Friday, August 8, 2014

rezeki yang sesungguhnya

Rezeki yang Sesungguhnya
Oleh: KH Abdullah Gymnastiar


SEGALA puji bagi Allah yang menguasai langit dan bumi. Segala puji bagi Allah yang Maha Mengetahui segala sesuatu. Allah Maha Tahu siapa saja di antara kita yang ingin dekat dengan-Nya dan yang acuh kepada-Nya. Karunia terbesar dalam hidup ini adalah ketika kita diberikan rasa suka kepada Allah, sehingga kita sungguh-sungguh belajar untuk mendekat kepada-Nya.

Shalawat dan salam semoga tetap tercurah kepada Rasulullah Saw.

Tidak semua orang ingin dekat dengan Allah. Orang yang ingin dekat dengan Allah akan dimudahkan oleh Allah. Allah Maha Tahu isi hati setiap orang, dan menahan apa yang dapat menyesatkan kita. Seperti yang tertulis di Kitab Al-Hikam, “Setengah dari kesempurnaan nikmat Allah kepadamu jika Allah memberi rezeki yang cukup, dan menahan daripadamu apa yang dapat menyesatkanmu.”

Setiap kita perlu sesuatu dan ada, itu merupakan karunia yang luar biasa. Dan ketika Allah membuat kita susah dari berbuat dosa, itu juga karunia. Karena apa pun yang dimudahkan Allah tapi hal itu membuat jauh dari Allah, malah itu adalah petaka.

Rezeki itu bukan misalnya ketika memiliki tabungan yang banyak atau mobil mewah. Yang namanya rejeki itu adalah pas butuh ada tanpa harus terikat hati kita. Orang yang kaya itu orang yang tidak banyak keinginan pada dunia. Semakin banyak keinginan, sebetulnya semakin sengsara. Padahal Allah tahu keperluan kita melebihi kita sendiri. Tidak perlu banyak keinginan duniawi. Perintah Allah kepada kita bukan kepada duniawi tapi agar kita patuh kepada Alah.

Sebetulnya yang namanya pahala dan ganjaran itu sepenuhnya hak Allah. Urusan kita hanya patuh kepada Allah. Kenikmatan terbesar itu harusnya bukan dapat pahalanya, tapi patuhnya. Kalau menginginkan sesuatu, maka inginkanlah sesuatu yang membuat kita patuh kepada Allah. Ingin bisa khusyuk, ingin bisa sedekah, ingin bisa shalat tepat waktu, ingin bisa tahajud, itu harusnya melampaui keinginan terhadap duniawi.

Kurangilah keinginan duniawi. Allah sudah tahu kebutuhan kita seperti apa. Apa yang Allah perintahkan, itulah yang kita inginkan. Kalau ada keinginan, inginkanlah patuh kepada Allah. Ingin shalat khusyuk, bisa ngaji yang bagus, sedekah. Apa yang Allah perintahkan, itu yang kita inginkan.

Boleh saja meminta duniawi kepada Allah, tapi kualitas pengabdian kita menjadi rendah. Ada yang zikir hanya karena menginginkan duniawi, kualitas ibadahnya menjadi rendah. Kita jangan terpesona dengan ada atau tidaknya keinginan tersebut. Misalnya, ada rumah, mobil, motor, itu sudah biasa. Tidak istimewa kita diberi dunia. Tapi, bagaimana kita bisa patuh dan istiqamah, itu baru istimewa.

Jadi, jangan salah menganggap rezeki. Rezeki kita sebenarnya adalah keyakinan dan keistiqamahan kita untuk patuh kepada Allah. Semakin sedikit keinginan kita pada duniawi, maka semakin lega rasanya hati ini. Insya Allah. [inilah.com]

Baca juga
Artikel-Artikel Abdullah Gymnastiar / Aa Gym 

No comments: