu kecil karena ia hanya menggunakan mata,” jawab Abu Nawas mengandaikan.
“Apakah tingkatan otak itu?” tanya murid Abu Nawas.
"Orang pandai yang melihat bintang di langit. la mengatakan bintang itu besar karena ia berpengetahuan,” jawab Abu Nawas.
“Lalu apakah tingkatan hati itu?” tanya murid Abu Nawas.
“Orang pandai dan mengerti yang melihat bintang di langit. la tetap mengatakan bintang itu kecil walaupun ia tahu bintang itu besar. Karena bagi orang yang mengerti tidak ada sesuatu apapun yang besar jika dibandingkan dengan KeMaha-Besaran Allah.”

Kini murid Abu Nawas mulai mengerti mengapa pertanyaan yang sama bisa menghasilkan jawaban yang berbeda. la bertanya lagi.

“Wahai guru, mungkinkah manusia bisa membujuk Tuhan?”
“Mungkin.”
“Bagaimana caranya?” tanya murid Abu Nawas ingin tahu.
“Dengan merayuNya melalui pujian dan doa.”
“Ajarkanlah doa itu padaku, wahai Guru,” pinta murid Abu Nawas.

“Doa itu adalah : Illahi lastu lil firdausi ahla, wala aqwa’alan naril jahimi, fahabli taubatan waghfir dzunubi, fa innaka ghafiruz dzanbil ‘adhimi. Wahai Tuhanku, aku ini tidak pantas menjadi penghuni surga, tetapi aku tidak akan kuat terhadap panasnya api neraka. Oleh sebab itu terimalah tobatku serta ampunilah dosa-dosaku. Karena sesungguhnya Engkaulah Dzat yang mengampuni dosa-dosa besar." [Inilah.com]

19/9

Tuesday, October 14, 2014

bolehkan perempuan menggunakan parfum - 3


Bolehkah Perempuan Menggunakan Parfum? (III)


Dimana lagi kaum perempuan boleh menggunakan wewangian? Apakah di masjid juga boleh?

Diriwayatkan oleh Abu Daud dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda, ''Janganlah kamu melarang hamba-hamba perempuan Allah menghadiri masjid-masjid Allah. Tetapi hendaklah mereka keluar tanpa memakai wewangian.''

Hal itu disebabkan dekatnya jarak antara jamaah laki-laki dan perempuan di dalam masjid. Menurut Abul Halim, aroma wangi seringkali muncul dari jamaah perempuan, sehingga dikhawatirkan menyebabkan fitnah.

Abul Halim kemudian menyimpulkan, ada etika yang mesti diperhatikan oleh kaum Muslimah ketika menggunakan wewangian. Pertama, tidak menggunakan wewangian yang aromanya kuat. Kedua, tidak diniatkan untuk memikat perhatian laki-laki. Dan ketiga, tidak memakainya ketika pergi ke masjid. [inilah.com]

18/9

bolehkan perempuan menggunakan parfum - 2


Bolehkah Perempuan Menggunakan Parfum? (II)


Saat kapan saja perempuan boleh menggunakan wewangian atau parfum? Sebenarnya kapan saja. Malah diutamakan saat menghadapi suaminya saat mau tidur.

Penulis buku Fiqh al-Mar'ah al-Muslimah, Ibrahim Muhammad al-Jamal mengatakan, haram hukumnya bagi seorang Muslimah memakai wewangian yang menyengat, kecuali jika ia berhias untuk suaminya.

Pendapatnya itu diperkuat dengan pernyataan Asy-Syaukani, ''Bahwa wanita yang berjalan melewati majelis sedang dia memakai minyak wangi yang baunya menyengat hidung, wanita itu disebut 'pezina'.''

Pendapat serupa diajukan oleh Abul Halim Abu Syuqqah. Ia menuliskan dalam bukunya Kebebasan Wanita, bahwa apabila seorang perempuan melewati suatu kaum dengan niat agar mereka mencium aroma minyak wanginya, perempuan itu sama dengan menyebarkan fitnah.

Jadi wewangian itu sebenarnya digunakan oleh perempuan yang sudah menikah justru saat menjelang tidur atau di rumah dan bertemu dengan suaminya. [inilah.com]

18/9

bolehkan perempuan menggunakan parfum - 1


Bolehkah Perempuan Menggunakan Parfum? (I)


Perempuan modren saat ini tak akan jauh dari wewangian. Banyak produk-produk wewangian baik dibuat dari dalam negeri maupun luar, dari murah maupun mahal, dikonsumsi perempuan. Harganya, mulai dari yang murah hingga jutaan rupiah per 100 cc.

Sebenarnya sudah sejak lama masalah ini dibahas ahli hukum Islam. Tema ini telah banyak dikupas oleh ulama, dan memantik perbedaan pendapat apakah hukumnya mubah, makruh, atau haram.

Jika kita merunut melalui sunnah dan tradisi Rasulullah SAW, sebenarnya Nabi menganjurkan umatnya menjaga kebersihan, baik kebersihan diri maupun lingkungannya. Hal yang paling penting adalah menjaga aroma tubuh tetap wangi. Hal ini untuk memastikan, seorang Muslim identik dengan kesegaran dan kewangian.

Imam Muslim meriwayatkan sebuah hadis dari Anas bin Malik: ''Aku tidak pernah mencium wewangian atau minyak wangi yang berbau lebih harum daripada keharuman Rasulullah SAW.''

Selain hadis di atas, masih banyak lagi riwayat yang menggambarkan kebersihan pakaian dan badan Nabi, serta aroma wangi yang terpancar dari tubuh beliau.

Dari berbagai hadis secara tersurat mengajarkan umat Muslim hendaknya menggunakan wewangian yang aromanya dapat dirasa oleh orang lain.

Nah, pertanyaannya apakah hadis tersebut juga berlaku bagi kaum perempuan? Bolehkah Muslimah memakai wewangian yang aromanya menyengat, hingga data tercium oleh laki-laki yang bukan muhrimnya?

Ada sejumlah pendapat menyikapi persoalan ini. Status hukum pemakaian wewangian oleh Muslimah tergantung pada kekuatan aroma minyaknya, tempat memakainya, dan niatnya. Mengenai kekuatan aroma minyak, terdapat hadis dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah bersabda, ''Sesungguhnya minyak wangi untuk laki-laki ialah yang kuat aromanya dan kalem warnanya, sedangkan minyak untuk perempuan ialah yang mencolok warnanya dan kalem aromanya.'' (HR An-Nasa'i dan At-Tirmidzi). [inilah.com]

18/9

Monday, October 13, 2014

tsabbit bin qais - juru bicara rasul yang berwasiat setelah syahid


Tsabit bin Qais - Juru Bicara Rasul yang Berwasiat Setelah Syahid


Tsabit bin Qais adalah sahabat Rasulullah SAW dari golongan kaum Anshar. Badannya tegap, kekar, suaranya lantang. Dengan kefasihan lidah dan suara lantangnya, Tsabit bin Qais terkenal sebagai orator. Kepiawaiannya berkata-kata telah menjadikan dirinya dipercaya Rasulullah sebagai orator dan juru bicara beliau.

Tsabit mulai ikut berperang pada saat Perang Uhud. Pedangnya kala itu banyak menewaskan kaum kafir Quraisy. Selain berkata-kata, ia memang piawai memainkan senjata.

Tsabit juga memiliki sifat terpuji yang terpendam dalam jiwanya: dia seorang Mukmin yang selalu takut dan malu kepada Allah. Misalnya, ketika turun ayat 18 dari Surat Luqman:

“Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.”

Ayat itu membuat Tsabit menutup pintu rumah dan menangis tersedu-sedu. . Ia tetap berada dalam keadaan itu beberapa lama, hingga beritanya sampai kepada Rasulullah. Beliau memanggil dan menanyainya.

Tsabit menjawab, “Wahai Rasulullah, aku ini menyukai pakaian yang indah dan alas kaki yang bagus. Aku takut bila karena itu aku menjadi orang yang congkak dan sombong.”

Nabi SAW menanggapi jawaban itu dengan senyum. “Ya Tsabit,” kata Rasulullah. “Engkau tidak termasuk ke dalam golongan mereka. Sebaliknya, engkau hidup dalam kebaikan, mati dalam kebaikan, dan engkau akan masuk surga.”

Hal yang sama terjadi ketika turun firman Allah SWT yang kemudian kita kenal sebagai ayat ke-2 Surat Al Hujuraat:

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu meninggikan suaramu melebihi suara Nabi, dan janganlah kamu berkata kepadanya dengan suara yang keras, sebagaimana kerasnya suara sebagian kamu terhadap sebagian yang lain, supaya tidak hapus (pahala) amalanmu, sedangkan kamu tidak menyadari.”

Tsabit menutup pintu rumah, dan menangis. Saat kembali hadir dalam pengajian Rasulullah, Rasulullah bertanya tentang hal itu. Tsabit menjawab, “Aku ini orang bersuara keras dan pernah meninggikan suaraku lebih tinggi dari suaramu, wahai Rasulullah. Ini berari, amalku menjadi gugur dan aku termasuk penduduk neraka.”

Rasulullah menanggapinya dan berkata, “Engkau tidaklah termasuk salah seorang di antara mereka, bahkan engkau hidup terpuji. Engkau akan berperang hingga gugur syahid, dan Allah akan memasukkanmu ke dalam surga!”

Benar, dalam perang Yamamah untuk memerangi nabi palsu Musailamah Al-Kadzab, Tsabit menjumpai syahidnya. Namun sebelum syahid, dengan suara lantang ia menyerukan kaum Muslim yang saat itu tercerai berai ketakutan, berpadu kembali melawan tentara Musailamah. “Demi Allah, bukan begini caranya kami berperang bersama Rasulullah,” kata Tsabit sambil maju menyongsong kedatangan tentara musuh.

Tatkala Tsabit menemui kesyahidannya, seseorang yang baru saja masuk Islam melintas di dekat jenazahnya. Dilihatnya pada tubuh Tsabit masih terpasang baju zirahnya yang berharga. Orang itu berpikir, dirinya berhak mengambil baju zirah itu untuk dirinya.

Beberapa malam setelah kejadian itu, seorang sahabat bermimpi didatangi Tsabit. Ia berkata,”Aku hendak mewasiatkan kepadamu satu hal, jangan engkau mengatakan ini hanya mimpi dan kemudian kamu sia-siakan. Aku gugur sebagai syahid, dan seorang Muslim melintas di dekat mayatku, mengambil baju besiku. Rumahnya sangat jauh, dan kudanya selalu dalam ikatan tali kekangnya. Baju besi itu disimpan dan ditutupi sebuah periuk besar. Periuk besar itu didudupi pelana unta.”

“Temuilah Khalid (bin Walid) dan mintalah agar mengirimkan orang untuk mengambilnya. Dan bila engkau telah sampai di madinah dan menghadap Khalifah Abu Bakar, katakana kepadanya bahwa aku mempunyai utang sekian banyaknya, aku berharap ia bersedia membayarnya.”

Sahabat itu seketika terbangun dari tidurnya. Segera ia menghadap Khalid bin Al-Walid , menceritakan mimpinya. Khalid pun mengutus seseorang untuk mencari dan mengambil baju besi itu. Baju zirah itu ditemukan di tempat yang sama persis dengan apa yang digambarkan Tsabit dalam mimpi sahabat tersebut.

Dalam sejarah Islam, ada sahabat yang berwasiat setelah kematiannya. Dia Tsabit bin Qais. [dsy]

19/9

hunjaman anak panah tak batalkan salatnya


Abbad bin Bisyir bin Waqasy - Hunjaman Anak Panah tak Batalkan Salatnya


Ada banyak sahabat Rasulullah SAW yang gagah berani. Salah satunya adalah sahabat Abbad bin Bisyir bin Waqasy. Ia pernah ditembus tiga anak panah berturut-turut saat salat. Semua tak membuat ia membatalkan salatnya.

Abbad, yang lazim dipanggil Ibnu Waqas Al Imam Abu Rabi’ Al Anshari, telah ikut berperang dalam perang Badar. Ia termasuk salah seorang pemimpin suku Aus dan hidup selama 45 tahun. Keistimewaan Ibnu Waqas, iam selalu diterangi tongkatnya yang bercahaya, setiap malam sepulang dari masjid dan rumah Rasulullah SAW.

Ada cerita menarik soal Ibnu Waqas. Dalam Perang Dzaturriqa, suatu malam ia kena giliran menjaga keamanan Rasulullah SAW bersama Ammar bin Yasir di lembah Syiib. Keduanya sepakat Ammar tidur lebih dulu. Sepeninggal Ammar yang langsung tidur, Ibnu Waqas mengambil wudlu dan melaksanakan salat.

Saat itulah seorang musuh datang menyelinap. Melihat Abbad Ibnu Waqas sedang salat, dipanahnya Abbad. Anak panah itu kena, menancap di tubuh Abbad. Namun itu tak membuatnya membatalkan salat. Dicabutnya anak panah dan segera ia melanjutkan salat.

Musuh pun penasaran. Dipanahnya kembali Ibnu Waqas, dan kembali kena. Kembali Abbad mencabut anak panah dan meneruskan salat. Ketiga kalinya, Abbad gagal mencabut panah. Ia langsung rukuk dan sujud. Baru setelah selesai salat, dibangunkannya Ammar bin Yasir. “Bangun, musuh datang,” katanya. Penyusup itu pun tertangkap dan dipenggal.

Ammar yang kaget segera menegur Ibnu Waqas mengapa tidak membangunkannya sesegera mungkin.

“Aku sedang membaca salah satu surat dan aku tak mau memutuskan bacaanku. Baru setelah beberapa panah menembusku dan salatku usai, aku membangunkanmu. Demi Allah, kalau tidak karena tuga jaga yang diperintahkan Rasulullah, niscaya jiwaku sudah lepas dari raga sebelum aku memutuskan atau menyeleesaikan bacaaanku,” kata dia.

Ibnu Waqas gugur dalam perang Yamamah. Konon, malamnya ia bermimpi dan menceritakan mimpinya kepada seseorang dan diriwayatkan kembali oleh Abu Said al Khudri. “Aku bermimpi pintu langit terbuka untukkku,” kata Ibnu Waqas. [dsy]

19/9

Friday, October 10, 2014

menuruti nafsu


Pintu-pintu Neraka - Menuruti Nafsu
Oleh : Nasaruddin Umar.

MENURUTI hawa nafsu biang dari berbagai kekecewaan. Orang-orang yang tidak bisa menahan atau mengendalikan hawa nafsunya terancam dengan berbagai penyesalan dan kekecewaan.

Nafsu tentu saja bisa menjadi faktor positif manakala kita mengendalikannya ke jalan-jalan yang benar dan tepat, seperti kekuatan pendorong untuk merebut gelar juara dalam suatu perlombaan angkat besi, nafsu untuk memenangkan pertandingan bulu tangkis, semangat belajar untuk lulus dalam suatu ujian.

Nafsu yang tak terkendalikan misalnya seseorang mengabaikan nasehat dokter di depan meja makan dengan suguhan prasmanan. Dalam Al-Qur’an dijelaskan orang-orang yang mengendalikan hawa nafsunya dijanjikan syurga oleh Allah Swt, sebagaimana dalam firmannya: “Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya surgalah tempat tinggal (nya).” (QS. An-Nazi’at/79:40-41).

Allah Swt pernah mewahyukan kepada Nabi Daud AS.: “Barang siapa makan sampai kenyang, maka ia tidak pantas mendapatkan pelayanan-Ku. Barang siapa tidur sepanjang malam, maka ia tidak pantas mendapatkan surga-Ku. Barang siapa tidak mencintai terhadap orang yang Aku cintai, maka ia tidak pantas mendapatkan penglihatan-Ku. Allah mewahyukan kepada Nabi Daud AS.: “Wahai Daud! Peringatkanlah sahabatmu dari makan dengan nafsu syahwatnya, sebab nafsu yang terikat pada nafsu syahwat dunia akan tertutup dari-Ku”.

Nabi Muhammad Saw juga pernah menegaskan bahwa: “Yang paling kukhawatirkan atas umatku adalah mengumbar hawa nafsu dan panjang angan-angan.” Biasanya orang suka mengumbar hawa nafsu akan menutupi kebenaran dan egonya terlalu tinggi. Orang yang panjang angan-angan akan biasanya akan melupakan atau mengenyampingkan urusan akhiratnya.

Menuruti segala keinginan hawa nafsu sama dengan mengikuti setan, yang bukan hanya dibenci oleh Allah Swt tetapi juga oleh sesama umat manusia. Hawa nafsu bagaikan hijab yang menutupi diri dengan Tuhan dan sesama manusia bahkan juga dengan makhluk lain.

Ancaman bencana dan kekecewaan akan selalu mengintai orang-orang yang doyan mengikuti nafsu. Sebaliknya orang yang mengendalikan nafsunya akan selalu mendapatkan respek dan pujian serta simpati dari oring banyak.

Orang yang tidak kuasa menahan nafsunya juga akan terancam kekhilangan segala ketenangannya dan kedamaian. Dari segi inilah Nabi Yusuf pernah menyatakan sebagaimana diyatakan dalam Al-Qur’an: “Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan)”. (QS. Yusuf/12: 53).

Nabi Yusuf banyak meraih sukses dalam kariernya karena ia berhasil mengendalikan nafsunya. Ia tidak menaruh rasa dendam terhadap saudara-saudaranya yang pernah menceburkan dirinya ke telaga, bahkan ia menolong kehidupan mereka di dalam suasana paceklik panjang dengan mengajak mereka hijrah ke Mesir bersama ayahnya.

Nafsu amarah yang selalu mengajak kepada kejahatan adalah seperti setan yang mempunyai tujuh kepala yaitu syahwat, marah, sombong, dengki, kikir, tamak, dan riya’.

Kepala syahwat dipotong dengan riyadhah (maksudnya, latihan jasmani dan rohani dalam menjalani tahapan-tahapan menuju Tuhan untuk mendekatkan diri kepada-Nya) dan membatasi makan dan minum. Kepala marah dipotong dengan murah hati. Kepala sombong dipotong dengan rendah hati. Kepala iri hati dan dengki dipotong dengan keyakinan bahwa segala kepemilikan hanya milik Allah semata.

Manusia hanyalah hamba Allah. Allah memberikan kepada siapa saja yang dikehendaki. Allah Maha Mengetahui kemaslahatan yang terjadi pada setiap orang yang telah diberinya. Kepala kikir dan tamak dipotong dengan sifat qana’ah. Kepala riya’ dipotong dengan cara ikhlas yang akan membuahkan segala macam kebaikan dan berkah, baik di dunia maupun di akhirat. [mdr / inilah.com]

18/9

Thursday, October 9, 2014

dimanakah tuhanmu


Utsman Bin Affan - Di manakah Tuhanmu?


Utsman bin Affan keluar dan berdiri di depan rumahnya. Dia melihat Amir bin Abdi Qais—seorang badui yang terkenal kezahidannya, telah duduk di depan pintu rumahnya.

Abdi Qais adalah seorang lelaki tua, buruk rupa, kotor, dengan janggut tipis seperti kambing. Saat itu Abdi Qais mengenakan jubah panjang. Utsman yang melihatnya tak mengenalinya, mengiranya seorang badui biasa.

Timbul keinginan Utsman untuk mengujinya. “Hai Badui, di manakah Tuhanmu?” tanya Utsman. Dijawab Abdi Qais,”Sungguh, Tuhanmu benar-benar mengawasi.” (QS Al Fajar (89):14). Konon, tak orang selain Nabi SAW dan Abdi Qais yang membuat Utsman terdiam.

18/9

Wednesday, October 8, 2014

abdullah ummi maktum - syahidnya sang muadzin


Abdullah Ummi Maktum - Syahidnya Sang Muadzin

Abdullah bin Ummi Maktum memang buta. Tapi kebutaannya tidak menghalangi sahabat Rasul generasi pertama ini tampil di medan jihad.Dia pun syahid sebagai pejuang Islam.

Pada 14 H Amirul Mukminin Umar bin Khattab bermaksud menyerang Persia, negara adidaya saat itu. Umar memerintahkan semua lelaki muslim yang memiliki senjata, punya kuda, pemberani, atau berpikiran tajam untuk berkumpul.

Ternyata, Abdullah bin Ummi Maktum berada di antara ribuan pejuang muslim yang menghadap Khalifah dan menyatakan siap berjihad. Dia menjadi bagian pasukan Perang Qadisiyah yang dipimpin sahabat yang mulia, Saad bin Abi Waqqash.

Dengan mengenakan baju besinya, Abdullah tampil gagah. Dia bertugas memegang panji bendera Islam. Kibasan dan dentingan pedang, desingan anak panah dan tombak serta gemuruh kaki-kaki kuda perang, tidak membuatnya gentar.

Perang yang hebat pun berkecamuk dengan dahsyat. Pada hari ketiga, baru kaum muslimin berhasil mengalahkan pasukan negara superpower Persia. Kemenangan tersebut sekaligus jadi yang terbesar dalam sejarah peperangan Islam sampai saat itu.

Tapi kemenangan itu harus dibayar mahal. Sejumlah sahabat gugurnya sebagai syuhada. Di antara mereka terdapat muadzin RasulullahSAW Abdullah bin Ummi Maktum RA. Jasadnya ditemukan terkapar di medan perang sambil memeluk bendera yang diamanatkan kepadanya untuk dijaga [inilah.com]


18/9

Monday, October 6, 2014

lelaki yang membuat allah menegur rasullah


Abdullah bin Ummi Maktum (3) - Lelaki yang Membuat Allah Menegur Rasulullah
Oleh: Edy Mulyadi

Rasulullah SAW adalah manusia terbaik sepanjang masa. Beliau kekasih Allah yang dosa-dosanya langsung diampuni (maksum). Tapi, ternyata ada seorang lelaki yang membuat Rasul mendapat teguran langsung dari Allah SWT karena melakukan kesalahan.

Lelak itu adalah Abdullah bin Ummi Maktum, seorang tuna netra dari kalangan rakyat jelata. Peristiwanya begini. Pada masa permulaan dakwah Islam di Mekah, Rasulullah SAW sering berdialog dengan para pembesar Quraisy. Harapannya agar mereka mau menerima Islam.

Suatu kali beliau bertatap muka dengan Utbah bin Rabiah, Syaibah bin Rabi’ah, Amr bin Hisyam atau lebih dikenal dengan Abu Jahal, Umayyah bin Khalaf dan Walid bin Mughirah, ayah Khalid bin walid.

Saat asyik berdiskusi, tiba-tiba datang Abdullah bin Ummi Maktum yang minta dibacakan kepadanya ayat-ayat Alquran. Tentu saja, kehadiran pria tuna netra ini ‘mengganggu’ diskusi Rasulullah dengan para pembesar tadi.

Rasul pun tidak mempedulikan Abdullah bin Ummi Maktum. Beliau agak acuh bahkan membelakangi Abdullah sambil melanjutkan pembicaraan dengan pembesar Quraisy tersebut.

Selesai berbicara dengan mereka, Rasulullah bermaksud pulang. Tiba-tiba penglihatan beliau gelap dan kepalanya terasa sakit seperti kena pukul. Saat itulah Allah menegur Rasulullah lewat firmanNya yang artinya:

“Dia ( Muhammad ) bermuka masam dan berpaling, karena seorang buta datang kepadanya. Tahukah kamu, barangkali dia ingin membersihkan dirinya (dari dosa), atau dia (ingin) mendapatkan pengajaran, lalu pengajaran itu bermanfaat baginya? Adapun orang yang merasa dirinya serba cukup, maka kamu melayaninya. Padahal tidak ada (celaan) atasmu kalau mereka tidak membersihkan diri (beriman). Adapun orang yang datang kepadamu dengan bergegas (untuk mendapatkan pengajaran), sedangkan ia takut kepada (Allah), maka kamu mengabaikannya. Sekali kali jangan (begitu)! Sesungguhnya ajaran Allah itu suatu peringatan. Maka siapa yang menghendaki tentulah dia memperhatikannya.(Ajaran ajaran itu) terdapat di dalam kitab-kitab yang dimuliakan, yang ditinggikan lagi disucikan, di tangan para utusan yang mulia lagi (senantiasa) berbakti.” (QS. 80 : 1 – 16).

Ya, Allah menegur Rasulullah dengan 16 ayat tersebut. Sejak saat itu RasulullahSAWsemakin memuliakan Abdullah bin Ummi Maktum [inilah.com]

18/9

Wednesday, October 1, 2014

abdullah ummi maktum - lelaki buta yang jadi walikota madinah


# Abdullah Ummi Maktum  (Sahabat Nabi) - Lelaki Buta yang Jadi Walikota Madinah

Abdullah bin Ummi Maktum adalah salah satu sahabat senior. Rasulullah sangat mempercayai sahabat yang termasuk assabiqunal awwalun. Bahkan Rasulullah berkali-kali menganggangkat Abdullah sebagai walikota Madinah.

Abdullah juga termasuk orang yang pertama menyambut perintah hijrah dari Mekah ke Madinah. Kedua matanya yang buta, tidak menghambatnya berhijrah. Jarak antara Mekah dan Madinah yang sekitar 490 km, ancaman dari orang-orang Quraisy, belum lagi bahaya dalam perjalanan, semua ditempuh untuk memenuhi perintah Allah dan RasulNya dan meraih ridhaNya.

Kendati buta, Abdullah punya banyak keistimewaan. Antara lain, dia adalah orang kepercayaan Rasulullah. Saat Rasulullah melakukan safar berangkat ke medan perang, beliau selalu mengangkat Abdullah bin Ummi Maktum menjadi wali Kota Madinah menggantikan beliau. Tidak kurang dari 13 kali Rasulullahmengangkatnya sebagai wali kota sementara di Kota Madinah.

18/9