Pintu-pintu Neraka
- Menuruti Nafsu
Oleh : Nasaruddin Umar.
MENURUTI hawa nafsu
biang dari berbagai kekecewaan. Orang-orang yang tidak bisa menahan atau
mengendalikan hawa nafsunya terancam dengan berbagai penyesalan dan kekecewaan.
Nafsu tentu saja
bisa menjadi faktor positif manakala kita mengendalikannya ke jalan-jalan yang
benar dan tepat, seperti kekuatan pendorong untuk merebut gelar juara dalam
suatu perlombaan angkat besi, nafsu untuk memenangkan pertandingan bulu
tangkis, semangat belajar untuk lulus dalam suatu ujian.
Nafsu yang tak
terkendalikan misalnya seseorang mengabaikan nasehat dokter di depan meja makan
dengan suguhan prasmanan. Dalam Al-Qur’an dijelaskan orang-orang yang
mengendalikan hawa nafsunya dijanjikan syurga oleh Allah Swt, sebagaimana dalam
firmannya: “Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan
menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya surgalah tempat
tinggal (nya).” (QS. An-Nazi’at/79:40-41).
Allah Swt pernah
mewahyukan kepada Nabi Daud AS.: “Barang siapa makan sampai kenyang, maka ia
tidak pantas mendapatkan pelayanan-Ku. Barang siapa tidur sepanjang malam, maka
ia tidak pantas mendapatkan surga-Ku. Barang siapa tidak mencintai terhadap
orang yang Aku cintai, maka ia tidak pantas mendapatkan penglihatan-Ku. Allah
mewahyukan kepada Nabi Daud AS.: “Wahai Daud! Peringatkanlah sahabatmu dari
makan dengan nafsu syahwatnya, sebab nafsu yang terikat pada nafsu syahwat
dunia akan tertutup dari-Ku”.
Nabi Muhammad Saw
juga pernah menegaskan bahwa: “Yang paling kukhawatirkan atas umatku adalah
mengumbar hawa nafsu dan panjang angan-angan.” Biasanya orang suka mengumbar
hawa nafsu akan menutupi kebenaran dan egonya terlalu tinggi. Orang yang
panjang angan-angan akan biasanya akan melupakan atau mengenyampingkan urusan
akhiratnya.
Menuruti segala
keinginan hawa nafsu sama dengan mengikuti setan, yang bukan hanya dibenci oleh
Allah Swt tetapi juga oleh sesama umat manusia. Hawa nafsu bagaikan hijab yang
menutupi diri dengan Tuhan dan sesama manusia bahkan juga dengan makhluk lain.
Ancaman bencana dan
kekecewaan akan selalu mengintai orang-orang yang doyan mengikuti nafsu.
Sebaliknya orang yang mengendalikan nafsunya akan selalu mendapatkan respek dan
pujian serta simpati dari oring banyak.
Orang yang tidak
kuasa menahan nafsunya juga akan terancam kekhilangan segala ketenangannya dan
kedamaian. Dari segi inilah Nabi Yusuf pernah menyatakan sebagaimana diyatakan
dalam Al-Qur’an: “Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan)”. (QS.
Yusuf/12: 53).
Nabi Yusuf banyak
meraih sukses dalam kariernya karena ia berhasil mengendalikan nafsunya. Ia
tidak menaruh rasa dendam terhadap saudara-saudaranya yang pernah menceburkan
dirinya ke telaga, bahkan ia menolong kehidupan mereka di dalam suasana
paceklik panjang dengan mengajak mereka hijrah ke Mesir bersama ayahnya.
Nafsu amarah yang
selalu mengajak kepada kejahatan adalah seperti setan yang mempunyai tujuh
kepala yaitu syahwat, marah, sombong, dengki, kikir, tamak, dan riya’.
Kepala syahwat
dipotong dengan riyadhah (maksudnya, latihan jasmani dan rohani dalam menjalani
tahapan-tahapan menuju Tuhan untuk mendekatkan diri kepada-Nya) dan membatasi
makan dan minum. Kepala marah dipotong dengan murah hati. Kepala sombong
dipotong dengan rendah hati. Kepala iri hati dan dengki dipotong dengan
keyakinan bahwa segala kepemilikan hanya milik Allah semata.
Manusia hanyalah
hamba Allah. Allah memberikan kepada siapa saja yang dikehendaki. Allah Maha
Mengetahui kemaslahatan yang terjadi pada setiap orang yang telah diberinya.
Kepala kikir dan tamak dipotong dengan sifat qana’ah. Kepala riya’ dipotong
dengan cara ikhlas yang akan membuahkan segala macam kebaikan dan berkah, baik
di dunia maupun di akhirat. [mdr / inilah.com]
18/9
No comments:
Post a Comment