Tuesday, October 28, 2014

abbas bin ubadah bin nadlhah - saksi mata dua baiat kepada nabi muhammad


Abbas bin Ubadah bin Nadlhah
Saksi Mata Dua Baiat Kepada Nabi Muhammad SAW

Sahabat Abbas bin Ubadah bin Nadhlah merupakan sahabat Anshar yang mula-mula memeluk Islam (as sabiqunal awwalun). Ia berasal dari Bani Sulaim bin Auf, Suku Khazraj dan termasuk salah satu dari dua belas orang yang berba'iat kepada Rasulullah di bai’at Aqabah yang pertama. Ia juga menyertai Ba'iatul Aqabah yang kedua, sebagai tonggak awal pembentukan negeri Muslim di Madinah.

Pada Ba’iatul Aqabah kedua itu, setelah Abul Haitsam berpidato kepada kaumnya, suku Aus, untuk menerima dan membela Nabi SAW, Abbas bin Ubadah juga berpidato kepada kaumnya, Suku Khazraj dengan ajakan yang sama. Antara lain ia berkata,"…jika kalian menyaksikan harta benda kalian musnah, dan orang-orang terhormat di antara kalian terbunuh, apakah kalian akan melemparkan beliau ke dalam kehancuran, dan tidak melindunginya dari musuh? Jika itu terjadi, maka Demi Allah, itu adalah kehinaan kalian di dunia dan di akhirat. Bawalah beliau, korbankanlah harta kalian dan tidak mengapa orang-orang terhormat kalian terbunuh, karena demi Allah, itu akan menjadi kebaikan dunia dan akhirat."

Prosesi Ba'iatul Aqabah kedua itu terjadi pada sepertiga malam yang terakhir pada salah satu hari tasyriq. Memang dipilih waktu yang sepi dan gelap untuk tidak diketahui oleh kaum kafir Quraisy. Tetapi setelah seluruh proses ba'iat itu selesai, ada seorang kafir yang memergoki kumpulan tersebut.

Ia berteriak dari ketinggian, "Wahai orang-orang yang ada di dalam rumah masing-masing. Apakah kalian menghendaki Muhammad dan orang yang berkumpul bersamanya keluar dari agama nenek moyang? Lihatlah, mereka berkumpul di tempat penggembalaan kalian."

"Demi Allah, ini bahaya," kata Nabi SAW.

Mendengar ucapan Nabi SAW ini, Abbas bin Ubadah berkata, "Demi yang mengutus engkau dengan kebenaran, jika engkau berkenan, besok kami akan menghabisi penduduk Mina dengan pedang-pedang kam."

Tetapi Nabi SAW bersabda, "Kami tidak diperintahkan untuk itu, kembalilah kalian ke tenda kalian.”

Mereka kembali ke tenda masing-masing dan tidur. Keesokan harinya, beberapa pembesar Quraisy datang ke perkemahan penduduk Yatsrib, dan menanyakan kebenaran peristiwa semalam. Abdullah bin Ubay bin Salul, pemimpin rombongan haji dari Yatsrib—yang di kemudian hari menjadi pentolan kaum munafik Madinah, dengan tegas berkata, "Itu bohong, kaumku tidak mungkin bertindak secara lancang melangkahiku. Apapun yang dilakukan penduduk Yatsrib, mereka selalu meminta pertimbangan dariku.”

Sementara itu, tujuh puluh lebih orang yang telah memeluk Islam berbaur dengan yang lainnya, dan sama sekali tidak berkomentar apa-apa. Kaum Quraisy tidak bisa berbuat apa-apa karena tidak ada bukti dan saksi yang menguatkan dugaannya tersebut.

Inilah titik tolak awal bangkitnya Islam, dua suku terkuat di Madinah yang sebelumnya saling berperang bersedia berkorban untuk mendukung Nabi SAW. Dua tokohnya, Abbas bin Ubadah dari Khazraj dan Abul Haitsam at Tayyihan dari Aus, berhasil meyakinkan kaumnya untuk berdiri di belakang Nabi SAW demi menegakkan dan memenangkan Islam

Sahabat Abbas bin Ubadah bin Nahdlah ra. salah seorang sahabat nabi yang ditakdirkan pernah menjadi saksi dua bai’at Aqabah. Ia salah seorang sahabat Anshar yang memiliki garis keturunan dari suku Khazraj.

Pada saat bai’at yang pertama, Abbas bin Ubadah berbaiat bersama 11 orang lainnya. Mereka adalah:

Abu Umamah

As’ad bin Zararah

Ubadah bin Shamit

Malik bin Thayyihan

Uwaim bin Sa’idah bin Shal’ajah

Dzakwan bin Abdi Qais

Quthbah bin Amir bin Hadidah

Rafi bin Malik bin Ajlan

Uqbah bin Amir bin Nabi

Zaid bin Tsa’labah

Auf bin Harits

Apa isi bai’at yang disampaikan Rasulullah SAW dan mereka sanggupi itu, menurut catatan bannyak ahli sejarah Islam adalah:

Tidak menyekutukan Allah.

Tidak mencuri.

Tidak berzina.

Tidak membunuh anak-anak.

Tidak berdusta.

Tidak melakukan dosa baik tangan, atau kaki.

Tidak menentang perbuatan baik.

Saat itu Nabi SAW berjanji, apabila mereka mampu memenuhi janji itu maka mereka mendapatkan surga. Jikalau mereka melanggar salah satunya maka mereka mendapatkan siksa di dunia sebagai tebusan atas dosa mereka. Jika kesalahan mereka tidak tertebus sampai hari kiamat maka hal itu urusan Allah, apakah Allah akan menyiksanya atau mengampuninya.

Bai’at Aqabah II

Bai’at Aqabah II terjadi karena pada musim haji berikutnya sahabat Abbas bin Ubadah bin Nahdlah kembali membawa banyak orang dalam rombongan. Di samping mereka yang sudah menjadi mukmin-- 70 Muslim awal ditambah dua perempuan yakni Ummu Umarah dan Ummu Manik, ternyata terdapat juga beberapa orang musyrik yang bergabung. Namun mereka dapat dipercaya untuk dapat mengawal rombongan besar tersebut.

Pada malam yang sudah disepakati, ketika gelap malam benar-benar sudah larut, dipilihlah lokasi yang jauh dari mata-mata musyrikin Quraisy. Kembali, Aqabah tempatnya.

Pada malam itu Nabi SAW datang ditemani bersama paman beliau, Abbas bin Abdul Muthallib. Ketika itu Abbas dipersilahkan berbicara lebih dahulu, membuka acara bai’at Aqabah II tersebut.

Setelah mereka memahami apa yang dikatakan Abbas, rombongan dari Madinah itu menghendaki Rasulullah SAW memberikan arahan dan membai’at mereka. Rasulullah SAW bersabda, “Aku membai’at kalian untuk melindungi, seperti kalian melindungi perempuan dan anak-anak kalian.” Serempak mereka menerima lalu berbai’at untuk setia dan amanah atas bai’at tersebut.

Abbas bin Ubadah saat itu menyeru kepada kaumnya, agar mereka mempertimbangkan matang-matang keputusan untuk bai’at itu. Mereka diminta tidak ragu-ragu, tidak setengah-setengah dalam melakukan bai’at kepada Rasulullah SAW. “Jika masih kuatir, jangan kalian berbai’at sebab resikonya berat. Kalian masih boleh mengundurkan diri dan mencabut bai’at dari Rasulullah SAW.” Tak ada yang mundur. Semua yakin atas langkah yang mereka ambil.

Gugur di Uhud

Sebelum rombongan kembali ke Madinah, Rasulullah meminta mereka untuk menentukan 12 orang yang melakukan tugas koordinasi di Kota Madinah. Ditetapkan 9 orang wakil dari suku Khazraj dan 30 orang dari suku Aus.

Semangat mereka membara setelah mengangkat bai’at. Mereka menegaskan kepada Rasulullah SAW apabila diperintahkan saat itu juga, mereka siap menghancurkan kaum musyrikin Quraisy yang ada di Mina.

Melihat para sahabat barunya yang penuh semangat tersebut, beliau tersenyum. Muhammad Raji Hasan Kinas dalam bukunya mengutipsabda Rasulullah kepada para sahabat barunya, “Bersabarlah. Kami tidak diutus dan diperintahkan untuk melakukan kekerasan. Pergilah dan pulanglah ke tenda-tenda kalian.”

Sejarah mencatat, sahabat Abbas bin Ubadah bin Nahdlah tidak ikut rombongan pulang ke Madinah. Ia memilih tetap tinggal di Makkah bersama Rasulullah SAW. Dengan cepat ia melakukan transformasi ilmu pengetahuan, utamanya ilmu-ilmu keislaman. Dalam waktu singkat ia menjadi seorang alim dalam ilmu pengetahuan serta berakhlak terpuji.

Abbas bin Ubadah pergi berhijrah ke Madinah ketika Nabi SAW mendapatkan perintah hijrah. Karenanya, ia dikenal pula sebagai sahabat Anshar yang ikut berhijrah (muhajirin).

Dalam perang Uhud, Abbas bin Ubadah memperlihatkan keberaniannya yang besar. Banyak musuh yang dibabatnya tewas. Di Uhud pula cita-citanya untuk syahid diraihnya. Abbas gugur di medan laga Uhud. Jika Anda sempat berziarah ke Uhud, jangan lupa menyebut lirih namanya. Nama seorang saksi kebenaran ajaran Nabi. [dsy/ensiklopedia biografi sahabat Nabi dan berbagai sumber] [inilah.com]

20/9

No comments: