Sunday, August 17, 2014

motif sumbangan anti teroris saudi

Motif Sumbangan Anti-Teroris Saudi


Wacana perang melawan terorisme dewasa ini menemukan bentuk baru yang semakin kompleks. Betapa tidak, AS dan sejumlah negara Eropa yang menjadi pendukung utama kelahiran kelompok teroris seperti al-Qaeda saat ini berlomba-lomba melancarkan program perang melawan terorisme. Di Irak, drama itu dimainkan dengan baik oleh AS dengan menyerang pusat konsentrasi ISIS, padahal kelompok teroris itu pula yang dibantu kelahirannya di Suriah oleh Washington.


Gencarnya kampanye tersebut menyeret negara-negara yang selama ini mendanai berbagai kelompok teroris seperti Arab Saudi harus mengamini aksi bernama "Perang Melawan Terorisme" itu. Baru-baru ini Duta Besar Arab Saudi untuk Amerika Serikat, Adel al-Jubeir menyerahkan sumbangan sebesar $100 juta kepada Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon untuk Pusat Anti-Terorisme PBB (UNCCT). Sekjen PBB menyambut bantuan tersebut secara seremoni di kantornya. Ban Ki-moon mengapresiasi kedermawaman Saudi membantu UNCCT dan menyerukan kepada seluruh negara anggota untuk mengikuti jejak Riyadh sebagai penanam investasi di sektor ini.

Di luar hiruk-pikuk tribun itu, para analis politik menilai bantuan tersebut syarat kepentingan politik Riyadh. Pemberian sumbangan tersebut berlangsung tidak lama setelah Menlu Arab Saudi dalam pertemuan OKI di Jedah membantah dukungan Riyadh terhadap kelompok teroris di Irak dan Suriah. Saud al-Faisal menyebut ISIS sebagai produk krisis keamanan di Irak. Tidak hanya itu, Menlu Saudi juga menegaskan bahwa pemerintah Riyadh lebih menderita dari pihak lain akibat terorisme, dan negaranya menyatakan perang terhadap terorisme. Diplomat senior Riyadh ini menegaskan kesiapan Arab Saudi menumpas teroris dan penyebarannya di kawasan.

Pangeran Saudi ini mengklaim negaranya tidak mendukung ISIS dan kelompok teroris lainnya. Tapi fakta berbicara sebaliknya. Tidak lama setelah ISIS menyerang Mosul dan wilayah lainnya di Irak, pejabat tinggi Riyadh menyebut mereka sebagai kaum revolusioner, bukan teroris. Tidak hanya itu, Arab Saudi membidani lahirnya kelompok al-Qaeda dan membuat kamp-kamp teroris di berbagai negara kawasan dengan dukungan finansial, persenjataan, pelatihan dan lainnya. Para teroris binaan Saudi tersebut melancarkan berbagai aksi teror di Irak dan Suriah.

Tampaknya, manuver kedermawanan Saudi menyumbang UNCCT baru-baru ini sebagai reaksi terhadap gencarnya tekanan publik dunia atas dukungan di belakang layar kelompok takfiri Wahabi yang merekrut para milisi teroris dari seluruh penjuru dunia untuk dikirim berperang ke Suriah dan Irak. Kini, Riyadh berupaya mengatasi masalah tersebut dengan menggunakan kekuatan ekonominya sebagai negara petro dolar.

Sejatinya, dengan bermain di dua kaki, api terorisme yang disulut Riyadh lambat atau cepat akan membakar Saudi sendiri. Pencitraan terbaru Saudi ini dalam jangka pendek mungkin bisa mengalihkan opini publik dunia, tapi dalam jangka panjang tidak bisa menutup kebohongan klaim para pejabat Riyadh tentang dukungan negara itu terhadap terorisme.  

Tampaknya, Sekjen PBB harus lebih dalam memandang masalah terorisme, dan tidak sekedar melihat tampilan permukaannya semata. Sikap pasif PBB terhadap realitas terorisme selama ini belum bisa menjadi model yang baik bagi "Perang Melawan Terorisme" sebagai gerakan global.(IRIBIndonesia/PH)

Baca juga :
berita-berita tahun 2014


No comments: