Friday, October 10, 2014

menuruti nafsu


Pintu-pintu Neraka - Menuruti Nafsu
Oleh : Nasaruddin Umar.

MENURUTI hawa nafsu biang dari berbagai kekecewaan. Orang-orang yang tidak bisa menahan atau mengendalikan hawa nafsunya terancam dengan berbagai penyesalan dan kekecewaan.

Nafsu tentu saja bisa menjadi faktor positif manakala kita mengendalikannya ke jalan-jalan yang benar dan tepat, seperti kekuatan pendorong untuk merebut gelar juara dalam suatu perlombaan angkat besi, nafsu untuk memenangkan pertandingan bulu tangkis, semangat belajar untuk lulus dalam suatu ujian.

Nafsu yang tak terkendalikan misalnya seseorang mengabaikan nasehat dokter di depan meja makan dengan suguhan prasmanan. Dalam Al-Qur’an dijelaskan orang-orang yang mengendalikan hawa nafsunya dijanjikan syurga oleh Allah Swt, sebagaimana dalam firmannya: “Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya surgalah tempat tinggal (nya).” (QS. An-Nazi’at/79:40-41).

Allah Swt pernah mewahyukan kepada Nabi Daud AS.: “Barang siapa makan sampai kenyang, maka ia tidak pantas mendapatkan pelayanan-Ku. Barang siapa tidur sepanjang malam, maka ia tidak pantas mendapatkan surga-Ku. Barang siapa tidak mencintai terhadap orang yang Aku cintai, maka ia tidak pantas mendapatkan penglihatan-Ku. Allah mewahyukan kepada Nabi Daud AS.: “Wahai Daud! Peringatkanlah sahabatmu dari makan dengan nafsu syahwatnya, sebab nafsu yang terikat pada nafsu syahwat dunia akan tertutup dari-Ku”.

Nabi Muhammad Saw juga pernah menegaskan bahwa: “Yang paling kukhawatirkan atas umatku adalah mengumbar hawa nafsu dan panjang angan-angan.” Biasanya orang suka mengumbar hawa nafsu akan menutupi kebenaran dan egonya terlalu tinggi. Orang yang panjang angan-angan akan biasanya akan melupakan atau mengenyampingkan urusan akhiratnya.

Menuruti segala keinginan hawa nafsu sama dengan mengikuti setan, yang bukan hanya dibenci oleh Allah Swt tetapi juga oleh sesama umat manusia. Hawa nafsu bagaikan hijab yang menutupi diri dengan Tuhan dan sesama manusia bahkan juga dengan makhluk lain.

Ancaman bencana dan kekecewaan akan selalu mengintai orang-orang yang doyan mengikuti nafsu. Sebaliknya orang yang mengendalikan nafsunya akan selalu mendapatkan respek dan pujian serta simpati dari oring banyak.

Orang yang tidak kuasa menahan nafsunya juga akan terancam kekhilangan segala ketenangannya dan kedamaian. Dari segi inilah Nabi Yusuf pernah menyatakan sebagaimana diyatakan dalam Al-Qur’an: “Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan)”. (QS. Yusuf/12: 53).

Nabi Yusuf banyak meraih sukses dalam kariernya karena ia berhasil mengendalikan nafsunya. Ia tidak menaruh rasa dendam terhadap saudara-saudaranya yang pernah menceburkan dirinya ke telaga, bahkan ia menolong kehidupan mereka di dalam suasana paceklik panjang dengan mengajak mereka hijrah ke Mesir bersama ayahnya.

Nafsu amarah yang selalu mengajak kepada kejahatan adalah seperti setan yang mempunyai tujuh kepala yaitu syahwat, marah, sombong, dengki, kikir, tamak, dan riya’.

Kepala syahwat dipotong dengan riyadhah (maksudnya, latihan jasmani dan rohani dalam menjalani tahapan-tahapan menuju Tuhan untuk mendekatkan diri kepada-Nya) dan membatasi makan dan minum. Kepala marah dipotong dengan murah hati. Kepala sombong dipotong dengan rendah hati. Kepala iri hati dan dengki dipotong dengan keyakinan bahwa segala kepemilikan hanya milik Allah semata.

Manusia hanyalah hamba Allah. Allah memberikan kepada siapa saja yang dikehendaki. Allah Maha Mengetahui kemaslahatan yang terjadi pada setiap orang yang telah diberinya. Kepala kikir dan tamak dipotong dengan sifat qana’ah. Kepala riya’ dipotong dengan cara ikhlas yang akan membuahkan segala macam kebaikan dan berkah, baik di dunia maupun di akhirat. [mdr / inilah.com]

18/9

No comments: