Beberapa ahli tafsir meyakini bahwa ayat
di bawah ini diturunkan berkenaan dengan Abbas bin Abdul Muthalib--paman Nabi
SAW, selain juga untuk Aqil bin Abdul Muthalib dan Naufal ibnu al-Harits.
Ini kisah Abbas bin Abdul Muthalib. Pada waktu Abbas masih anak-anak,
ia pemah hilang. Sang ibu lalu bernazar, kalau puteranya itu ditemukan, ia akan
mengenakan kelambu sutra pada Baitullah. Tak lama antaranya, Abbas ditemukan,
maka ia pun menepati nazarnya itu.
Istrinya terkenal dengan panggilan Ummul Fadhal, karena anak
sulung mereka bernama al-Fadhal. Wajahnya tampan. Ia duduk dibelakang
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika beliau menunaikan haji
wada’-nya. Ia meninggal dunia di Syam karena wabah penyakit.
Abbas memiliki beberapa anak lain, anak kedua, Abdullah,
seorang ahli agama yang mendapat doa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam,
meninggal di Thaif. Ketiga, Qutsam, wajahnya mirip benar dengan Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam . Ia pergi berjihad ke negeri Khurasan dan
meninggal dunia di Samarkand. Keempat, Ma’bad, mati syahid di Afrika. Abdullah
(bukan Abdullah yang pertama), orangnya baik, kaya,dan murah hati meninggal
dunia di Madinah. Kelima, Puterinya, Ummu Habibah, tidak banyak dibicarakan
oleh sejarah.
Para ahli sejarah berbeda keterangan tentang Islamnya Abbas.
Ada yang mengatakan, sesudah penaklukkan Khaibar. Ada yang mengatakan, lama
sebelum Perang Badar. Katamya, ia memberitakan kegiatan kaum musyrikin kepada
Nabi di Madinah, dan kaum muslimin yang ada di Mekkah banyak mendapat dukungan
dari beliau. Kabamya, ia pernah menyatakan keinginan untuk berhijrah ke
Madinah, tapi Rasulullah menyatakan, “Kau lebih baik tinggal di Mekah “.
Keterangan kedua ini dikuatkan Abu Rafi’, pembantu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Pada waktu itu, ketika aku masih kanak-kanak, aku menjadi pembantu di rumah Abbas bin Abdul Muththalib. Ternyata, pada waktu itu, Islam sudah masuk ke dalam rumah tangganya. Baik Abbas maupun Ummul Fadhal, keduanya sudah masuk Islam. Akan tetapi, Abbas takut kaumnya mengetahui dan terpecah-belah, lalu ia menyembunyikan keislamannya.” (Dsy)Keterangan kedua ini dikuatkan Abu Rafi’, pembantu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Pada waktu itu, ketika aku masih kanak-kanak, aku menjadi pembantu di rumah Abbas bin Abdul Muththalib. Ternyata, pada waktu itu, Islam sudah masuk ke dalam rumah tangganya. Baik Abbas maupun Ummul Fadhal, keduanya sudah masuk Islam. Akan tetapi, Abbas takut kaumnya mengetahui dan terpecah-belah, lalu ia menyembunyikan keislamannya.” (Dsy) [inilah.com]
24/9
24/9
No comments:
Post a Comment