Friday, November 28, 2014

kisah al ghazali dengan tukang sol sepatu


Kisah Al Ghazali dengan Tukang Sol Sepatu

Suatu ketika Imam Al Ghazali menjadi imam di sebuah masjid. Tetapi saudaranya yang bernama Ahmad tidak mau berjamaah bersama. Imam Al Ghazali lalu berkata kepadanya ibunya,” Wahai ibu, perintahkan saudarakuAhmadagar shalat mengikutiku, supaya orang-orang tidak menuduhku selalu bersikap jelek terhadapnya“.

Ibu Al Ghazali lalu memerintahkan puteranya Ahmad agar shalat makmum kepada saudaranyaAl Ghazali. Ahmad pun melaksanakan perintah sang ibu, shalat bermakmum kepadaAl Ghazali.Namun ditengah-tengah shalat, Ahmad melihat darah membasah perut Imam. Tentu saja Ahmad memisahkan diri.

Seusai shalat Imam Al Ghazali bertanya kepada Ahmad, saudaranya itu : “Mengapa engkau memisahkan diri (muffaragah) dalam shalat yang saya imami ? “. Saudaranya menjawab : “Aku memisahkan diri, karena aku melihat perutmu berlumuran darah “.

Mendengar jawaban saudaranya itu, Imam Ali Ghazali mengakui, hal itu mungkin karena dia ketika shalat hatinya sedang mengangan-angan masalah fiqih yang berhubungan haid seorang wanita yang mutahayyirah.

Al Ghazali lalu bertanya kepada saudara : “Dari manakah engkau belajar ilmu pengetahuan seperti itu ?” Saudaranya menjawab, “Aku belajar Ilmu kepada Syekh Al Utaqy AL-Khurazy yaitu seorang tukang jahit sandal-sandal bekas (tukang sol sepatu) . ” Al Ghazali lalu pergi kepadanya.

Setelah berjumpa, Ia berkata kepada Syekh Al khurazy : “Saya ingin belajar kepada Tuan “. Syekh itu berkata : Mungkin saja engkau tidak kuat menuruti perintah-perintahku “.

Al Ghazali menjawab : “Insya Allah, saya kuat “.

Syekh Al Khurazy berkata : “Bersihkanlah lantai ini “.

Al Ghazali kemudian hendak dengan sapu. Tetapi Syekh itu berkata : “Sapulah (bersihkanlah) dengan tanganmu“. Al Ghazali menyapunya lantai dengan tangannya, kemudian dia melihat kotoran yang banyak dan bermaksud menghindari kotoran itu.

Namun Syekh berkata : “Bersihkan pula kotoran itu dengan tanganmu“.

Al Ghazali lalu bersiap membesihkan dengan menyisingkan pakaiannya. Melihat keadaan yang demikian itu Syekh berkata : “Nah bershkan kotoran itu dengan pakaian seperti itu” .

Al Ghazali menuruti perintah Syekh Al Khurazy dengan ridha dan tulus.

Namun ketika Al Ghazali hendak akan mulai melaksanakan perintah Syekh tersebut, Syekh langsung mencegahnya dan memerintahkan agar pulang.

Al Ghazalipulang dan setibanya di rumah beliau merasakan mendapat ilmu pengetahuan luar biasa. Dan Allah telah memberikan Ilmu Laduni atau ilmu Kasyaf yang diperoleh dari tasawuf atau kebersihan qalbu kepadanya [inilah.com]

24/9

Thursday, November 20, 2014

abdullah bin abdullah bin ubay ra - anak tokoh munafik yang disayangi nabi muhammad saw


Abdullah bin Abdullah bin Ubay RA - Anak Tokoh Munafik yang Disayangi Nabi SAW


Abdullah bin Abdullah bin Ubay adalah anak seorang tokoh munafik terkemuka, Abdullah bin Ubay bin Salul. Berlawanan dengan ayahnya, Abdullah memeluk Islam dan menjadi salah satu sahabat pilihan yang dekat dengan Nabi SAW.

Sebelum kedatangan Nabi SAW ke Madinah, ayahnya, Abdullah bin Ubay hampir diangkat menjadi pemimpin (katakan saja, raja) Madinah. Sayang, kedatangan Nabi dan kaum muhajirin menggagalkan rencana itu. Pasalnya, kebanyakan penduduk Madinah kemudian memeluk Islam dan menjadikan Nabi SAW sebagai tokoh sentral mereka. Karena itulah Abdullah bin Ubay begitu membenci Nabi SAW, walau pada keseharian ia pun memeluk agama Islam.

Ketika Rasulullah SAW mendengar pimpinan Banu Musthaliq, Al Harits bin Abu Dhirar menghimpun pasukan untuk memerangi kaum muslimin, Beliau menyusun pasukan dan segera berangkat ke tempat Banu Musthaliq. Dalam pasukan yang dipimpin sendiri oleh Nabi SAW itu ikut juga sekelompok kaum munafik, termasuk pimpinannya, Abdullah bin Ubay.

Setelah pertempuran usai dan dalam perjalanan kembali ke Madinah, Abdullah bin Ubay berkata pada kelompoknya, "Jika kita kembali ke Madinah, orang-orang yang terhormat akan mengusir orang-orang yang terhina."

Ucapan terhina ini ia maksudkan kepada Nabi SAW dan sahabat Muhajirin yang terusir dari Makkah. Ketika kabar ini sampai kepada Nabi SAW lewat sahabat Zaid bin Arqam, Umar bin Khaththab meminta Nabi menyuruh Abbad bin Bisyr untuk membunuh si tokoh munafik Abdullah bin Ubay. Tetapi Abdullah bin Ubay berkukuh mengingkari kalau telah ia mengatakan itu, sehingga terjadi suasana yang tegang dan penuh prasangka, sampai akhirnya turun ayat yang membenarkan Zaid bin Arqam.

Melihat perkembangan situasi tersebut, Abdullah bin Abdullah bin Ubay mendatangi Nabi SAW dan berkata, "Ya Rasulullah, jika engkau menginginkan ayahku dibunuh, perintahkanlah aku untuk membunuhnya! Karena kalau orang lain yang engkau perintahkan membunuh, aku khawatir aku tidak bisa bersabar untuk tidak menuntut balas atas kematiannya, yang karenanya aku akan masuk neraka. Semua orang Anshar tahu, aku adalah orang yang berbakti pada orang tuaku."

Rasulullah SAW menjawab, "Baiklah, berbaktilah kepada orang tuamu, ia tidak melihat darimu kecuali kebaikan."

Tahulah Abdullah bahwa Rasulullah memaafkan ayahnya. Namun demikian, sebagai wujud kecintaan yang lebih besar kepada Allah dan Rasul-Nya daripada orang tuanya, Abdullah menghadang dengan pedang terhunus, dan melarang ayahnya masuk kota Madinah, kecuali jika Nabi SAW telah mengizinkan. Ketika mencoba memaksa, Abdullah menyerangnya dengan pedangnya itu sehingga ia mundur kembali. Dengan terpaksa ia mengirim utusan untuk meminta izin Rasulullah SAW.

Bagaimanapun juga, Abdullah adalah seorang anak yang sangat berbakti kepada ayahnya, dan itu telah lama terbentuk sebelum Islam memasuki kota Madinah. Anak tetaplah anak, dan ketika ayahnya tersebut meninggal, kesedihan merasuki hatinya.

Ia tahu bahwa orang tuanya itu mungkin hanya pantas berada di neraka, namun demikian ia ingin menunjukkan bakti terakhirnya. Ia datang kepada Nabi SAW meminta baju gamis beliau untuk mengkafani jenazahnya, dan beliau mengabulkannya. Sekali lagi ia datang kepada beliau untuk menyalatkan jenazahnya, dan beliau mengabulkannya, walau Umar sempat memprotes keras. Tetapi setelah itu turun ayat 84 dari surat at Taubah, yang melarang beliau untuk menyalati jenazah orang munafik dan berdiri di atas kuburan mereka [inilah.com]

24/3

abbas bin abdul muthalib - sahabat yang diminta nabi menunda hijrah (1)


Abbas bin Abdul Muthalib - Sahabat yang Diminta Nabi Menunda Hijrah (I)


Beberapa ahli tafsir meyakini bahwa ayat di bawah ini diturunkan berkenaan dengan Abbas bin Abdul Muthalib--paman Nabi SAW, selain juga untuk Aqil bin Abdul Muththalib dan Naufal ibnu al-Harits.

“Hai Nabi, katakanlah kepada tawanan-tawanan yang ada di tanganmu, jika Allah mengetahui ada kebaikan dalam hatimu niscaya Dia akan memberikan kepadamu yang lebih baik dari apa yang telah diambil darimu dan dia akan mengampuni kamu. Dan, Allah Maha Pemgampun lagi Maha Penyayang”. (Q.S al-Anfaal : 7)

Abbas adalah paman Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan salah seorang yang paling akrab dihati dan yang paling dicintai Nabi. Karena itu, beliau senantiasa berkata menegaskan, “Abbas adalah saudara kandung ayahku. Barangsiapa yang menyakiti Abbas sama dengan menyakitiku.”

Di zaman jahiliah, Abbas mengurus kemakmuran Masjidil Haram dan melayani minuman para jamaah haji. Seperti halnya ia akrab di hati Rasulullah, Rasulullah pun dekat sekali di hatinya. Ia pemah menjadi pembantu dan penasihat utama Nabi dalam bai’at al-Aqabah menghadapi kaum Anshar dari Madinah.

Menurut sejarah, ia dilahirkan tiga tahun sebelum kedatangan Pasukan Gajah yang hendak menghancurkan Baitullah di Mekkah. Ibunya, Natilah binti Khabbab bin Kulaib, adalah seorang wanita Arab pertama yang mengenakan kelambu sutra pada Baitullah al-Haram. (Dsy) [inilah.com]

23/9

Wednesday, November 12, 2014

utsman bin affan bersedekah rp 2,4 trilyun


Utsman bin Affan Bersedekah Rp2,4 Triliun!


Kisah ini masih cerita seputar Perang Tabuk. Semua sahabat berlomba-lomba mencapai kesempurnaan di sisi Allah. Utsman bin Affan menyumbangkan hartanya senilai Rp2,4 triliun!

Seperti disebutkan sebelumnya, pada perang Tabuk 30.000 pasukan muslim harus berperang melawan 200.000 pasukan Romawi. Saat itulah Rasulullah SAW meminta tiap muslim untuk berkontribusi.

Para sahabat yang dianugrahi harta, berlomba-lomba menginfakkan hartanya untuk mendukung perjuangan. Mereka menyumbangkan harta, tenaga, bahkan jiwanya untuk kemenangan Islam.

Umar bin Khothob radhiallahu ‘anhu (RA) menyumbangkan setengah hartanya. ‘Perlombaan’ menuju kesempurnaan di sisi Allah pun berlangsung. Sahabat Ustam bin Affan pun menyumbangkan sepertiga hartanya.

Sejarah mencatat, Utsman adalah salah satu konglomerat di kalangan sahabat Nabi SAW. Hartanya berlimpah ruah. Maka, kendati jumlah yang disumbangkan ‘hanya’ sepertiga, nilainya sangat luar biasa.

Berapa harta Utsman bin Affan saat itu? Menantu Rasulullah SAW ini mempunyai simpanan mencapai 151.000 dinar. Merujuk harga dinar sebelumnya yang Rp1.844.973, maka harta Utsman itusenilai Rp278.591 miliar.

Jumlah itu tidak termasuk properti di sepanjang wilaayah Aris dan Khaibar dan beberapa sumur yang saat ini nilainya tidak kurang dari Rp440 miliar. Total hartanya jadi sekitar Rp719 miliar. Dengan demikian, nilai sumbangan Utsman saat itu sekitar Rp215,5 miliar!

Ubaidullah bin Utbah menceritakan, ketika terbunuh, UtsmanRAmasih mempunyai harta yang disimpan penjaga gudangnya, yaitu 30,5 juta dirham dan 100.000 dinar. Ini artinya, di gudangnya juga ada harta senilai Rp190 miliar ditambah Rp1,952 triliun.

Sejarah mencatat, pada perang Tabuk tersebut Utsman juga menyumbang 300 ekor unta. Berapa nilai sumbangan unta itu sekarang? Di Indonesia, sapi qurban kelas terbaik harganya tidak kurang dari Rp15 juta. yang pasti, harga unta lebih mahal dibandingkan sapi. Jika harganya dipatok Rp20 juta saja, maka nilai 300 ekor unta tadi sekitar Rp6 miliar.

Menurut versi lain, jumlah total harta Utsman bin Affan radhiallahu ‘anhu tidak kurang dari Rp7,2 triliun. Jika jumlah ini yang kita jadikan patokan, maka sepertiga harta yang disumbangkan saat itu nilainya kini sekitar Rp2,4 triliun. Subhanallah…! [inilah.com]

22/9

Friday, November 7, 2014

umar bin khathab menyedekahkan setengah hartanya


Umar Bin Khathab Menyedekahkan Setengah Hartanya
Oleh: Edy Mulyadi

Sungguh sejarah telah mengabarkan kepada kita, bahwa para sahabat Rasulullah SAW adalah pribadi-pribadi mulia. Mereka seperti berlomba-lomba dalam meningkatkan ketaqwaan kepada Allah SWT dan kepatuhan kepada Nabi yang amat mereka cintai.

Salah satu ‘perlombaan’ itu adalah bagaimana mereka menginfakkan hartanya di jalan Allah. Dikisahkan, suatu ketika 30.000 pasukan muslim harus berperang dengan 200.000 pasukan Romawi pada perang Tabuk. Dari sisi jumlah, pasukan Islam tentu jauh lebih kecil. Begitu pula dari segi logistik dan persenjataan, ummat Islam juga kalah.

Saat itulah Rasulullah SAW meminta tiap muslim untuk berkontribusi. Para sahabat yang dianugrahi harta, berlomba-lomba menginfakkan hartanya untuk mendukung perjuangan. Mereka menyumbangkan harta, tenaga, bahkan jiwanya untuk kejayaan Islam.

Lalu Allah menakdirkan pasukan Islam berhasil memenangi peperangan. 200.000 pasukan kafir Persia dapat dikalahkan oleh 30.000 pasukan muslim yang ikhlas dan gagah berani.

Nah, salah satu donator itu adalah Umar bini Khathab radhiallahu ‘anhu (RA). Dia menyumbangkan separuh hartanya.

Berapa setengah dari harta Umar? Jumlahnya saat itu disebutkan tidak kurang dari 60.000 dinar.

Menurut geraidinar.com, harga satu dinar saat ini adalah Rp1.844.973. Dengan demikian, harta Umar bin Khothob yang saat itu disumbangkan untuk perjuangan Islam adalah Rp1.844.973 x 60.000 = Rp116.098.380.000. Silakan dibaca seratus enam belas miliar Sembilan puluh delapan juta tiga ratus delapan puluh ribu rupiah. Subhanallah. Dahsyat sekali!

Buat Umar RA dan para sahabat Nabi SAW yang mulia, harta adalah sarana untuk makin mendekatkan diri kepada Allah. Harta bukan lagi beban atau tujuan. Harta adalah sarana mencapai rahmat dan ridha Allah. Itulah sebabnya, mereka sangat memahami firman Allah seperti tercantum dalam QS An Nisaa' : 95, yang artinya:

“Tidaklah sama antara mukmin yang duduk (yang tidak ikut berperang) yang tidak mempunyai ‘uzur dengan orang-orang yang berjihad di jalan Allah dengan harta mereka dan jiwanya. Allah melebihkan orang-orang yang berjihad dengan harta dan jiwanya atas orang-orang yang duduk satu derajat. Kepada masing-masing mereka Allah menjanjikan pahala yang baik (surga) dan Allah melebihkan orang-orang yang berjihad atas orang yang duduk dengan pahala yang besar.”

Bagaimana dengan kita ? [inilah.com]

22/9

Thursday, November 6, 2014

abu bakar untuk bilal berapa pun aku tebus


Sedekahnya Para Sahabat
Abu Bakar: "Untuk Bilal, Berapa pun Aku Tebus!"


Satu ketika Abu BakarRA mendengar sahabat Bilal bin Rabbah disiksa sangat berat. Badan telanjangnya ditindih batu besar, di atas pasir saat matahari yang ganas tengah membakar bumi Mekkah. Ditingkahi geletar cambuk yang berkal-kali menjilati tubuhnya, Bilal tetap saja berseru “ahad, ahad, ahad…” terus berulang-ulang.

Abu Bakar segera menuju lokasi penyiksaan. Dia ingin membeli Bilal yang saat itu berstatus sebagai budak. Buat Umaiyah bin Khalaf, sang majikan, niat Abu Bakar adalah jalan keluar yang amat ditunggu-tunggu. Dia sendiri sudah kehabisan akal dan cara untuk mengembalikan Bilal pada kekafiran agama nenek moyang mereka. Pada saat yang sama, dia tidak mungkin menyerah, karena hal itu akan membuatnya dipermalukan para pembesar Mekah yang lain.

Tawaran Abu Bakar bagai pucuk dicinta ulam pun tiba. Maka dia menyodorkan harga 9 uqiyah emas untuk penebusan Bilal. Sungguh, ini adalah jumlah yang amat besar untuk harga seorang budak di masa itu. Namun tanpa dia duga, segera Abu BakarRA langsung menebusnya.

Asal tahu saja, 1 uqiyah emas setara dengan 31,7475 gr emas. Dengan demikian, 9 uqiyah emas adalah sekitar 285,73 gr. Sekarang, harga emas berkisar Rp500.000/gram. Maka, jumlah yang dibayar Abu Bakar untuk membebaskan Bilal adalah 285,73 x Rp500.000 = Rp142.865.000.

Buat Umaiyah, jumlah ini sangat besar, suatu jumlah yang belum pernah terjadi sebelumnya. Dia pun berpikir alangkah bodohnya Abu Bakar mau saja membayar budak semahal itu. “Abu Bakar, tahukah engkau, bahwa engkau membayar terlalu mahal untuk seorang budak seperti Bilal,” ujarnya penuh nada ejekan.

“Umaiyah, tahukah engkau, jika engkau meminta harga 10 kali lipat dari sekarang, niscaya aku akan membayarnya juga,” timpal Abu Bakar dengan yakin. [inilah.com]

21/9