Saturday, March 31, 2012

isfahan tanah kelahiran salman al-farisi

Isfahan: Tanah Kelahiran Salman Al-Farisi
by : Heri Ruslan

Dalam sebuah hadis, Nabi SAW bersabda, ‘’Dajjal akan diikuti oleh 70 ribu Yahudi dari kota Isfahan (Nan), mereka memakai Al-Tayalisah.’’ (HR Muslim). Menurut Ibnu Kathir, Dajal pada mulanya akan muncul dari Isfahan, sebuah kota Yahudi.

Dalam hadis di atas tercantum kata ‘’Isfahan’’ atau Asfahan/Esfahan. Menurut Dr Syauqi Abu Khalil dalam Athlas Hadith Al-Nabawi, Isfahan juga dikenal sebagai Ramahurmuz. ‘’Sebuah kota terkenal di tepian Khazastan (Arbastan), negeri asal Salman Al-Farisi,’’ ujarnya. Salman Al-Farisi adalah seorang sahabat Rasulullah SAW yang berasal dari Persia.

Dr Abdurrahman Rafat Al-Basya dalam Sirah Shahabat, mengutip penuturan Salam Al-Farisi. ‘’Aku sebelumnya adalah seorang pemuda Persia dari keluarga besar penduduk Asfahan, tepatnya dari desa Jayyan. Sedangkan ayahku seorang pemimpin dari daerah tersebut. Kami berasal dari keluarga yang cukup. Bahkan, rumah kami yang terbaik di kampung itu,’’ tutur Salman.

Dari kota Isfahan itulah, menurut Dr Syauqi, Salman melakukan pencarian kebenaran hingga akhirnya sampai di kota Madinah. Pada awalnya, Salman adalah pemeluk agama Majusi. Hingga suatu hari, Salman melewati sebuah gereja dan dia tertarik untuk memeluk agama Nasrani. Ia berupaya mencari tahu asal agama itu, ternyata bermula dari Syam (Suriah).

Salman pun hijrah meninggalkan Isfahan, tanah kelahirannya, menuju Syam. Dan ia menganut Nasrani. Hingga suatu hari, ia mendapat kabar bahwa akan muncul seorang Nabi dari tanah Arb yang membawa misi agama Ibrahim. Salman pun berkelana ke negeri Arab bersama para pedagang. Hingga akhirnya, sampai di Madinah dan memeluk agama Islam. Ia menjadi salah seorang sahabat Nabi yang berjasa dalam mengembangkan dakwah Islamiyah.


***

Isfahan adalah salah satu kota terpenting dalam sejarah peradaban Islam. Beberapa dinasti Islam sempat menjadikan kota itu sebagai pusat pemerintahan, seperti Timurid, Buwaih, Seljuk, dan Safawi. Di masa kejayaan Islam, Isfahan menjadi kota yang maju dalam ilmu pengetahuan, kebudayaan, dan perdagangan.

Jauh sebelum menjadi kota dan pusat peradaban Islam, wilayah Isfahan telah dihuni oleh manusia di zaman pra-sejarah. Wilayah Isfahan telah dihuni sejak zaman Palaeolitik. Bahkan, melalaui temuan terbarunya, para arkelog juga telah menemukan artefak yang berasal dari zaman Palaeolitik, Mesolitik, Neolitik, zaman Besi dan Perunggu.

Isfahan sempat berada dalam wilayah kekuasaan Kekaisaran Elamite. Ketika itu, kota tersebut dikenal dengan naman Aspandana. Setelah itu, Isfahan juga menjadi kota terpenting bagi Dinasti Median. Wilayah Isfahan dari zaman ke zaman menjadi rebutan para raja.

Kota itu juga pernah menjadi bagian dari Kekaisaran Achaemenid Empire. Setelah wilayah Iran dibebaskan dari cengkaraman orang-orang Macedonia oleh Arsacid, wilayah itu masuk dalam kekuasaan Kerajaan Parthian Empire. Pada zaman itu, Isfahan menjadi pusat dan ibukota provinsi yang dipimpin oleh gubernur Arsacid.

Pada era kekuasaan Sassanid, Isfahan dipimpin oleh "Espoohrans" atau anggota keluarga tujuh orang suci iran yang memiliki posisi penting di istana. Kota Isfahan juga menjadi tempat tinggal keluarga suci itu. Pada zaman itu, kota tersebut menjadi pusat militer dengan benteng pertahanan yang amat kokoh.

***

Kota Isfahan memasuki babak baru ketika peradaban Islam menguat. Isfahan berada dalam wilayah kekuasaan Islam pada zaman Kekhalifahan Abbasiyah. Saat itu, Abbasiyah dipimpin oleh Khalifah Al-Mansur. Ketika kekuatan Abbasiyah mulai meredup, pada abad ke-10 M, kota Isfahan sempat menjadi pusat kekuatan Dinasti Buwaihi.

Kota itu menjadi basis kekuatan Dinasti Buwaihi dibawah kepemimpinan Ali bin Buwaihi. Dia adalah anak tertua dari tiga bersaudara – putra Abu Syuja Buwaihi – yang mendirikan Dinasti Buwaihi. Kedua saudaranya yang lain, yakni Hasan bin Buwaihi menguasai wilayah Rayy dan Jabal (Iran), dan Ali bin Buwaihi menguasai wilayah Irak. Pada masa kekuasaan Dinasti Buwaihi, Isfahan menjadi salah satu pusat peradaban Islam.

Setelah kekuasaan Buwaihi ambruk pada 1055 M, kota Isfahan berada dalam lindungan Dinasti Seljuk. Pada masa kepemimpinan Malik Shah I, Isfahan kembali menjadi ibukota dan pusat peradaban Islam. Pada masa itu, kota tersebut menjadi salah satu metropolitan terpenting di dunia. Pada abad ke-11 M, ilmuwan Muslim terkemuka, Ibnu Sina menetap dan mengajar di kota itu.

Pada 1387 M, Isfahan diambil alih Dinasti Timurid pimpinan Timur Lenk. Awalnya, Timur memperlakukan penduduk Isfahan dengan cukup beradab. Namun, masyarakat setempat tetap merasa terkungkung sehingga mereka memberontak. Pengumpul pajak dan tentara Timur dibunuhi. Timur yang murka memerintahkan agar Isfahan dibantai. Konon, sekitar 70 ribu warga tewas karenanya.

Kota Isfahan kembali mencapai masa kejayaaannya di era Dinasti Safaw. Shah Abbas I berhasil mengalahkan rezim Timur dan menduduki kota. Sejak itu, kota ini mulai mengumpulkan kehormatannya kembali. Shah Abbas terus menggiatkan pembangunan dan mengundang ahli-ahli terbaik untuk tinggal di sana. Total, terbangunlah 163 masjid, 48 madrasah, 1.801 toko, dan 263 tempat mandi umum di Isfahan.

Dalam bidang seni, gaya arsitektur bangunan-bangunan dari era Kerajaan Safawi sangat kentara, misalnya Masjid Shah (Masjid-I Shah); Masjid Syaikh Lutfallah; dan Jembatan Khaju yang dibangun pada masa Syah Abbas I. Unsur seni lainnya seperti kerajinan tangan, karpet, permadani, pakaian, keramik, tenunan, tembikar, dan seni lukis. Seni lukis mulai dirintis pada masa Syah Tahmasp.

Kemasyhuran Isfahan telah menjadi magnet bagi pendatang dari berbagai latar belakang. Hasilnya, pada abad ke-17, penduduk Isfahan mencapai setengah juta jiwa. Segala yang ada di Isfahan membuat keharuman namanya terdengar hingga ke Eropa dan mengundang decak kagum mereka. Isfahan bahkan dijuluki Separuh Dunia karena hampir segalanya bisa dicari di sana Isfahan mengalami kemunduran setelah kekalahan Dinasti Safawi dari gerombolan penakluk dari Afghanistan pada 1722.

Selain itu. para pedagang mulai meninggalkan Jalur Sutera setelah ada alternatif perdagangan lewat laut yang dimotori pelayar Eropa. Kini, masyarakat dunia tetap bisa mengenali Isfahan lewat berbagai peninggalan sejarah yang masih tersisa.

Redaktur: Heri Ruslan

sumber : republika.co.id

Thursday, March 29, 2012

arab dan qatar kuasai liga arab

'Arab dan Qatar Kuasai Liga Arab'


Ghalib Qindil, pengamat Arab di bidang strategi menilai kendala utama Liga Arab adalah pengaruh kuat Dewan Kerjasama Teluk Persia (P-GCC) terhadap organisasi ini.

"Liga Arab berada di bawah kekuasaan Arab Saudi dan Qatar. Oleh karena itu tidak ada harapan positif dari setiap sidang organisasi ini," ungkap Qindil saat diwawancarai al-Alam Senin (26/3).

Ia juga mengisyaratkan KTT Liga Arab di Baghdad bagi bangsa Irak sangat berarti. Karena KTT ini digelar setelah penarikan militer AS dari negara ini meski adanya intervensi sejumlah negara Arab termasuk Qatar dan Arab Saudi.

Ia menuding rezim negara-negara Teluk Persia khususnya Arab Saudi dan Qatar berusaha mencegah Baghdad sebagai tuan rumah KTT Liga Arab dengan mendukung kelompok teroris di Irak.

Pengamat politik ini mengaitkan ledakan dan aksi teroris di Irak dan Suriah dengan dinas intelijen Arab Saudi serta bantuan finansial sejumlah negara Arab Teluk Persia.

Redaktur: Djibril Muhammad
Sumber: IRIB

sumber : republika.co.id

kutuk fatwa wahabi arab saudi

Majelis Ahl al-Bait Iran Kutuk Fatwa Saudi

Majelis Dunia Ahl al-Bait Iran mengutuk fatwa terbaru (Keputusan agama) yang dikeluarkan oleh pejabat keagamaan Arab Saudi. Fatwa itu menyerukan penghancuran semua gereja di Semenanjung Arab.

Fatwa ini diturunkan oleh Mufti Agung Sheikh Abdulaziz Al al-Syaikh sebagai respon organisasi masyarakat sipil Kuwait yang diusulkan untuk konstitusi Kuwait baru. Konstitusi itu tentang sebuah artikel baru yang akan melarang pembangunan gereja-gereja baru di Arab Saudi dan hal itu telah disetujui oleh parlemen, pekan lalu.

"Pertama-tama, mufti Wahhabi tidak mewakili Islam. Dunia harus tahu bahwa agama yang sekarang sedang dipublikasikan di Arab Saudi tidak benar Islam," kata Majelis Dunia Ahl al-Bait dalam sebuah pernyataan yang diterbitkan oleh Ahl al-Bait News Agency (ABNA), Selasa (27/3) seperti dikutip Press TV.

Pernyataan itu menambahkan bahwa isi fatwa baru itu bertentangan dengan perintah Allah serta tradisi Nabi Muhammad SAW dan keturunannya. Karena itu, fatwa itu ditolak, tidak hanya oleh warga Syiah, tetapi juga oleh Muslim Sunni.

Majelis Dunia Ahl al-Bait mencatat, sepanjang sejarahnya, Islam telah hidup berdampingan dengan umat Kristen dan Yahudi. Fatwa seperti ini tidak pernah dikeluarkan oleh Nabi Islam saw, keturunannya, dan khalifah Islam selanjutnya.

"Karena itu, mufti agung Wahhabi telah mengeluarkan fatwa yang tidak dalam lingkaran yurisprudensi Islam dan belum pernah dikeluarkan oleh pusat-pusat ilmiah umat Islam yang besar," tambahnya. Majelis menyatakan bahwa fatwa tersebut juga merupakan intervensi yang jelas dalam urusan internal negara-negara muslim lainnya, karena mufti Saudi fatwanya tidak terbatas ke perbatasan Saudi tapi sudah termasuk Semenanjung Arab secara keseluruhan.


Redaktur: Dewi Mardiani
Reporter: Aghia Khumaesi

sumber : republika.co.id

wahabi masuk jajaran pemerintahan

As’ad Ali: Wahabi Masuk Jajaran Pemerintahan


Wakil Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) H As'ad Said Ali meminta kepada segenap pengurus dan warga NU untuk mewaspadai gerakan Wahabi di lingkungan masing-masing.

Dirinya menengarai, saat ini gerakan Wahabi tidak masuk di tengah-tengah masyarakat sja, akan tetapi telah masuk ke jajaran pemerintah, sehingga pemerintah nampaknya tidak berdaya menghadapinya.

Hal tersebut dikatakan wakil ketua umum PBNU saat berdiskusi dengan jajaran Pengurus Cabang NU Kota dan Kabupaten Pekalongan, Ahad sore kemarin (25/3) di Gedung Aswaja Pekalongan.

Lebih lanjut dikatakan, Gerakan Wahabi selain membid'ahkan amaliyah warga nahdliyyin, juga berusaha sekuat tenaga merebut posisi strategis di tengah tengah masyarakat maupun di jajaran eksekutif, legsislatif maupun yudikatif.

Oleh karena itu, dirinya meminta kepada warga nahdliyyin melalui pengurus NU di semua tingkatan untuk merapatkan barisan dengan cara memberikan pencerahan secara rutin kepada warga nahdliyyin tentang amaliyah yang diajarkan oleh para ulama NU bukan merupakan perbuatan bid'ah.

Dan yang lebih penting, menurut As'ad, adalah memberikan pengertian secara komprehensif kepada warga NU tentang bahaya gerakan Wahabi baik bagi Nahdlatul Ulama dan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Sementara itu, dalam sesi dialog salah satu peserta meminta kepada PBNU untuk kembali mempertegas gerakan NU sebagaimana yang tercantum dalam Mukadimah Qonun Asasi yang dibuat oleh Rais Akbar Nahdlatul Ulama, dengan cara ini NU akan bisa selamat dan warga nahdliyyin yang ada di bawah tidak ragu lagi untuk berbuat dan bertindak.

"Selama ini, PBNU belum melakukan aksi apapun, kecuali hanya wacana belaka, sementara di bawah gerarakan wahabi semakin mengkhawatirkan," ujar Muhibbin.

Hal senada juga disampaikan Wakil Ketua PCNU Kota Pekalongan Drs. H. Ahmad Marzuki. Dikatakan, warga nahdliyyin di Pekalongan dan sekitarnya mulai resah atas sikap dan gerakan Wahabi, akan tetapi sampai saat ini belum ada petunjuk apapun dari PBNU, bagaimana NU di cabang harus bersikap dalam menghadapi gerakan ini.


Redaktur: A. Khoirul Anam
Kontributor: Abdul Muis

sumber : nu.or.id

salafiyah satu istilah dengan pengertian berbeda

Salafiyah: Satu Istilah dengan Pengertian Berbeda
Oleh H Abdul Fatah Yasran

Pada harian Republika, Ahad, 17 Juli 2011, tulisan Heri Rustan pada berbagai halaman Islam digest, mulai halaman B1 dengan judul Gerakan Salafiyah dan B6 dan B7 dengan judul yang berbeda-beda, tapi isinya hampir sama, mendorong untuk ditulis tentang Salafiyah yang pengertiaannya tidak sama dengan apa yang ditulis dalam harian tersebut.

Apa yang ditulis dalam harian tersebut adalah Salafiyah versi Wahaby, atau Salafiyah Wahabiyyah, orangnya disebut salafy wahaby, Orang tersebut tampamgnya kelihatan santun, alim, berjenggot, kalau pakai celana, sarung cingkrang, sehingga ada orang yang mengatakan Islam Jenggot. (Perlu saya sampaikan disini bahwa berjenggot dan celana cekak itu memang sunnah Rosul) Mereka senang sholat berjama`ah di belakang kita orang orang–orang nahdliyyin di masjid, di musholla dan mereka aktif sekali, meskipun ada perbedaan, antara lain kalau kita qunut kita mengangkat tangan, mereka tidak mengangkat tangan, kalau kita wiridan dengan suara keras mereka tidak, dan kalau kita setelah wiridan berdoa`mereka bubar tidak mau berdoa. Ingat bila kita lengah mengurus musholla, mesjid kita, yang mereka tadinya hanya berjama`ah, ada kesempatan, mereka akan menjadi imam, dan seterusnya bisa akan menguasai masjid, musholla kita, menurut aturan mereka.

Hal ini sudah banyak terjadi diberbagai daerah dan tempat. Sehingga ada sebutan mereka “pemakan masjid”. Para muballigh mereka dapat ditandai selalu menyampaikan ada yang jelas dan yang samar-samar tentang syirik, musyrik, khurofat, takhayul, bid`ah, bid`ah dlolalah. Baik berbentuk ayat-ayat Al Qur`an maupun khadist atau keterangan penjelasan, sampai sampai pada acara walimah/aqad nikah mereka menyampaikan kata-kata itu, walaupun tidak sesuai. Volume Suara dan nadanya keras melengking, berbeda dengan orang-orang nahdliyyin umumnya yang disampaikan fadlo`ilil a`mal dan disesuaikan dengan acaranya, sering diselingi humur-humor yang mencerahkan suasana. Mereka menamakan dirinya salafy, tetapi salafi wahaby, bukan kita, mereka emoh (tidak mau) muludan katanya itu bid`ah, setiap bid`ah dlolalah, emoh pula tahlilan katanya percuma pahalanya tidak sampai kepada si mayit, emoh pula ziarah qubur, tawassul katanya syirik.

Disebut salafy wahaby karena ajaran mereka dari Muhammad bin Abdul Wahab, yang ajarannya didukung dan dibiayai dari dulu sampai sekarang oleh Kerajaan Saudi Arabia. Kerajaan Saudilah yang menghancurkan dan merobohkan tempat-tempat bersejarah Islam di Hijaz, meratakan kuburan-kuburan para Au`liya, para sahabat nabi dengan alasan tempat-tempat kesyirikan, bahkan sampai-sampainya kuburan Rasullullah Muhammad Saw dan kedua sahabatnya Sayyidina Abu Bakar Sidiq dan Sayyidina Umar akan dihancurkan pula. Tapi Alhamdulillah kita besyukur bahwa kuburan Rasulullah Muhammad Saw dan kedua sahabatnya masih ada sampai sekarang, tidak jadi diratakan, berkat perjuangan tim Hijaz yang dipimpin oleh KH Abdul Wahab Hasbullah utusan dari Nahdlatul Ulama, menemui Raja Saudi memohon agar kuburan Nabi Muhammad Saw dan kedua sahabatnya tidak diratakan, dan amalan ibadah menurut Mazahibil Arba`ah tetap bisa dilaksanakan di Masjidil Harom dan Masjid Nabawy. Permohonan itu sebagian diterima, mengingat yang mengirim tim ini dari Nahdlatul Ulama (artinya kebangkitan para ulama)

Kaum Wahaby menghancurkan kuburan-kuburan para Au`lia para sahabat, bahkan tempat-tempat bersejarah Islam seperti tempat Sayyidatina Khodijah sekarang ini dijadikan toilet Masjidil Haram, rumah kelahiran nabi akan pula dihancurkan, tetapi takut dengan dunia Islam, untuk mengelabuhi menjadikannya maktabah/perpustakaan, tetapi mengapa ditutup terus dan dijaga ketat oleh askar Sa`udy. Pada zaman Nabi Muhammad SAW, kemudian para sahabat, tabi`in dan seterusnya berabad-abad bangunan-bangunan itu dipelihara dengan baik, dan aman tidak dihancurkannya. Pada zaman Rosul pada waktu fatkhu Makkah yang dihancurkan adalah berhala berhala yang menglilingi Ka`bah. Mereka telah melakukan bid`ah besar-besaran dan berbahaya meskipun katanya mereka anti bid`ah.

Pengertian Salafiyah menurut etimologi berdasarkan kamus Al Misbakhul Munir dari kata dasar (masdar) سلوف , wazan قعد يقعد قعودا isim fa`ilnya سالف jama`nya سلف atau سلاف di kamus Al Munjid dari kata dasar (masdar) سلف , سلف يسلف سلفا artinya telah berlalu dan selesai, orang-orang dulu/lama, dari kata salaf mendapat tambahan ya` nisbah (ya` artinya golongan) sehingga menjadi kata salafy, kalau kata yang sebelumnya mu`annats, maka ditambah ta` ta`nits sehingga menjadi salafiyah contoh : المدرسة السلفية - المؤسسة السلفية - المعهد السلفي الشافعي
Kalau kita biasanya sering menyebut salaf dengan dengan assalafus sholih, artinya orang- orang dulu yang baik, itu yang kita ikuti ajaran dan perilaku mereka.

Pengertian salaf dan kholaf

Mazhab ulama Salaf adalah ajaran ulama yang hidup pada abad ke 3 ke bawah dari hijriyah tentang ayat-ayat musytabihaat dan hadist-hadist musytabihaat, ayat atau hadist yang seakan-akan Allah menyerupai dengan mahluk. Ulama Salaf menyerahkan pengertian itu pada teks bunyi ayat/hadist itu dengan syarat bahwa pengertian itu tidak menyerupai mahluk. Memang Allah SWT mempunyai sifat wajib aqly mukholafatu lilkhawadisti artinya bahwa Allah SWT secara akal tidak sama dengan mahluknya. Dan firman Allah sendiri dalam Al Qur`an surat Assyura ayat 11: ليس كمثله شئ وهو السميع البصير artinya : tidak ada sesuatu yang menyerupai Allah dan Dia maha mendengar dan maha melihat. Ayat-ayat musytabihaat dan hadist-hadist musytabihat antara lain pada surat Thoha ayat 5 : الرحمن على العرش استوى arti tekstualnya : Tuhan yang maha pengasih menempati di atas arsy. Ulama Salaf memahami pengertian menempati ya menempati, tetapi bagaimana menempatinya Allah tidak sama dengan mahluk, kita tidak boleh membayangkannya. Ayat musytabihat lagi misalnya pada surat Al Fatkh ayat 10 : يد الله فوق أيديهم arti tekstualnya : Tangan Allah di atas tangan-tangan mereka. Ulama salaf mengartikan tangan ya tangan tetapi tidak menyamai dengan tangan mahluk, kita tidak boleh membayangkannya, kita serahkan pengertian itu sepenuhnya kepada Allah Swt.

Berbeda dengan ulama kholaf yaitu ulama usul yang hidup pada abad ke 3 ke atas. Ulama kholaf menguatirkan kalau pengertian itu apa adanya, bisa bisa orang awam memahaminya salah, akhirnya menyamakannya dengan makhluk, karena itu ulama kholaf menta`wil/memindahkan arti yang sebenarnya dengan arti lain. Seperti pada إستوى pada surat Thoha ayat 5 dita`wil dengan إستولى yang artinya menguasai, sehingga ayat tadi artinya : Tuhan yang maha pengasih menguasai di atas arsy. Begitu pula pada ayat 10 surat Al Fatkh يد dita`wil dari arti tangan menjadi قدرة artinya kekuasaan sehingga artinya kekuasaan Allah berada di atas kekuasaan-kekuasaan mereka. Penta`wilan semacam ini memang biasa berlaku pada bahasa Arab. Sebagaimana diterangkan dalam ilmu Al Balaghoh khususnya pada Al Bayan Al Ma`any. Masih banyak ayat-ayat/hadist-hadist musytabihat yang lain, tadi sebagai contoh. Kedua golongan ulama ini, Kholaf dan Salaf dalam usuluddin termasuk Ahlussunnah wal Jama`ah.

Salafiyah identik d Nahdlatul Ulama

Banyak para ulama/kyai/haba`ib menyebut Salafiyyah yang dimaksud adalah Ahlussunnah wal jama`ah. Seperti Yayasan Pendidikan Salafiyah. Maksudnya bahwa yayasan itu mengelola pendidikan yang berdasarkan ajaran Islam ahlussunnah wal jama`ah. Yaitu ajaran Islam yang mendasarkan ajarannya bersumber kepada : Al Qur`an, Hadist, ijma`dan qiyas. Dalam memahami sumber- sumber tadi dalam beraqidah mengikuti pola pikir Imam Abu Hasan Al Asy`ary dan Imam Abu Mansur Al Maturidy, dalam fiqih mengikuti hasil ijtihad salah satu dari empat madzhab ; Imam Abu Khanifah, Imam Malik, Imam Syafi`i dan Imam Ahmad bin Hambal. Di bidang tasawwuf mengikuti antara lain Imam Ghozali dan Imam Junaid Al Baghdady serta imam-imam yang lain. Dengan demikian Salafiyah di sini tidak sama dengan salafiyah yang ditulis oleh Heri Rustan pada harian Republika tanggal : 17 juli 2011 yang katanya emoh madzhab, tidak boleh taklid.

Demikian pula kata Salafiyyah identik dengan Nahdlatul Ulama, yang juga sama pengertiannya dengan Ahlussunnah wal Jama`ah, Cuma bedanya kalau Ahlussunnah wal Ja ma`ah itu mendunia (kata yang dipakai di internasional ) tapi NU dipakai di Indonesia saja, meskipun NU juga punya cabang-cabang istimewa di luar negeri. Kata Salafiyah sama dengan NU. Khususnya pada tahun 1960 an, saat NU menjadi partai politik, dan ada larangan pemerintah partai politik tidak boleh mempunyai lembaga pendidikan formal. Maka tidak sedikit madrasah/sekolah yang bernama NU berubah menjadi salafiyah. Seperti MINU dari berbagai daerah berubah menjadi MIS (Madrasah Ibtidaiyah Salafiyah) atau MSI (Madrasah Salafiyah Ibtidaiyah). Tapi tidak semua kata NU di belakang sekolah berubah menjadi Salafiyah, ada yang berubah dengan mengambil tokoh-tokoh NU, seperti SMP NU berubah menjadi SMP Wahid Hasyim, SMA NU berubah menjadi SMA Hasyim Asy`ari. SD NU berubah menjadi SD Gusdur. Ada pula perubahan NU dengan mengambil lambang NU. Misalnya MTs Bintang Sembilan. SMK 45. Dan lain sebagainya. Tetapi sa`at ini banyak pula yang kembali nama NU diletakkan dibelakang nama sekolah/madrasah, seperti di Kabupaten Kendal, Kudus Jawa Tengah. Dari RA sampai MA dari SD sampai SMA/SMK menggunakan nama Nahdlatul Ulama.

Bisa juga ada perbedaan antara nama sekolah yang diberi nama Salafiyah dan NU, Kalau sekolah yang didirikan dengan nama Salafiyah adalah sekolah yang didirikan dan diurus oleh orang–orang NU dan juga ajaran agamanya seperti NU tapi tidak ada hubungan struktural dengan Jam`iyah NU, beda dengan sekolah/madrasah yang diberi nama NU mungkin dan kebanyakan ada hubungan dengan sruktural kelembagaan NU, misalnya SMP NU itu didirikan oleh ranting NU kelurahan anu. SMK NU itu didirikan dan diurus oleh PCNU Kota Pekalongan. Jadi Yayasan Salafiyah kita, MA Salafiyah Pekalongan, SMP Salafiyah Pekalongan, Madrasah Salafiyah Ibtidaiyah kita, ajaran agama Islamnya sesuai dengan Ahlussunnah wal jama`ah dan sama dengan Nahdlatul Ulama secara kultural.

Nama salaf terkadang dipakai di belakang kata kitab seperti pondok pesantren itu semuanya menggunakan kitab-kitab salaf, artinya bahwa kitab-kitab yang dipakai susunan dan karangan ulama ulama yang berdasarkan Ahlussunah, dan kitabnya berbahasa Arab dengan tidak bersyakal (harokat)

Istilah salafiyah oleh pemerintah.

Istilah Salafiyah juga dipakai oleh pemerintah dalam aturan tertentu, punya arti yang lain lagi seperti pada SKB (surat keputusan bersama Menteri Pendidikan Nasional dan Menteri Agama no : 1/U/KB/2000 dan no MA/86/2000 tentang Pondok Pesantren Salafiyah sebagai Pola Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 tahun. Pengertian Pondok Pesantren Salafiyah disini maksudnya pondok pesantren yang tidak mempunyai lembaga pendidikan formal, seperti SD/MI, SMP/Mts. SMA/MA dan SMK/MAK. Pada Ponpes Salafiyah di Madrasah Diniyyah tingkat ula (dasar) disamakan dengan SD/MI dan pada tingkat wustho (menengah) disamakan dengan SMP/MTs sebagai bagian dari pola wajib belajar Pendidikan Dasar 9 tahun, menerima bantuan operasional sekolah (BOS).


* Ketua Yayasan Salafiyah Pekalongan juga salah satu Wakil Rais PCNU Kota Pekalongan periode 2007 - 2012

sumber : nu.or.id

Thursday, March 22, 2012

gus dur meramalkan banjir besar jakarta (58)

GUS DUR WALI (58)
Gus Dur Meramalkan Banjir Besar Jakarta

Bencana bisa datang kapan saja dan dimana saja, tapi bagi orang yang dekat dengan sang pencipta, ia akan diselamatkan. Salah satu kemampuan unik dari Gus Dur adalah meramalkan sebuah bencana besar.

H Sulaiman, asisten Gus Dur menuturkan, pada awal 2002, musim hujan datang dengan intensitas hujan yang lebih besar, tetapi tak ada yang menduga akan datangnya bencana banjir yang menenggelamkan sebagian wilayah Jakarta ini.

Siang-siang, H Sulaiman mengaku ditelepon oleh Gus Dur yang saat itu sedang berada di Medan agar memberitahu teman-teman Gus Dur yang ada di daerah Kelapa Gading agar mengungsi karena akan ada banjir besar. Tentu saja Gus permintaan tersebut diiyakan.

“Saya pikir, kalau memang benar-benar ada banjir ngak apa-apa, tapi kalau ternyata ngak terjadi banjir dan sudah menyuruh orang mengungsi, kan saya yang berabe, bisa habis ini,” katanya.

Karena kekhawatiran ini, permintaan tersebut didiamkan saja, tidak disampaikan kepada teman-teman Gus Dur.

Beberapa jam kemudian, Gus Dur telepon lagi, memastikan apakah teman-temannya sudah diberi tahu agar mengungsi. Dijawabnya saja “Sudah,” dengan yakin karena memang tak ada tanda-tanda banjir.

Selanjutnya beberapa jam kemudian ia mendapat kabar dari berbagai tempat, air sudah mulai menggenangi Jakarta sampai akhirnya menenggelamkan beberapa wilayah. Banjir 2002 ini termasuk salah satu banjir terbesar yang pernah dialami Jakarta dalam sejarahnya.

sumber : nu.or.id

Wednesday, March 21, 2012

terduga teroris bali pesan wanita, penjaga hotel - ceweknya seksi dan mulus

Terduga Teroris Bali Pesan Wanita, Penjaga Hotel: Ceweknya Seksi & Mulus
by : Gede Suardana

Sebelum digerebek polisi, tiga terduga teroris yang menginap di sebuah hotel di kawasan Jalan Danau Poso, Bali, sempat memesan wanita. Wanita yang dipesan mereka adalah yang seksi dan mulus. Namun wanita pesanan itu batal memenuhi pesanan karena ditahan polisi.

"Saat masuk hotel, mereka (wanita) ditahan. Setelah aman, baru polisi menggerebek," kata penjaga hotel, Made Tama, ketika ditemui di lokasi kejadian, Senin (19/3/2012).

Made mengaku tidak tahu ke mana 3 wanita itu diamankan. Namun mereka tidak sampai mendekat kamar para terduga teroris.

Made menambahkan dirinya sempat melihat para wanita yang dipesan terduga teroris. "Seksi dan mulus," katanya sambil tersenyum.

Tiga terduga teroris itu berinisial (UH) alias Kapten, Dd (27) asal Jawa Barat, Bandung, dan M alias Abu Hanif (30) asal Makasar. Mereka tewas pada saat dilakukan penangkapan karena melakukan perlawanan. Sempat terjadi saling tembak antara polisi dengan para terduga teroris.

Sementara dua terduga teroris lainnya, HN dan AGU, tewas ditembak di Jl G Sopotan.

Selain menembak mati para terduga teroris, turut diamankan pula 2 pucuk senjata api jenis FN yang didapat dari dua lokasi berbeda yakni 1 pucuk didapat dari TKP di Soputan dan 1 pucuk dari TKP Jalan Danau Poso, 2 magasin dan peluru berjumlah 48 butir kaliber 9 milimeter serta sebuah penutup wajah.

(try/vta)

sumber : detik.com (Senin, 19/03/2012)

islam yang ramah

Islam yang Ramah
Oleh KH Said Aqil Siradj

Islam ya Islam. Begitulah ucapan yang sering terlontar dari sebagian Muslim. Benar, Islam yang diyakini dan diamalkan tentu mempunyai karakteristik yang “paten”. Walaupun, faktanya pengamalan Muslim beragam sesuai mazhab yang dianutnya. Ini wajar sebagai bentuk tafsiran semesta ajaran Islam. Di sini, yang harus dicatat adalah bagaimana pengamalan Islam yang elok, penuh empati, santun, dan tidak melampaui batas.

Kita menyadari bahwa memahami Islam secara tekstualistik dan legal-formal sering mendatangkan sikap ekstrem dan melampaui batas. Padahal, Alquran tidak melegitimasi sedikit pun segenap perilaku dan sikap yang melampaui batas.

Dalam hal ini, ada tiga sikap yang dikategorikan “melampaui batas”. Pertama, ghuluw. Yaitu, bentuk ekspresi manusia yang berlebihan dalam merespons persoalan hingga mewujud dalam sikap-sikap di luar batas kewajaran kemanusiaan. Kedua, tatharruf, yaitu sikap berlebihan karena dorongan emosional yang berimplikasi pada empati berlebihan dan sinisme keterlaluan dari masyarakat.

Ketiga, irhab. Ini yang terlalu mengundang kekhawatiran karena bisa jadi membenarkan kekerasan atas nama agama atau ideologi tertentu. Irhab adalah sikap dan tindakan berlebihan karena dorongan agama atau ideologi. “Wahai Ahli Kitab, janganlah kamu melampaui batas dalam agamamu dan janganlah kamu mengatakan terhadap Allah kecuali yang benar.” (QS al-Nisa’: 171).

Idealnya, seorang Muslim harus mendalami dan memahami ajaran Islam secara komprehensif, utuh, hingga ajaran tersebut memberikan dampak sosial yang positif bagi dirinya. Seperti disebutkan di dalam Alquran, yakni mencerna teks-teks ilahiah secara objektif, hati yang bersih, rasional, hingga mampu memunculkan hikmah yang terkandung di dalamnya.

Alangkah kering dan gersangnya agama ini jika ternyata aspek eksoterik dalam Islam hanya sebatas legal-formal dan tendensinya tekstualistik. Sebuah ayat tentang jihad, misalnya, akan terasa gersang dan kering apabila pemahamannya dimonopoli oleh tafsir “perang mengangkat senjata”. Padahal, jihad pada masa Rasulullah merupakan satu wujud dan manifestasi pembebasan rakyat untuk menghapus diskriminasi dan melindungi hak-hak rakyat demi terbangunnya sebuah tatanan masyarakat yang beradab.

Titik puncak kesempurnaan beragama seseorang terletak pada kemampuan memahami ajaran Islam dan menyelaminya sehingga sikap arif dan bijaksana (al-hikmah) bisa tersembul keluar dalam segenap pemahaman dan penafsiran itu.

Di sinilah, perlunya mengedepankan wajah Islam yang ramah. Penekanan pada wajah Islam ini secara metodologi menyangkut aspek esoteris dari Islam yang lazimnya disebut dengan pendekatan sufistik. Islam yang ramah adalah wujud dari penyikapan keislaman yang inklusif dan moderat.

Ciri-ciri keberislaman seperti ini adalah penyampaian dakwah yang mengedepankan qaulan karima (perkataan yang mulia), qaulan ma’rufa (perkataan yang baik), qaulan maisura (perkataan yang pantas), qaulan layyinan (perkataan yang lemah lembut), qaulan baligha (perkataan yang berbekas dalam jiwa), dan qaulan tsaqila (perkataan yang berat). Inilah sikap-sikap keberagamaan sebagaimana diamanatkan Alquran dan sunah.

Redaktur: Heri Ruslan

sumber : republika.co.id (26 Januari 2012)

fatwa takfiri mufti arab saudi akan dibahas di ktt arab mendatang

Fatwa Takfiri Mufti Saudi Akan Dibahas di KTT Arab Mendatang

Liga Arab mendatang di Baghdad, akan dibahas fatwa mufti kerajaan Arab Saudi soal perusakan gereja-gereja di jazirah Arab."

Mehr News (20/3) melaporkan, al-Iwadi mengecam fatwa mufti Arab Saudi itu dan mengatakan bahwa masalah ini akan dibahas dalam KTT di Baghdad. Ditambahkannya bahwa lembaga-lembaga keamanan Irak telah siap menghadapi aksi-aksi melawan fatwa seperti itu, mengingat fatwa tersebut tidak menguntungkan siapa pun dan muncul dari "pemikiran menyimpang."

Dikatakannya, "Fatwa-fatwa pengkafiran dan juga solusinya akan dibahas pada KTT Arab di Baghdad."

memperbarui nisan di kuburan utama

Memperbarui Nisan di Kuburan Umum

Islam sebagai agama tidak hanya melulu mengajarkan berbagai hal yang bersifat ketuhanan (hablum minallah) yang menggambarkan relasi antara Allah sebagai Khaliq dan Manusia sebagai Makhluq. Tetapi juga masalah social (hablum minan nas), yang erat hubungannya dengan haqqul adami. Termasuk di dalamnya adalah tata cara merawat dan menggunakan tanah kuburan milik umum yang luasnya sangat terbatas sekali.

Hal ini sering kali di salah fahami oleh sebagian masyarakat. Mereka menganggap bahwa tanah kuburan milik umum yang di dalamnya terpendam jasad keluarganya, seringkali disalah artikan sebagai tanah milik keluarga. Entah karena merasa membayar ketika mengkuburkan atau karena tradisi yang berlaku di lingkungan masyarakat atau karena alasan lain. Oleh karena itu, seringkali ditemukan usaha untuk merenovasi (memperbaiki) batu nisan dan kijingnya ketika dianggap telah rusak atau usang. Seolah mereka lupa bahwa tanah kuburan itu adalah milik umum. Dan renovasi itu sebenarnya dapat menghalangi orang lain untuk menyemayamkan mayat di kuburan tersebut. Minimal mengurangi kesempatan orang lain memanfaatkan luas kuburan umum yang terbatas itu. Dengan kata lain, perwujudan batu nisan dan kijing yang permanen itu terlalu banyak memanfaatkan fasilitas umum.

Oleh karena itu wajar bila seorang kyai berwasiat pada anak cucunya, supaya kelak ketika mati dikubur di tempat umum tanpa menggunakan batu nisan apalagi kijing permanen. Baiknya kuburan itu ditandai saja dengan kayu supaya cepat rusak dan hilang di makan waktu. Agar kuburannya itu itu dapat digunakan untuk mengkubur orang lain lain lagi. Dengan demikian kyai itu tidak merasa mengambil atau menggunakan fasilitas umum dalam jangka waktu yang cukup lama. Pertanyaan yang muncuk kemudian, babagaimana hukumnya memperbaharui nisan dan kijingnya dalam tanah kuburan umum?

Mengenai hal ini, Syamsudin ar-Ramli dalam Nihayatul Muhtaj dan juga Syikhul Islam Zakariya al-Anshari dalam Fathul Wahab menerangkan bahwa, segala upaya yang dianggap menghalangi pemanfaatan fasilitas umum di larang oleh agama. Dalam hal ini, haram hukumnya memperbarui ataupun membuat perangkat kuburan yang permanen, karena dapat menghalangi orang lain mengkuburkan jenazah. Dengan catatan mayat yang ada dalam kubur itu telah rusak. Para ahli berpendapat bahwa sebuah mayat dapat bertahan hingga 15 tahun hingga 25 tahun. Ada pula yang bertahan hingga 70 tahun, perbedaan ini berdasarkan pada perbedaan iklim suatu daerah tertentu.
Adapun keterangan dalam kitab Nihyatul Muhtaj adalah sebagai beikut:

أَمَّا بَعْدَ الْبَلاَءِ عِنْدَ مَنْ مَرَّأَي مِنْ أَهْلِ الْخِبْرَةِ فَلاَ يَحْرُمُ النَّبْشُ بَلْ تَحْرُمُ أَمَارَتُهُ وَ تَسْوِيَةُ تُرَابٍ عَلَيْهِ إِذَا كَانَ فِي مَقْبَرَةٍ مُسَبَّلَةٍ لإِمْتِنَاعِ النَّاسِ مِنَ الدَّفْنِ فِيْهِ لِظَنِّهِم بِهِ عَدَمَ الْبَلِى.

“Adapun jenazah yang sudah hancur sesuai dengan perkiraan para ahli yang sudah berpengalaman tidak diharamkan untuk digali kembali, bahkan diharamkan membangun bangunan dan meratakan (mengecor) tanah di atasnya jika berada di kuburan yang landai, karena itu bisa menghalangi orang lain untuk menguburkan (jenazah lain), karena mereka menyangka (jenazah yang pertama) belum hancur”. (Syamsuddin Ar-Ramli, Nihayatul Muhtaj, (Mesir: Matba’ah Musthafa al-Halabi, 1357 H/1938 M), Jilid III, h. 40)

Adapun ibaroh dalam Fathul Wahhab adalah sebagai berikut:


أَمَّا بَعْدَ الْبَلِى فَلاَ يَحْرُمُ نَبْشُهُ أَي الْمَيِّتِ بَلْ تَحْرُمُ عِمَارَتُهُ وَ تَسْوِيَةُ التُّرَابِ عَلَيْهِ لِئَلاَّ يَمْتَنِعَ النَّاسُ مِنَ الدَّفْنِ فِيْهِ لِظَنِّهِمْ عَدَمَ الْبَلِيِّ.


“Sedangkan jenazah yang telah hancur maka tidak haram digali, bahkan yang diharamkan adalah membangun, meratakan (mengecor) tanah di atasnya agar tidak menghalangi orang lain menguburkan (jenazah lain) karena menyangka (jenazah yang semula) belum hancur” (Syaikhul Islam Zakariya al-Anshari, Fathul Wahhab, (Beirut: Maktabah Darul Fikr, 1422 H/2002 M), Juz I, h. 118.)



Sumber: Sekretariat PBNU, 2010. Ahkamul Fuqaha. Jakarta: PBNU

sumber : nu.or.id

Tuesday, March 20, 2012

baru jadi mualaf terus minum bir kena campuk dari wahabi australia

Baru Jadi Mualaf, Terus Minum Bir, Kena Cambuk deh dari Wahabi Australia

Seorang pria Australia, yang baru-baru ini menjadi mualaf kedapatan meminum bir bersama teman-temannya. Karena 'aksi' itu terlihat oleh komunitas Muslim lainnya, terutama Wahabi, maka pria tersebut pun kena cambuk.

Christian Martinez yang berumur 31 tahun itu kemudian diseret ke dalam sebuah kamar dan ditidurkan di atas tempat tidur. Kemudian empat pria Muslim Wahabi yang berasal dari Masjid setempat, dengan memegang kabel listrik, mencambuknya sebanyak 40 kali.

Kejadian tersebut berlangsung pada Ahad (17/7) pukul 1.00 pagi waktu setempat. Demikian disampaikan polisi setempat berdasarkan laporan sang korban.

Komunitas Muslim Sydney mengecam 'aksi sepihak' tersebut. Mereka menilai hal tersebut merupakan tindakan yang ilegal menurut syariat Islam.

"Saya berharap orang-orang ini (yang melakukan pencambukan) agar ditangkap dan berhadapan dengan kekuatan hukum yang ada," ujar Ahmed Kilani dari desa Muslim.

Padahal, apa yang dilakukan Martinez sebenarnya sama "seperti yang banyak orang lakukan setiap waktu." Sejumlah barang bukti seperti kabel listrik yang digunakan untuk mencambuk ditemukan di rumah Martinez. Polisi telah menahan para tersangka dan mengatakan akan terus menyelidiki kasus tersebut.

Redaktur: Djibril Muhammad
Sumber: Telegraph.co.uk

sumber : republika.co.id

membaca shalawat untuk nabi

Membaca Shalawat untuk Nabi

Membaca shalawat adalah salah satu amalan yang disenangi orang-orang NU, disamping amalan-amalan lain semacam itu. Ada shalawat “Nariyah”, ada “Thibbi Qulub”. Ada shalawat “Tunjina”, dan masih banyak lagi. Belum lagi bacaan “hizib” dan “rawatib” yang tak terhitung banyaknya. Semua itu mendorong semangat keagamaan dan cita-cita kepada Rasulullah sekaligus ibadah.

Salah satu hadits yang membuat kita rajin membaca shalawat ialah: Rasulullah bersabda: Siapa membaca shalawat untukku, Allah akan membalasnya 10 kebaikan, diampuni 10 dosanya, dan ditambah 10 derajat baginya. Makanya, bagi orang-orang NU, setiap kegiatan keagamaan bisa disisipi bacaan shalawat dengan segala ragamnya.

Salah satu shalawat yang sangat popular ialah “Shalawat Badar”. Hampir setiap warga NU, dari anak kecil sampai kakek dan nenek, dapat dipastikan melantunkan shalawat Badar. Bahkan saking populernya, orang bukan NU pun ikut hafal karena pagi, siang, malam, acara dimana dan kapan saja “Shalawat Badar” selalu dilantunkan bersama-sama.

Shalawat yang satu ini, “shalawat Nariyah”, tidak kalah populernya di kalangan warga NU. Khususnya bila menghadapi problem hidup yang sulit dipecahkan maka tidak ada jalan lain selain mengembalikan persoalan pelik itu kepada Allah. Dan shalawat Nariyah adalah salah satu jalan mengadu kepada-Nya.

Salah satu shalawat lain yang mustajab ialah shalawat Tafrijiyah Qurtubiyah, yang disebut orang Maroko shalawat Nariyah karena jika mereka (umat Islam) mengharapkan apa yang dicita-citakan, atau ingin menolak apa yang tidak disuka, mereka berkumpul dalam satu majelis untuk membaca shalawat Nariyah ini sebanyak 4444 kali, tercapailah apa yang dikehendaki dengan cepat bi idznillah. Shalawat ini juga oleh para ahli yang tahu rahasia alam.

Imam Dainuri memberikan komentarnya: Siapa membaca shalawat ini sehabis shalat (fardlu) 11 kali digunakan sebagai wiridan maka rejekinya tidak akan putus, disamping mendapatkan pangkat/kedudukan dan tingkatan orang kaya. (Khaziyat al-Asrar, hlm 179)

Simak sabda Rasulullah SAW berikut ini:

وَأخْرَجَ ابْنُ مُنْذَة عَنْ جَابِرٍ رَضِيَ الله عَنهُ أنّهُ قال قال َرسُوْلُ اللهِ صَلّى الله عَلَيْهِ وَسَلّمَ: مَنْ صَلّى عَلَيَّ كُلّ يَوْمٍ مِئَة مَرّةٍ – وَفِيْ رِوَايَةٍ – مَنْ صَلَّى عَلَيَّ فِي اليَوْمِ مِئَة مَرّةٍ قَضَى اللهُ لَهُ مِئَة حَجَّةٍ – سَبْعِيْنَ مِنْهَا في الأخِرَةِ وَثَلاثِيْنَ فِي الدُّنْيَا – إلى أنْ قال – وَرُوِيَ أن النَّبِيَّ صَلّى اللهُ عليه وسلم قال : اكْثَرُوا مِنَ الصَّلاةِ عَلَيَّ فَإنّهَا تَحِلُّ اْلعَقْدَ وَتَفْرجُ الكُرَبَ – كَذَا فِيْ النزهَةِ

Hadits Ibnu Mundah dari Jabir, ia mengatakan: Rasulullah SAW bersabda: Siapa membaca shalawat kepadaku 100 kali maka Allah akan mengijabahi 100 kali hajatnya; 70 hajatnya di akhirat, dan 30 di dunia. Sampai kata-kata … dan hadits Rasulullah yang mengatakan: Perbanyaklah shalawat kepadaku karena dapat memecahkan masalah dan menghilangkan kesedihan. Demikian seperti tertuang dalam kitab an-Nuzhah.

Rasulullah di alam barzakh mendengar bacaan shalawat dan salam dan dia akan menjawabnya sesuai jawaban yang terkait dari salam dan shalawat tadi. Seperti tersebut dalam hadits. Rasulullah SAW bersabda: Hidupku, juga matiku, lebih baik dari kalian. Kalian membicarakan dan juga dibicarakan, amal-amal kalian disampaikan kepadaku; jika saya tahu amal itu baik, aku memuji Allah, tetapi kalau buruk aku mintakan ampun kepada Allah. (Hadits riwayat Al-hafizh Ismail Al-Qadhi, dalam bab shalawat ‘ala an-Nabi).

Imam Haitami dalam kitab Majma’ az-Zawaid meyakini bahwa hadits di atas adalah shahih. Hal ini jelas bahwa Rasulullah memintakan ampun umatnya (istighfar) di alam barzakh. Istighfar adalah doa, dan doa Rasul untuk umatnya pasti bermanfaat.

Ada lagi hadits lain. Rasulullah bersabda: Tidak seorang pun yang memberi salam kepadaku kecuali Allah akan menyampaikan kepada ruhku sehingga aku bisa menjawab salam itu. (HR. Abu Dawud dari Abu Hurairah. Ada di kitab Imam an-Nawawi, dan sanadnya shahih)

sumber : nu.or.id

ledakan terbaru di suriah tewaskan 27 orang

Ledakan Terbaru di Suriah Tewaskan 27 Orang yang dilakukan pemberontak wahabi arab saudi (muhammad bin abdul wahab & Nashirudin al-Albani)

Setidaknya 27 orang tewas dan 97 terluka dalam dua ledakan terbaru di Damaskus ibukota Suriah. Laporan awal mengatakan, ledakan berasal dari dua kendaraan bermuatan bahan peledak. Rincian laporan tidak dapat diberitakan, karena minimnya akses. Sebagian korban adalah anggota intelijen dan polisi yang terkena pecahan bangunan.

Puluhan orang telah tewas dalam serangan bom di Damaskus dan Aleppo beberapa bulan terakhir. Dalam insiden ini, pihak pemerintah dan oposisi 'cuci tangan' dan saling menyalahkan.

Ledakan terbaru terjadi dua hari setelah peringatan setahun pemberontakan terhadap Presiden Bashar Al-Assad. PBB memperkirakan, pemberontakan telah menewaskan lebih dari delapan ribu orang.

Kepaada kantor berita AFP, salah satu aktivis mengatakan, ledakan pertama terjadi pukul 07:30 waktu setempat. Kemudian diikuti ledakan kedua yang lebih kuat.

"Semua jendela dan pintu pecah. Saya sedang tidur ketika mendengar suara seperti gempa bumi, sampai akhirnya terdengar teriakan,” kata warga setempat Majed Seibiyah, kepada kantor berita Associated Press.

Protes anti-pemerintah kembali diadakan pada Jumat (16/3) waktu setempat di Suriah. Pertempuran kembali terjadi sejak pasukan pemerintah memberlakukan kontrol militer beberapa pekan lalu. Di hari yang sama, PBB dan Liga Arab memperpanjang masa tugas utusan khusus Kofi Annan. Ia ditugaskan untuk mengakhiri pertempuran dan menghilangkan hambatan bantuan kemanusiaan untuk Suriah. Annan mengatakan, telah mengirim satu tim khusus ke Suriah untuk pemantauan internasional.

Dunia internasional tetap terbagi menanggapi kondisi Suriah. Rusia dan Cina mendukung untuk menolak resolusi PBB. Sementara 27 negara lain mendukung resolusi ntuk mencegah pemerintah menggunakan senjata menghadapi oposisi. Namun Rusia dan China mendukung misi perdamaian yang dibawa Annan.

Redaktur: Karta Raharja Ucu
Reporter: Roshma Widiyani

sumber : www.republika.co.id

gus dur ditawari daging babi (57)

GUS DUR WALI (57)
Gus Dur Ditawari Daging Babi

Nahdlatul Ulama adalah ormas Islam terbesar di dunia. Banyak sekali undangan dari luar negeri yang ditujukan ke PBNU, entah menjalin kerjasama, dialog antar agama atau urusan lainnya. Jika dituruti, hal seperti itu tak ada habisnya.

Suatu ketika ketika Gus Dur masih menjabat sebagai ketua umum PBNU melakukan kunjungan ke Australia dalam sebuah rombongan. Ikut didalamnya asisten pribadi Gus Dur, H Sulaiman, yang telah menemaninya sejak tahun 1986.

Acara berlangsung selama beberapa hari sehingga peserta diinapkan di hotel.

Pagi-pagi setelah bangun, seperti biasa, aktifitas pertama yang dilakukan adalah sarapan. Berkumpullah rombongan dari Indonesia di restoran tempat sarapan pagi. Tentu saja, sebagai asisten pribadi, H Sulaiman menawarkan kepada Gus Dur berbagai jenis makanan yang enak-enak.

Disodorkanlah sebuah makanan dari daging kepada Gus Dur, tapi ia tidak langsung memakannya, melainkan dicium baunya dahulu.

“Jangan dimakan, ini daging babi.“ Segera saja, makanan itu disingkirkan dan diganti dengan jenis lain yang jelas-jelas halal.

Entah bagaimana, Sulaiman tidak tahu bagaimana membedakan jenis-jenis daging hanya dari baunya saja, tetapi yang jelas Gus Dur bisa melakukannya. Apakah ini kepekaan yang dimiliki oleh orang tertentu atau bagian dari kemampuan super Gus Dur, ia juga tidak tahu.

Esok harinya, rombongan dari Indonesia berkumpul kembali. Ada dedengkot Islam liberal yang pada hari sebelumnya tidak ikut sarapan kemudian mengambil daging babi tersebut. Tentu saja haji Sulaiman mengingatkan agar jangan dimakan.

“Ah ngak apa-apa, saya kan ngak tahu“ jawabnya sambil menyantap dengan lahap sementara yang lain hanya bisa memandangnya saja.

Sulaiman menuturkan, Gus Dur sangat ketat dalam menjaga kehalalan makanan. Ketika mereka berkunjung ke Perancis, sebagimana tradisi setempat, ada minuman anggur sebagai pelengkapnya. Tetapi anggur putih yang disediakan tuan rumah ditolaknya dengan halus.

“Suatu ketika sopirnya Gus Dur menenggak minuman ringan yang didalamnya terdapat kandungan alkohol dalam kadar ringan. Ketika ketahuan, langsung saja dimarahi habis-habisan. ’Kayak ngak ada minuman lain saja,’ kata Gus Dur’.“

Penulis: Mukafi Niam

sumber : nu.or.id

kisah terbongkarnya konspirasi saudi di irak

Kisah Terbongkarnya Konspirasi Saudi di Irak

sebuah laporan keamanan memberitakan munculnya friksi antara Kepala Dinas Intelejen Arab Saudi, Muqran Bin Abdul Aziz dan Menteri Luar Negeri Saud Al-Faisal mengenai masalah Irak.

Sebagaimana dilaporkan kantor berita Fars News, Menlu Arab Saudi baru-baru ini mengetahui bahwa salah satu negara Eropa menemukan dokumen rahasia mengenai aktivitas dinas intelejen Saudi.

Sontak, Saud Al-Faisal langsung menegur kepala Dinas Intelejen Arab Saudi. Dokumen yang ditandatangani Muqran Bin Abdul Aziz itu jelas menunjukkan intervensi dinas intelejen Arab Saudi dalam serangan teroris di Irak. Sumber yang bisa dipercaya menyebutkan bahwa dokumen itu merupakan yang ketiga kalinya terbongkar mengenai intervensi Saudi dalam urusan keamanan Irak.

Di saat pemerintahan baru Irak terbentuk dan Saudi gagal menggiring Baghdad membentuk pemerintahan sesuai kepentingannya, Riyadh justru melakukan tindakan yang memperuncing ketegangan kedua negara. Pejabat tinggi Baghdad memperingatkan intervensi yang dilakukan Saudi terhadap urusan internal Irak, seraya menegaskan bahwa Arab Saudi menggelontorkan dukungan finansial untuk teroris di Irak.

Anggota Koalisi Nasional Irak mengatakan beberapa kalangan di Arab Saudi menawarkan dukungan finansial dan moral untuk teroris, yang berada di balik berbagai serangan di negara yang porak-poranda akibat perang itu.

Politisi Koalisi Nasional Irak menyinggung adanya cukup bukti mengenai keterlibatan Saudi dalam berbagai kekerasan di Irak. Muhammad Hussein,anggota Koalisi Nasional Irak mengungkapkan, Irak harus menutup perbatasannya dengan Arab Saudi untuk menghalangi masuknya teroris dari negara itu.

Tidak hanya itu, beberapa otoritas keagamaan di Arab Saudi bahkan mengeluarkan fatwa yang membolehkan membunuh orang Syiah, yang membentuk populasi mayoritas Irak. Bahkan sejumlah ulama Wahabi juga mendukung pemerintah Saudi menggagalkan terbentuknya pemerintahan baru Irak.

Analis Politik menilai Arab Saudi melakukan segala cara untuk menghalangi terbentuknya pemerintahan Syiah di Irak. Seorang anggota Parlemen Irak mengungkapkan, petugas keamanan Saudi menculik seorang warga Irak untuk ditukar dengan teroris Saudi yang ditahan di penjara Irak.

Kini, Dinasti Saudi tengah diguncang krisis internal kerajaan. Salah satunya menyangkut masalah intervensi Saudi dalam urusan Irak. Seorang keluarga kerajaan Saudi mengungkapkan bahwa Dinas Intelejen Amerika Serikat (CIA) memiliki dokumen yang memuat peran Arab Saudi dalam merekrut teroris dan mengirimnya ke Irak untuk melakukan aksi teror di Negeri 1001 Malam itu. Dokumen rahasia yang bocor ini menunjukkan intervensi Arab Saudi dalam urusan internal Irak pada tahun 2004.

Redaktur: Krisman Purwoko
Sumber: IRIB/PH

sumber : republika.co.id

mengenal salafiyah - awal dan akar

Mengenal Salafiyah: Awal dan Akar

Salafiyah dihidupkan oleh Ibnu Taimiyah, karena pada saat itu, umat Islam mengalami era kemunduran atau zaman Taklid.

Ajaran Islam menyebar ke seluruh penjuru dunia. Kaum Muslim pun dihadapkan pada situasi dan tantangan intelektual baru yang beragam. Tentu saja, tantangan itu harus segera direspons dengan solusi yang sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam.

‘’Selain menggunakan Alquran, umat Islam juga menggunakan pemikiran rasional untuk menjelaskan konsep dan doktrin Islam,’’ ungkap John L Esposito dalam Ensiklopedi Oxford. Kaum Muslim menggunakan teknik itu untuk menjelaskan berbagai persoalan, seperti eksistensi Allah, sifat ilhahi, sifat Alquran, hingga menjawab pertanyaan apakah Allah akan terlihat di surga.

Setelah wafatnya Khalifah Usman bin Affan pada 35 H/656 M, konflik di kalangan umat Islam mulai menajam. Kontrovesi terkait berbagai topik, seperti iman, status orang berdosa, sifat tindakan manusia, kebebasan dan tekad, serta keimaman telah melahirkan beragam aliran teologi, seperti Qadiriyah, Jabariyah, Shifatiyah, Khawarij, dan Muktazilah.

Munculnya beragam mazhab teologi itu pun memantik perseteruan di antara para pengikutnya. ‘’Kondisi itu mengundang keprihatinan Ahmad Ibnu Hanbal, pendiri mazhab keempat Sunni,’’ papar Esposito. Sehingga, Ibnu Hanbal didapuk sebagai juru bicara salafiyah klasik.

Ia menginginkan agar umat Muslim segera kembali kepada ajaran Islam yang murni dan sederhana berdasarkan Alquran, Sunah, dan hadis para salaf. Istilah Salafi, menurut sebagain kalangan, pertama kali muncul dalam kitab Al-Ansaab karya Abu Saad Abd al-Kareem al-Sama'ni, yang meninggal pada 562 H/1166 M.

***

Kata salafiyah, menurut Esposito, diturunkan dari akar kata salaf yang berarti ‘’mendahului’’. Alquran menggunakan kata salaf untuk merujuk masa lalu, dalam surah Al-Maidah [5] ayat 95 dan Al-Nafal [8] ayat 38. ‘’Dalam leksikon Arab, salaf adalah leluhur yang saleh,’’ ungkap guru besar untuk bidang Studi Islam di Universitas Georgetown, Amerika Serikat itu.

Sebagai seorang juru bicara Salafi klasik, Ibnu Hanbal telah meletakkan sejumlah doktrin Salafiyah. Pertama, keutamaan teks wahyu di atas akal. Menurutnya, tak ada kontradiksi antara wahyu atau kitab suci dan akal. Kedua, menolak disiplin kalam (teologi). Salafiyah memandang persoalan yang diangkat mazhab-mazhab teologi sebagai sesuatu yang bidah.

Ketiga, Ibnu Hanbal menekankan pentingnya ketaatan ketat kepada Alquran, Sunah, dan konsensus (ijmak) para leluhur yang saleh. ‘’Ibnu Hanbal memagang Alquran dan ajaran Nabi SAW sebagai sumber otoritatif dalam memahami masalah agama,’’ tutur guru besar untuk bidang Agama dan Hubungan Internasional pada Universitas Georgetown, Amerika Serikat itu.

***
Seiring bergilirnya waktu, pendekatan Salafiyah mulai berevolusi dalam menangani berbagai masalah yang dihadapi umat Islam. Gerakan Salafiyah lalu dihidupkan lagi oleh Ibnu Taimiyah, ulama dan pemikir Muslim yang hidup di antara abad ke-13 dan ke-14 M.

Salafiyah dihidupkan oleh Ibnu Taimiyah, karena pada saat itu, umat Islam mengalami era kemunduran. Terlebih, setelah kota Baghdad, ibu kota Kekhalifahan Abbasiyah dihancurkan bangsa Mongol dalam sebuah invasi pada 1258 M. Dunia Islam yang selama tujuh abad sebelumnya bersinar mulai mengalami kegelapan.

Dunia Islam mengalami kemunduranalam berbagai bidang, baik pemikiran keagamaan, politik, sosial, maupun moral. Kezaliman merajarela, penguasa tak berdaya, dan para ulama tak bias berijtihad secara murni lagi. Saat itu, umat Islam berada dalam zaman Taklid.

Masa Taklid disebut para sejarawan dan pemikir Islam sebagai masa kemunduran. Pada pertengahan abad ke-13 M itu, masyarakat Muslim banyak yang menjadi penyembah kuburan, nabi, ulama, dan tokoh-tokoh tarekat. Mereka berharap berkat anbia (para nabi) dan aulia (para wali).

Kaum Muslimin pada era kemunduran itu cenderung meninggalkan Alquran dan Sunah Rasulullah SAW. Masyarakat Islam pada waktu itu terjebak pada perbuatan syirik dan bidah dan lebih percaya pada khurafat (menyeleweng dari akidah Islam) dan takhayul. Kondisi itulah yang membuat Ibnu Taimiyah tergerak untuk menghidupkan gerakan Salafiyah

Ibnu Taimiyah berpendapat, tiga generasi awal Islam, yaitu Rasulullah Muhammad SAW dan Sahabat Nabi, kemudian Tabi'in yaitu generasi yang mengenal langsung para Sahabat Nabi, dan Tabi'ut tabi'in yaitu generasi yang mengenal langsung para Tabi'in adalah contoh terbaik untuk kehidupan Islam. Ketiga generasi kaum Muslimin itu biasa disebut sebagai kaum Salaf.

Doktrin yang menonjol dari gerakan Salafiyah yang dihidupkan Ibnu Taimiyah antara lain: pintu ijitihad selalu terbuka sepanjang masa; taklid atau ikut-ikutan tanpa mengetahui sumbernya diharamkan; diperluka kehati-hatian dalam berijtihad dan berfatwa; perdebatan teologis (kalamiah), seperti Muktazilah, Jahamiyah dan lainnya dihindarkan; ayat Alquran dan hadis yang mutasyabihat (tak jelas menunjuk pada satu arti) tak ditafsirkan dan tidak ditakwilkan.

Gerakan Salafiyah juga dikenal sebagai gerakan Tajdid (pembaharuan). Ada pula yang menyebutnya, gerakan Islah (perbaikan) dan gerakan Reformasi. Tak heran, jika Ibnu Taimiyah ditabalkan sebagai Bapak Tajdid, Bapak Islah, Bapak Reformasi, serta bapak Pembaharuan dalam Islam.

***

Sejak saat itu, gerakan Salafiyah mulai menyebar ke berbagai penjuru dunia. Di era pramodern, yakni abad ke-18 M, gerakan Salafiyah kembali dihidupkan Muhammad bin Abdul Wahab (1703-1792) lewat Wahhabiyah. Gerakan itu lahir sebagai sebuah upaya untuk mereformasi umat yang sedang mengalami kehancuran, baik secara moral dan sosial.

Gerakan serupa juga turut mempengaruhi lahirnya Sanusiyah dan Mahdiyah. Bahkan, di luar Arab muncul gerakan Usuman Dan Fodio (1754-1817) di Nigeria. Selain itu, ada pula gerakan Ahmad Sirhindi (1564-1624), dan Sayyid Ahmed Barelwi (1786-1831) di Anak Benua India. Mereka menggelorakan persatuan Islam, pemurnian agama, serta reformasi moral dan sosial.

Redaktur: Heri Ruslan
Sumber: Islam Digest Republika

sumber : republika.co.id

wahabi harus diwaspadai

Ketua NU : Wahabi Harus Diwaspadai

Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, Said Aqil Siradj mengatakan gerakan Wahabi yang berkembang di Indonesia berasal dari Arab Saudi dengan tujuan ingin mengajarkan pemurnian Islam versi mereka, sementara ajaran lain dianggap tidak sesuai.

"Konsep tersebut tidak cocok diterapkan di Indonesia dan harus diwaspadai. Karena dalam perkembangannya wahabi itu sedikit lebih keras," kata dia dalam Bedah buku oleh Gerakan Pemuda Anshor di Riau, Ahad (5/2).

Ia mengatakan, Wahabi memang bukan gerakan terlarang, namun pihaknya menghimbau agar ketidaksamaan pandangan tidak membuat umat bingung.

"Mereka sering menganggap umat lain menjalankan tradisi 'bidah' yang tak diajarkan agama seperti ziarah kubur, baca tahlil, sehingga ajaran itu harus ditinggalkan," kata dia.

Ia mengatakan, segala kegiatan yang dilakukan umat Islam terutama kaum Nahdiyin (NU) semua berdasarkan ajaran dan tuntunan dan tidak ada yang mengada-ngada.

"NU bersikap tegas, kami justru menghargai agama lain yang jelas-jelas tidak mebawa nama Islam," kata dia. Hal tersebut, kata Said, karena dalam Al-Quran juga diajarkan untuk saling menghargai antarumat beragama.

Redaktur: Hafidz Muftisany
Sumber: Antara

sumber : republika.co.id (Minggu, 05 Pebruari 2012)

hukum membongkar kuburan (2)

Hukum Membongkar Kuburan (2-habis)

Sesuai dengan redaksi yang tertera dan dinukil dari Kitab Al-Umm, karya Imam Asy- Syafi'i, diterangkan jika mayat sudah dikubur, maka tidak seorang pun boleh menggali kembali kuburannya sampai berlalu suatu masa yang menurut pakar daerah tersebut mayat itu telah hilang atau hancur.

Dan ukuran berapa lamakah mayat dinyatakan hancur tersebut berbeda-beda antara satu daerah dengan daerah lain. Biasanya, bisa setahun atau lebih.

Kepentingan menggali kubur itu salah satunya ialah menanam jenazah yang baru di lubang yang sama. Pada dasarnya, hukum menggali kubur yang telah lama, apabila telah ada tanda-tanda yang kuat, bahwa mayat itu sudah hancur, maka hukumnya boleh (jaiz).

Kemudian kalau menemukan tulang-tulang sebelum penggalian sempurna, maka harus pindah. Tetapi kalau menemukan tulang-tulang itu setelah penggalian sempurna maka tidak wajib pindah. Dan boleh menanam mayat baru dan semua tulang-tulang yang ditemukan, supaya ditanam kembali.

Soal hukum menanam dua jenazah atau lebih dalam satu lubang juga dihukumi boleh menurut Tim Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Dalam Buku Kumpulan Fatwa-Fatwa Tarjih dijelaskan, pada prinsipnya kalau ada seseorang meninggal dunia lazimnya dikubur dalam satu kuburan.

Namun, tidak ada larangan dalam keadaan yang sangat memerlukan untuk mengubur beberapa orang dalam satu kuburan, seperti yang terjadi pada waktu Perang Uhud. Penguburan jenazah kala itu tidak hanya satu, tetapi ada yang dua atau tiga dalam satu liang lahat.

Muncul kembali pertanyaan, apa hukum memindahkan kompleks pemakaman? Masih mengutip Kumpulan Keputusan Hasil Muktamar, Munas, dan Konbes Nahdlatul Ulama (NU), dijabarkan bahwa pemindahan kompleks makam dan makam individu, hukumnya tafshil atau terperinci.

Dalam pandangan ulama bermazhab Hanafi, hukumnya boleh. Menurut mazhab Syafi'i, haram hukumnya membongkar kembali mayat setelah dikuburkan sebelum mayat tersebut diyakini hancur sesuai dengan pendapat para pakar tentang tanahnya, untuk dipindahkan ataupun lainnya, kecuali karena darurat seperti dikuburkan tanpa disucikan, baik dimandikan atau tayamum. Sementara, mayat tersebut merupakan orang yang wajib disucikan.

Sedangkan mazhab Maliki memperbolehkan memindahkan mayat sebelum dan sesudah dikubur dari satu tempat ke lokasi lain dengan syarat, yaitu tidak terjadi perusakan pada tubuh mayat, tidak menurunkan martabat mayat, dan pemindahan tersebut atas dasar maslahat.


Redaktur: Chairul Akhmad
Reporter: Nashih Nashrullah

sumber : republika.co.id (Selasa, 14 Pebruari 2012)

hukum membongkar kuburan (1)

Hukum Membongkar Kuburan (1)
Selasa, 14 Pebruari 2012

Membongkar kuburan? Bagi masyarakat pedesaan pada umumnya masih sangat tabu karena dianggap sakral. Kasus pembongkaran ulang kuburan di daerah-daerah bisa dihitung jari, malahan nyaris sulit ditemukan.

Tetapi, lain ceritanya jika di wilayah perkotaan. Bongkar-membongkar kuburan tampaknya tak lagi canggung dan sudah biasa. Alasan pembongkaran pun bisa beragam, mulai dari penggusuran tanah pemakaman ataupun untuk kepentingan otopsi guna penyelidikan kasus-kasus tertentu.

Apa pun dalihnya, fenomena pembongkaran makam pernah terjadi sepanjang sejarah Islam. Hal ini terlihat dari munculnya bermacam reaksi pendapat menyikapi hal itu. Mulai dari yang memperbolehkan dengan syarat ataupun melarangnya mutlak.

Dalam Kitab Al- Fiqh 'Ala al-Madzahib Al-Khamsah karangan Muhammad Jawwad Mughniyyah disebutkan, semua ulama mazhab sepakat bahwa membongkar kuburan itu adalah haram, baik mayat tersebut masih anak kecil ataupun orang dewasa, gila maupun berakal, kecuali untuk mengetahui ada tidaknya, dan telah jadi tanah, atau penggalian ulang itu bertujuan untuk kemaslahatan mayat.

Misalnya, dalam kasus ketika lokasi kuburan berada di tempat mengalirnya air atau di tepi sungai atau dipendam di tempat yang haram, seperti lokasi pemakaman hasil penggelapan tanah.

Dalam Buku Himpunan Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) dijelaskan bahwasannya hukum memindahkan jenazah diperbolehkan jika memang sekiranya ada pertimbangan lain. Pertimbangan yang dimaksud tersebut tentunya ialah perkara yang diperbolehkan dalam syariat. Hal ini mengingat hukum memindahkan jenazah yang telah dimakamkan menurut sebagian besar ulama ialah diharamkan.

Adapun pendapat Imam Malik menyatakan bahwa pemindahan jenazah yang telah dimakamkan diperbolehkan dengan alasan kemaslahatan, di antaranya untuk memudahkan ziarah atau dimakamkan di tengah makam keluarga. MUI Juga pernah mengeluarkan fatwa bahwasannya penyelidikan ilmiah terhadap mayat, tidak dilarang oleh Islam, atau dengan kata lain diperbolehkan.

Terkait hukum menggali kembali kubur, Nahdlatul Ulama (NU) pernah mengeluarkan hasil kajian hukum. Dalam Kumpulan Keputusan Hasil Muktamar, Munas, dan Konbes Nahdlatul Ulama (NU) 1924-2004, ditegaskan bahwa diharamkan menggali kubur sebelum mayat di dalamnya hancur sesuai dengan pendapat para pakar di daerah tersebut setelah mayat itu dikubur.

Redaktur: Chairul Akhmad
Reporter: Nashih Nashrullah

sumber : republika.co.id

ziarah kubur

Ziarah Kubur

Kita telah diperintah untuk ziarah kubur, Rasulallah s.a.w. dan para sahabat juga menjalankan ziarah kubur. Jadi tidak ada dasar sama sekali untuk melarang ziarah kubur, karena kita semua tahu bahwa Rasulallah pernah ziarah ke makam Baqi’ dan mengucapkan kata-kata yang ditujukan kepada para ahli kubur di makam Baqi’ tersebut.
Dalil-dalil tentang ziarah kubur

قَالَ رَسُوْلُ الله صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلّمَ : نَهَيْتُكُمْ عَنْ زِيَارَةِ اْلقُبُوْرِ فَزُوْرُوْهَا

Artinya : Rasulallah s.a.w bersabda: Dahulu aku telah melarang kalian berziarah ke kubur. Namun sekarang, berziarahlah kalian ke sana. (H.R. Muslim)

عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ الله صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمْ : اِسْتَأْذَنْتُ رَبِّيْ أَنْ أَسْتَغْفِر لأُمِّيْ ، فَلَمْ يَأذَنْ لِيْ ، وَاسْتأذَنْتُهُ أنْ أَزُوْرَ قَبْرَهَا فَأذِنَ لِيْ

Artinya: Dari Abu Hurairah r.a. Berkata, Rasulallah s.a.w. bersabda: Aku meminta ijin kepada Allah untuk memintakan ampunan bagi ibuku, tetapi Allah tidak mengijinkan. Kemudian aku meminta ijin kepada Allah untuk berziarah ke makam ibuku, lalu Allah mengijinkanku. (H.R. Muslim)

وَفِى رِوَايَةٍ أُخْرَى : زَارَ النَّبِيُّ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَبْرَ اُمِّهِ, فَبَكَي وَاَبْكَى مَنْ حَوْلَهُ (اَخْرَجَهُ مُسْلِمْ وَاْلحَكِيْم

Artinya : Dalam riwayat yang lain dari Abu Hurairah bahwa : Nabi s.a.w. ziarah ke makam ibunya kemudian menangis lalu menangislah orang-orang sekitarnya. (H.R. Muslim [hadits ke 2256], dan al-Hakim [hadits ke 1390]).

Jadi dengan demikian, menangis di dekat kubur tidaklah berimplikasi pada kekafiran, begitu juga tidak mendatangkan siksa bagi mayit yang ditangisi.

Adapun Pendapat para ulama’ tentang ziarah kubur diantaranya:

1. Imam Ahmad bin Hanbal
Ibnu Qudamah dalam kitabnya “al-Mughni” menceritakan bahwa Imam Ahmad bin Hanbal pernah ditanya pendapatnya tentang masalah ziarah kubur, manakah yang lebih utama antara ziarah kubur ataukah meninggalkannya. Beliau Imam Ahmad kemudian menjawab, bahwa ziarah kubur itu lebih utama.

2. Imam Nawawi
Imam Nawawi secara konsisten berpendapat dengan hukum sunahnya ziarah kubur. Imam Nawawi juga menjelaskan tentang adanya ijma’ dari kalangan ashabus Syafi’i (para pengikut Imam Syafi’i) tentang sunahnya ziarah kubur.

3. Doktor Said Ramadlan al-Buthi
Doktor Said Ramadhan al-Buthi juga berbendapat dengan pendapat yang memperbolehkan ziarah kubur. Al-Buthi berkata, “Belakangan ini banyak dari kalangan umat Islam yang mengingkari sampainya pahala kepada mayit, dan menyepelekan permasalahan ziarah ke kubur.”

(Disarikan dari buku Amaliah NU dan Dalil-Dalilnya, Penerbit LTM (Lembaga Ta”mir Masjid)PBNU.

Sumber : nu.or.id

jamaah tabligh

Jamaah Tabligh
oleh : H As'ad Said Ali

Note : Jamaah Tabligh 100% bukan wahabi. Jamaah Tabligh termasuk ASWAJA

Jamaah Tabligh didirikan oleh syeikh Muhammad Ilyas bin Syeikh Muhammad Ismail, bermazhab Hanafi, Dyupandi, al-Jisyti, Kandahlawi (1303-1364 H). Syeikh Ilyas dilahirkan di Kandahlah sebuah desa di Saharnapur, India. Ilyas sebelumnya seorang pimpinan militer Pakistan yang belajar ilmu agama, menuntut ilmu di desanya, kemudian pindah ke Delhi sampai berhasil menyelesaikan pelajarannya di sekolah Dioband, kemudian diterima di Jam’iyah Islamiyah fakultas syari’ah selesai tahun 1398 H. Sekolah Dioband ini merupakan sekolah terbesar untuk pengikut Imam Hanafi di anak benua India yang didirikan pada tahun 1283H/1867M.

Di Indonesia, hanya membutuhkan waktu dua dekade, Jamaah Tabligh (JT) sudah menggurita. Hampir tidak ada kota di Indonesia yang belum tersentuh oleh model dakwah mereka. Tanda kebesaran dan keluasan pengaruhnya sudah ditunjukkan pada saat mengadakan “pertemuan nasional” di Pesantren Al-Fatah Desa Temboro, Magetan, Jawa Timur pada tahun 2004. Kenyataan ini sungguh di luar dugaan untuk sebuah organisasi yang relatif baru dan tidak mempunyai akar di Indonesia.

Merebaknya JT sebenarnya hanyalah salah satu sekuen dari perkembangan serupa di banyak negara. Kelompok ini sekarang sedang mewabah di seluruh dunia, dan menjadi ujung tombak gerakan islamisasi di negara-negara atau daerah-daerah non-muslim. Mereka bisa karena menawarkan format Islam yang lebih ramah, sederhana, sentuhan personal serta tekanan pengayaan spritualitas personal. Format semacam ini bagaimanapun mengisi ruang kosong yang ditinggakan oleh kapitalisme dan modernisme.

Meskipun demikian, JT tetap menimbulkan kontroversi. Sebagian kalangan menuduh kelompok ini adalah bagian dari jaringan Islam garis keras. Namun, sebagian lainnya, justru berpendapat berbeda. JT dianggap semata-mata komunitas dakwah yang bersifat apolitis. Adanya perbedaaan pandangan yang sangat tersebut menunjukkan komunitasnya ini sesungguhnya belum banyak dieksplorasi sehingga tidak mudah dipahami. Hal ini sebenarnya wajar, mengingat komunitas ini relatif kurang terbuka kepada publik.

Pemikiran Dasar

Dalam gerakan Islam kontemporer, Jamaah Tabligh adalah gerakan dakwah yang mempunyai pengikut yang terbesar, pengikutnya hampir ada di setiap negara baik yang dihuni oleh mayoritas muslim maupun non Muslim. Banyaknya pengikut Jamaah Tabligh di berbagai negara tidak terlepas dari pemikiran yang ditawarkan Jamaah Tabligh kepada pengikutnya. Ada dua prinsip yang sangat fundamental bagi Jamaah Tabligh yaitu tidak melibatkan diri dalam politik praktis dan tidak membahas masalah keagamaan yang bersifat khilafiyah.

Pemikiran Jamaah Tabligh lebih jauh bisa dikatakan bertolak belakang secara diametral dengan gerakan dakwah Islam lainnya. Sedikitnya ada empat prinsip dalam Jamaah Tabligh yang paradoks dengan gerakan dakwah Islam lain;

Pertama, menurut Jamaah Tabligh, pada saat ini pintu ijtihad sudah ditutup. Sebab menurut Jamaah Tabligh, syarat-syarat ijtihad yang dikemukakan ulama salaf sudah tidak ada lagi di kalangan ulama saat ini. Karena itu, ada keharusan bagi kaum muslimin untuk bertaklid. Pemikiran sangat bertentangan dengan pemikiran Muhammad Abduh, pemikir muslim dari Mesir, yang membuka pintu ijtihad seluas-luasnya agar kaum muslimin dapat maju.

Kedua, pendekatan dakwah dan ibadah yang digunakan adalah dengan cara tasawuf, tidak dengan politik, sosial, budaya ataupun perlawanan bersenjata. Sebab Jamaah Tabligh sangat meyakini bahwa tasawuf adalah cara untuk mewujudkan hubungan dengan Allah dan memperoleh kelezatan iman. Mengutamakan ibadah mahdhoh, sebagaimana tasawuf, banyak ditentang oleh gerakan Islam lainnya terutama oleh gerakan Wahabi, Hizbut Tahrir, Ikhwanul Muslimin dll.

Ketiga, Jamaah Tabligh tidak memandang perlu nahi munkar, dengan alasan bahwa fase sekarang menurut Jamaah Tabligh adalah fase mewujudkan iklim yang kondusif bagi masuknya kaum muslimin ke dalam Jamaah mereka. Dengan prinsip ini, kehadiran Jamaah Tabligh di berbagai tempat nyaris tak mendapat resistensi. Prinsip ini banyak mendapat kritik dari berbagai kalangan pemikir Islam, sebab dengan demikian (tanpa nahi munkar) Islam seperti agama Hindu, hanya menyeru kebaikan, tanpa mau mencegah kemunkaran.

Keempat, Jamaah Tabligh memisahkan antara agama dan politik. Setiap anggota tidak berhak mengkaji politik atau terjun ke dalam urusan yang berhubungan dengan pemerintahan. Sebab menurut Jamaah Tabligh politik praktis hanya akan membawa kepada perpecahan.

Konsep Khuruj

Salah satu ciri khas gerakan Jamaah Tabligh adalah adanya konsep khuruj (keluar untuk berdakwah). Dalam konsepsi Jamaah Tabligh, seseorang akan dianggap sebagai pengikut Jamaah Tabligh, jika sudah turut serta dalam khuruj. Sebab khuruj bagi Jamaah Tabligh merupakan sebuah kewajiban.

Konsep khuruj yang dibangun Jamaah Tabligh berdasarkan landasan teologis pimpinan Jamaah Tabligh. Landasan hukum khuruj bagi jamaah tabligh berdasarkan ayat-ayat al-Qur’an (Al-Imran : 104 dan Al-Imran :110).

Begitu juga dengan hadist, khuruj didasarkan pada satu hadits Nabi yang berbunyi "apabila ummatku di akhir zaman mengorbankan 1/10 waktunya di jalan Allah, akan diselamatkan." Maka setiap hari mereka juga harus menyisakan 2,5 jam waktu mereka untuk berdakwah. Yang lebih menekankan kepada aspek pembinaan suluk/akhlak, ibadah-ibadah tertentu seperti dzikir, zuhud, dan sabar.

Penafsiran akan arti khuruj yang dimaksud oleh ayat di atas, berdasarkan mimpi pendiri Jama’ah Tabligh ini, yakni Maulana Ilyas Al-Kandahlawi, yang bermimpi tentang tafsir Al-Qur’an Surat Ali Imran 110 yang berbunyi : “Kuntum khoiru ummatin ukhrijat linnasi …” menurutnya kata ukhrijat dengan makna keluar untuk mengadakan perjalanan (siyahah).

Konsep khuruj dalam aplikasinya terdiri dari tiga tahap;
• 3 hari dalam sebulan
• 40 hari dalam setahun
• 4 bulan sekali dalam hidup

Dalam khuruj yang dilakukan, tempat dan target dakwah sudah ditentukan. Biasanya mereka yang khuruj berkelompok terdiri dari 5-10 orang. Mereka biasanya diseleksi oleh anggota syura Jamaah Tabligh siapa saja yang layak untuk khuruj. Mereka yang khuruj dikirim ke berbagai kampung yang telah ditentukan. Di kampung tempat berdakwah, para Jamaah Tabligh ini, menjadikan masjid sebagai base camp. Kemudian mereka berpencar ke rumah-rumah penduduk untuk mengajak masyarakat lokal untuk menghadiri pertemuan di masjid dan mereka akan menyampaikan pesan-pesan keagamaan.

Konteks Politik

Apabila mencermati ajaran dan metode dakwahnya, JT memang tetap setia dengan pendekatan non-politik. Pendekatan ini telah sukses menarik kalangan non-muslim maupun muslim yang kurang taat untuk menjaid muslim shaleh.

Namun, JT sesungguhnya tidak pernah menarik garis tegas dengan gerakan-gerakan Islam radikal. Oleh karena itu, politisasi JT selalu terjadi. Hal ini ditunjang oleh metode pembinaan pasca tabligh yang lemah, menjadikan massa penganut JT mudah dimanfaatkan oleh kelompok-kelompok Islam lainnya.

Inilah yang terjadi di Pakistan. Konstituen JT yang meluas pada akhirnya dimanfaatkan oleh beragam kekuatan. Presiden Pakistan, Mohammad Rafique Tarar dan Perdana Menteri Pakistan, Nawaz Sharif, adalah tokoh penting yang pernah memfasilitasi perkembangan JT di Pakistan. Sayangnya, JT juga pernah terlibat usaha kudeta militer di Pakistan pada tahun 1995. Di samping itu, beberapa anggotanya juga terlibat dalam organisasi Harakat ul-Mujahideen, sebuah kelompok Islam garis keras di Pakistan.

Sekarang ini bahkan diyakini bahwa sebagian besar pendukung Taliban di Afganistan, juga merupakan konstituen JT.

Jaringan Jamaah Tabligh

Pengikut Jamaah Tabligh tersebar di lima benua terdiri dari 215 negara. Adapun pusat Jamaah Tabligh berada di perkampungan Nidzammudin, Delhi, India. Mereka memiliki masjid sebagai pusat tabligh yang dikelilingi oleh 4 kuburan wali. Dari Niszamudin inilah gerakan Jamaah Tabligh dikendalikan.

Meski pusat gerakan di India, namun negara lainnya seperti Banglades dan Pakistan tidak kurang pentingnya dalam gerakan Jamaah Tabligh. Sehingga poros India-Pakistan-Bangladesh, menjadi semacam base camp bagi para aktivis jamaah tabligh. Setiap orang disarankan meluangkan empat bulan khuruj-nya ke tiga negara di Asia Selatan tersebut. Sebab ketiga negara tersebut, India-Pakistan-Bangladesh bisa diibaratkan sebagai centre of excellence sebagaimana Universitas Al-Azhar, Madinah, Harvard, Oxford, atau MIT bagi ilmu-ilmu.

Pentingnya ketiga tempat ini, terlihat dari antusiasnya anggota jamaah Tabligh dalam menghadiri acara ijtima’ yang diadakan setiap tahun. Pada tahun 1998 telah diadakan konferensi internasional tahunan di Raiwind dekat Lahore dan di Tongi dekat Dhaka, Banglades, yang telah dihadiri lebih dari satu juta kaum muslimin dari 94 negara. Konferensi internasional Jamaah Tabligh tahunan ini merupakan berkumpulnya umat Islam terbesar kedua setelah haji di Mekkah, 'the second biggest muslims gathering after hajj'.

Konferensi internasional tahunan jamaah tabligh ini juga diadakan di Amerika Utara dan Eropa. Konferensi tersebut bisa mendatangkan 10.000 muslim, dari seluruh negara-negara di Amerika Utara dan Eropa, mungkin salah satu perkumpulan terbesar muslim di Barat.

Untuk mengadakan acara Internasional tersebut atau ijtima’ dana didapatkan dari para donatur jamaah tabligh. Para donatur tersebut pada umumnya adalah para pedagang yang juga anggota jamaah tabligh. Para donatur menyumbang seikhlasnya, namun karena pada umumnya para donatur adalah wiraswastawan, maka kebutuhan untuk ijtima’ selalu tertutupi.

Dalam menjalankan organisasi jamaah tabligh, mempunyai beberapa kantor perwakilan yang menjadi koordinator dakwah disetiap wilayah. Seperti disebutkan di atas kantor utama Jamaah Tabligh, yang dikenal dengan nama Markaz di Nizamudin, New Delhi, India. Kantor utama di Eropa adalah di Dewsbury, Inggris. Asia Timur berpusat di Jakarta, Indonesia. Untuk Afrika berpusat di Derbun, Afrika Selatan.

Meski tersebar di berbagai negara dan memiliki anggota ratusan ribu, namun jamaah tabligh secara administratif tidak mencatat setiap anggotanya. Keanggotaan lebih ditentukan melalui ikatan emosional. Keanggotaan terkontrol bila ada acara-acara ritual mingguan, bulanan atau ketika khuruj. Demikian juga dengan struktur organisasi, nyaris dibilang tak mempunyai struktur, yang ada hanya amir dan para pembantunya yang tidak terstruktur.

Jamaah Tabligh di Indonesia

Jamaah Tabligh di Indonesia meski tak sepopuler organisasi masyarakat seperti Muhammadiyah atau NU, namun Jamaah Tabligh terbilang mempunyai anggota yang cukup banyak. Anggota Jamaah Tabligh di Indonesia sangat bervariasi, mulai dari artis sampai dengan tentara, kalangan profesional dll. Pusat markaz jamaah tabligh di Indonesia berada di Jakarta, khususnya di masjid Masjid Kebon Jeruk di Jl Hayam Wuruk, Jakarta Kota.

Di masjid yang sudah berusia lebih dua abad ini, kita akan menjumpai ratusan jamaah yang hampir seluruhnya berjenggot. Mereka juga menggunakan surban, pakaian takwa dan peci putih, yang biasa dipakai umat Islam di Indonesia. Tapi kita juga akan mendapati jamaah yang memakai surban dengan baju panjang sampai lutut, untaian tasbih atau tongkat di tangan, janggut berjenggot, dahi hitam, dan aroma minyak cendana, khas jamaah dari Asia Timur.

Pada acara ijtima’ internasional rombongan jamaah tabligh dari Indonesiapun turut hadir. Rombongan dari Indonesia datang berasal dari berbagai profesi, antara lain pimpinan pondok pesantren, pengusaha muda, eksekutif muda, artis, pedagang kaki lima, pegawai negeri, dan bupati. Artis Gito Rollies adalah salah seorang di antaranya. Acara ijtima’ untuk skala Indonesia juga pernah dilakukan di Medan, Lampung, dan Jakarta.

Acara ijtima’ jamaah tabligh untuk skala Asia Tenggara, baru-baru ini (2004) dilakukan di di Pondok Pesantren (Ponpes) Al-Fatah Desa Temboro, Kecamatan Keras, Magetan. Acara yang dihadiri oleh sekitar 20.000 anggota Jamaah Tabligh -- ini terbilang istimewa, sebab calon wakil presiden Yusuf Kalla turut hadir dalam acara pembukaan tersebut. Acara ijtima’ ini merupakan awal dari acara khuruj yang menjadi program Jamaah Tabligh.

Sebanyak 20.000 anggota Jamaah Tabligh siap khuruj ke berbagai pelosok di Indonesia. Anggota jamaah sebanyak 20.000 orang – yang juga dihadiri, dari negera-negara ASEAN, Saudi Arabia, Pakistan, India dan beberapa negara muslim lainnya -- tersebut akan dipecah dalam rombongan, masing-masing rombongan terdiri atas 7 hingga 12 orang. Tempat yang akan dikunjungi Papua, Maluku, Sulawesi, Kalimantan dan Sumatera. Mereka semua dibekali dengan surat jalan dan identitas diri. Kemudian setelah tiba di tempat yang dituju, mereka harus melapor ke pihak keamanan.

Jumlah Anggota

Jumlah anggota Jamaah Tabligh dibagi pada tiga kategori. Pertama, anggota aktif, yang dimaksud dengan anggota aktif, adalah mereka yang selalu berdakwah (membaca Riyadhus Shalihin atau kitab yang dijadikan referensi oleh Jamaah Tabligh, setelah shalat dhuhur atau Asar di berbagai masjid) dan juga pada umumnya anggota aktif selalu memakai pakaian yang dianggap sunnah seperti pakaian putih dengan sorban dan berjenggot dan juga selalu rutin menghadiri pengajian mingguan setiap Jum’at malam. Jumlah anggota aktif ini tidak terlalu banyak ada sekitar 7.500 orang diseluruh Indonesia. Jumlah anggota aktif ini juga terkait dengan pekerjaan, pada umumnya anggota aktif adalah para pedagang atau wiraswastawan.

Kategori kedua adalah anggota yang setengah aktif, mereka adalah anggota Jamaah Tabligh yang kadang-kadang mau berdakwah (membaca Riyadhus Shalihin atau kitab yang dijadikan referensi oleh Jamaah Tabligh, setelah shalat dhuhur atau Asar di berbagai masjid), mereka juga kadang-kadang memakai pakaian putih dan sorban dan juga kadang-kadang mengahadiri pengajian Jum’at malam. Jumlah anggota kategori kedua ada sekitar 10.000 orang di seluruh Indonesia. Anggota kategori kedua, pada umumnya menjadi pegawai, sehingga mempunyai waktu yang terbatas.

Kategori ketiga, anggota tidak aktif atau masih pada tahap belajar. Karakter anggota ini, tidak pernah mau berdakwah kecuali kalau diajak oleh anggota aktif. Pada umumnya belum begitu paham dasar-dasar Islam. Tidak pernah berpakaian putih (gamis) dan bersorban dan pada umumnya malu kalau menyatakan diri sebagai anggota Jamaah Tabligh. Keterkaitannya dengan Jamaah Tabligh jika diajak khuruj dan mempunyai waktu mereka pada umumnya ikut serta khuruj. Kategori ketiga tidak mempunyai kaitan dengan status pekerjaan. Jumlah anggota non aktif ini sekitar 15.000 orang.

* Wakil ketua umum PBNU

sumber : nu.or.id

optimislah bershalawat

Optimislah Bersholawat!
Oleh: H Muhammad Kanzul Firdaus*

Setiap orang memiliki asumsi pribadi dalam memandang fenomena sholawat yang belakangan disebut sebagai budaya populer di kalangan santri. Ada yang berasumsi sebagai keberhasilan tarbiyah karena tertanamnya benih-benih kecintaan kepada Baginda Rasulullah SAW. Ada juga yang berasumsi,fenomena ini tak lebih dari gejala dinamis anak baru gede,yang dikaitkan dengan kaidah fiqh:irtikabu akhaffi dlororoin (Mengambil yang paling ringan risikonya-dari pada suka boy band, girl band, dangdut, pop, punk rock, dan sebagainya).

Semua bebas berasumsi dengan hujjahnya masing-masing selama masih dalam batas normal,tidak sampai mengendorkan semangat dan keoptimisan para pelantun sholawat. Jangan sampai orang enggan bersholawat dan tidak optimis meraih keberkahan bacaan sholawat hanya karena tidak tahu maknanya, tidak bisa menghayati artinya, dan berbagai alasan tidak subtansial lainnya. Karena bagaimanapun juga proses menjadikan manusia, dalam hal ini santri, untuk jatuh cinta sedalam-dalamnya kepada Baginda Rasulullah SAW itu lebih penting dan paling subtansial untuk dapat diterima, daripada mengoreksi haliyah para pelantun sholawat tanpa kontribusi aktif memberikan solusi yang membangun.

Keistimewaan Sholawat

Sayyid Hazim bin Zain al’asyiqin menyampaikan sebuah hadits tentang keistimewaan sholawat dalam kitabnya Miftahus Sa’adah,”Sebagian shohabat bertanya kepada Rosuullah SAW,”Yaa Rosuulullah, Allah bersholawat 10 kali kepada orang yang bersholawat kepada paduka 1 kali. Apakah itu khusus bagi orang yang bersholawat dengan kehadiran hati? Rasulullah menjawab,”tidak! bahkan itu bagi setiap orang yang bersholawat kepadaku dalam keadaan lalai (tidak disertai kehadiran hati), dan selain itu Allah akan memberinya pahala sebanyak gunung-gunung, para malaikatpun akan memohonkan ampunan baginya. Adapun bagi orang yang hatinya hadir dalam bersholawat kepadaku, maka tidak ada yang tahu kadar itu selain Allah.” Imam Ahlussunnah Abad 21, Al Muhaddits Sayyid Muhammad bin Alawi al Maliki dalam karyanya Labbaikallahumma Labbaik, menilai hadits tersebut shohih dalam periwayatannya.

Lebih ekstrim lagi tentang keistimewaan sholawat seperti disampaikan Syaikh Yusuf An Nabhani dalam Afdlolush Sholawat ‘ala Sayyidis Saadaat bahwa Imam Asy Syathibi dan As Sanusi memastikan adanya pahala yang diterima si pembaca sholawat meskipun dengan maksud pamer.

Lebih serius mengenai keistimewaan sholawat, Syaikh Ahmad Asrori al Ishaqi dalam risalahnya Al Muntakhobat, mengungkapkan mayoritas imam-imam thoriqah yang menjadi panutan menegaskan bahwa menyibukkan jiwa dengan bersholawat kepada Nabi SAW adalah penyebab terbukanya mata hati hamba yang paling besar dan menduduki tempatnya guru pembimbing sehingga,banyak sekali orang yang berma’rifat billah dengan perantara sholawat, padahal mereka tidak mempunyai guru pebimmbing. Hal ini seperti juga diungkapkan al Fasi dalam syarah ad Dalail. Tentunya ini hanya sebagian kecil dari sekian juta fadhilah sholawat, mengingat sangat istimewanya Rasuulullah SAW di hadapan Allah SWT.

Kontroversi Seputar Sholawat

Tidak luar biasa dan tidak sangat istimewa jika sholawat dan haliyah-haliyah pengamalannya tidak menimbulkan kontroversi. Mulai dari shighotnya, hingga cara membacanya. Semua laris dikritik, bahkan di ”keluarkan” dari pakem ‘aqidatuna ahlussunnah waljama’ah.

Kontroversi pertama tentang puja-puji kepada Rasuulullah SAW. Banyak shighot sholawat yang terkesan oleh sebagian kalangan sangat kebablasan dalam mengungkap pujian terhadap Nabi SAW. Diantaranya tentang kontroversi kaburnya pemahaman tentang konsep Nur Muhammad sebagai nuqthotitta’yini dan ashlattakwiini.

Dalam dunia kritik, teori yang mengatakan bahwa Nabi SAW adalah “asal” ataupun “alasan penciptaan” dan Nabi SAW sebagai “titik penentuan”, disimpulkan sebagai teori kelewat batas. Bahkan ada pula yang mengkritik hal ini sebagai langkah tasyabbuh pada kaum Nasrani yang melebih-lebihkan dalam memuji hingga pada puncaknya menuhankan Nabi Isa AS. Padahal sangat jelas bahwa antara pengagungan dan penuhanan adalah dua hal yang sangat jauh berbeda (Sayyid Muhammad al Maliki, dalam Mafahim Yajibu An Tushohhaha).

Ada segudang ulama yang menggunakan dan meyakini teori “kelewat batas” ini. Diantaranya al Barzanji pengarang Maulid Barzanji. Habib Umar bin Hafidz pengarang maulid kontemporer Dliyaul Lami’ dan juga Habib Ali Al Habsyi, shohibul maulid Simtudduror. Dalam Barzanji diungkapkan Huwa akhirul anbiyaa-i bi shirotihi wa awwaluhum bima’nah (Beliau adalah nabi terakhir dalam wujud, namun nabi pertama secara maknawi). Sedangkan Habib Umar dalam Dliyaul Lami’ menyitir hadits tentang dialog Nabi SAW dengan seseorang, ”Sejak kapankah kenabianmu?” Beliau bersabda,”Kenabianku sejak Adam masih berupa air dan tanah.”

Habib Ali al Habsyi dalam Simthudduror mengutip hadits Abdurrozaq dari Jabir bin Abdullah al Anshori bahwasannya ia pernah bertanya,”Demi ayah dan ibuku yaa Rosuulallah,beritahukanlah kepadaku tentang sesuatu yang pertama diciptakan Allah sebelum yang lain. ”Maka jawab Rasuulullah ”Wahai Jabir, sesungguhnya Allah telah menciptakan Nur nabimu, Muhammad dari Nur-Nya sebelum menciptakan yang lain.” Syaikh Ahmad Asrori al Ishaqi dalam Al Muntakhobat memaparkan hadits Jabir ini dengan lengkap, disertai syarah dari para ulama salaf, mentahqiqnya dan menyimpulkannya.

Beliau Al-Ishaqi, menyimpulkan bahwa Nabi SAW benar-benar makhluk yang pertama kali diciptakan Allah dan dengan perantara dan sababiah Beliau Nabi SAW terciptalah semua makhluk seluruh alam. Jadi jelaslah bukan sebuah kesalahan, kekeliruan, bahkan kesesatan tentang ungkapan nuqthotitta’yini dan ashlattakwini ada di belantika dunia Islam, khususnya jagad persholawatan. Jika masih ditanyakan apakah jika Nabi SAW tidak diciptakan maka alam dan seluruh makhluk tidak akan diciptakan oleh Allah? Ini jelas bukan pertanyaan yang bijak. Sebab dari hadits Abdurrozaq tadi telah jelas tercatat, asal komponen dari seluruh makhluk yang awal dan yang akhir adalah Nur Muhammad SAW.

Kotroversi ketiga mengenai cap Syi’ah pada potongan syair Barzanji, masyariqul amjad yaa Rasuulallah dan syair sholawat: bi Rosuulillahi wal badawi. Jika memang benar dikatakan hal ini syiah dari segi kecondongan syairnya yang cenderung mengarah pada pemujian terhadap ahlul bait dan keturunannya, pertanyaannya sekarang ialah,apakah ahlul bait dan keturunannya hanya milik orang syi’ah? Apakah hanya para Syi’i yang berhak memuji ahlul bait dan keturunannya? Padahal sudah sangat jelaslah antara kita dan syiah berbeda dalam segala hal, dan tidak pernah ada kesepakatan bersama antara kita dan syiah untuk menyamakan ideologi dan amaliyah. Dan kenapa lantas menjadi sebuah keharusan jika nama atau pujian pada ahlul bait atau keturunanya terdengar lalu disimpulkan bahwa itu pasti syiah? Ini jelas sebuah kecerobohan. Bukankah Allah sendiri memuliakan ahlul bait (QS.Al Ahzab:33)? Nabi SAW juga memuliakan ahlul bait dan keturunannya dengan sabda-Nya,"Khoirukum khoirukum li ahly min ba’dy"' (yang terbaik diantara kalian ialah yang terbaik perlakuannya terhadap ahlul baitku sesudahku). Apalagi kita, hamba-Nya dan ummat-Nya!

Kontroversi keempat adalah jika dikatakan oleh sebagian kalangan bahwa NU merupakan Syiah secara kultur, tentu hal ini keliru, dan sangat ceroboh. Jika dikatakan pembacaan maulid al Barzanji yang menjadi kebiasaan warga NU dicap sebagai dalil pembenar asusmsi terserbut. Tentu ini adalah sebuah sabotase kultural yang ada di tubuh NU. Kepada seluruh warga NU hendaknya berfikir jernih dan jangan mudah terpancing dengan isu ini. Sekalipun ini didengungkan oleh “Pembesar” NU, warga NU harus tetap kukuh memegang teguh aqidah dan syariah aswajanya.

Pertanyaan mendasar yang perlu bersama kita pahami adalah, apakah ada korelasi antara pemahaman orang berpengaruh di NU di tahun 2010 ini dengan kepribadian NU secara hakiki? Mana yang lebih identik dengan NU, antara qonun asasi, khutbah iftitah Hadlratusysyaikh Hasyim Asy’ari, para pendiri NU, dengan yang selain itu, ya katakanlah para “pembesar” NU kini? Ibaratnya jika di zaman sekarang ada seorang kiai yang terjerat skandal korupsi, apakah lantas sebuah tindakan yang benar jika yang disalahkan adalah agama Islam (agama yang didakwahkan oleh kiai tersebut)? Kiai koruptor adalah oknum, tidak berkorelasi positif dengan Islam.Yang benar, al Qur’an dan Sunnahlah sebagai sumber hukum Islam,adalah satu-satunya yang bisa diidentikan dengan Islam, bukan kiai, ustadz, santri, dan sebagainya. Apakah ada dalam al Quran dan sunnah ajaran tentang korupsi? Demikian halnya dengan NU. Bukan Ketua Umum tanfidziyah PBNU yang identik dengan NU, tetapi Qonun Asasi, khutbah iftitah Hadlratussyaikh Hasyim Asy’ari,dan para pencetus dan pendiri NU lah yang identik dengan NU. Dan perlu digaris bawahi, bahwa Hadlrotusysyaikh sendiri sebagai pilar identitas NU, dalam khutbah iftitahnya dengan tegas melarang warga NU berafiliasi dengan firqah di luar Asy’ariah Maturidiyah, termasuk dalam hal ini syiah zaidiyah (yang pelanggarannya relatif ringan),apalagi syiah-syiah yang lain. Justru orang-orang yang mendengung-dengungkan fitnah ini di kalangan NU perlu dipertanyakan kembali ke NU-annya. Jangan-jangan benar bahwa hal ini didengungkan oleh importir Syiah di tubuh NU?

Kontroversi kelima mengenai ungkapan cinta Rosul para pelantun sholawat, apakah benar-benar implementatif? Jangan-jangan hanya klaim sepihak dan tidak terbukti di kehidupan nyata karena para pelantunnya sendiri jauh dari akhlak dan haliyah Nabi SAW?

Mendifinisikan cinta dalam prespektif keulamaaan,patut kiranya jika kita mengutip pendapat Syaikh Said Romadlon al Buthi, ulama besar Sunni abad ini. Menurut beliau, cinta adalah kebergantungan hati kepada sesuatu sehingga menyebabkan kenyamanan di hati saat berada di dekatnya atau perasaan gelisah saat berada jauh darinya. (Abd Karim Mushthofa: 2010). Dari definisi tersebut pantaslah kiranya kalau saya katakan bahwa satu diantara dua hal yang paling subtansial dalam bersholawat adalah menggugah rasa cinta yang tulus kepada Nabi SAW. Hal subtansial lain yang paling utama dan yang harus disepakati tiada lain yakni penghambaan diri kepada Allah SWT dalam mengikuti perintah-Nya bersholawat atas Nabi SAW (QS.Al Ahzab:). Jadi,dalam bersholawat yang tanpa tahu artinya pun tentu semua orang dapat menilai bahwa itu sudah merupakan pengejawantahan cinta terhadap-Nya, sebab telah mencakup esensi “kerelaan” untuk bersholawat mengikuti perintah Allah SWT. (Abd Karim Mustofa: 2010). Belum lagi pembacaan sholawat yang sampai membuat ketagihan untuk terus melantunkannya lagi, lagi, dan lagi seperti “budaya populer santri” belakangan ini, bukankah bentuk implementasi dari ungkapan kerinduan untuk terus mendawamkan bacaan sholawat?

Satu lagi soal cinta mencintai, Ibnu Hajar al Asqolani dalam Fathul Bari memaparkan penjelasan dari hadits kisah seorang badui yang menanyakan perihal datangnya kiamat kepada Baginda Nabi SAW. Alkisah,suatu saat seorang lelaki badui mendatangai Nabi SAW dan menanyakan datangnya kiamat.Nabi SAW pun balik bertanya, apa yang sebenarnya telah dipersiapkan untuk mengahadapi kiamat. Mendengar tanggapan Nabi SAW tersebut, si badui menjelaskan bahwa ia tidak mempersiapkan apapun termasuk amalan ibadah sunnah dan sebagainya, namun yang menjadi persiapannya untuk percaya diri menghadapi kiamat hanyalah cinta, cinta kepada Nabi SAW. Mendengar jawaban badui tersebut, Nabi SAW menegaskan kepadanya bahwa kelak ia akan bersama orang yang dicintainya. Dalam mensyarahi hadits shohih ini, al Asqolani menyatakan bahwa hasrat cinta si badui tersebut hanya terbatas pada rasa saja, tidak sampai pada derajat cinta dengan pembuktian nyata berupa pelaksanaan amaliyah fi’liyah. Subhaanalla, begitu mulianya Nabi SAW di hadapan Allah hingga perasaan cinta yang sebatas pekerjaan hati saja merupakan amalan mulia yang insyaaAllah berbalas mulia pula. Bisa disimpulkan disini bahwa rasa cinta kepada Nabi SAW bisa ditunjukkan dengan apapun bentuknya, bahkan tak mengecualikan pembacaan sholawat yang tak mengerti arti dan maksud sekalipun. Bahkan ketidak hadiran hati saat bersholawat pun telah ditegaskan dalam hadits sebelumnya masih bisa dijadikan wasilah mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Maka, Jangan terburu-buru mengklaim para pelantun sholawat yang “tidak implementatif” dengan ungkapan cinta Rasulnya sebagai golongan orang-orang munafiq. Memang benarlah jika ada ulama yang mengatakan ketidaksesuaian ungkapan cinta kepada Nabi SAW dengan haliyah keseharian kita adalah bagian dari kemunafikan. Namun perlu diteliti lebih mendalam, apakah benar maksud ulama tentang fatwa munafik berlaku bagi pelanggar yang tidak bisa secara maksimal melaksanakan sunnah-sunnah-Nya ataukah berlaku umum, bagi semuanya baik pelanggar ringan maupun berat, yang maksimal dan tidak bisa maksimal sekalipun? Lantas, apa bedanya derajat kenabian dengan manusia biasa? Adakah orang yang bisa secara maksimal 100 persen bisa melaksanakan sunnah-sunnah-Nya? Kita perlu juga menyadari bahwa kita adalah manusia yang melekat pada sifat-sifat kebasyariyahan manusia dalam kehidupan sehari-hari. Ini perlu dicermati agar orang tidak phobia Optimislah Bersholawat!

Muhasabah

Bukan hal yang aneh jika amaliyah kaum nahdliyin laris kritik.Dari beragamnya amaliyah tersebut memang sangat patut dikritik sedalam-dalamnya karena dilihat dari perkembangannya banyak mengalami penyimpangan syariat dari yang ringan hingga yang mengarah pada kesyirikan. Namun perlu dipahami bahwa kaum nahdliyin sebagian adalah kaum awam yang maish labil dalam soal aqidah dan syari’atnya. Demikian juga dengan para santri pemula yang ada di pondok-pondok pesantren. Merekalah yang menurut saya adalah para mukallaf yang masih berjiwa mu’allaf. Masih kendo, masih dinamis, gampang ceklek, belum bisa dibebani dengan pemikiran-pemikiran berat, apalagi yang berhubungan dengan ranah aqidah dan syari’ah. Belum waktunya para santri pemula itu dibebani dengan hukum-hukum dari kitab-kitab "cap macan". Masih perlu dirangkul dengan pendekatan kejiwaan yang halus untuk berprosesnya menuju subtansi pemahaman dan pengamalan yang terbaik.


*Penulis adalah Santri Asrama Mahasiswa dan Takhashush Ponpes Nurul Ummah Kotagede Yogyakarta

sumber : nu.or.id

resistensi masjid tak perlu reaksioner

Resistensi Masjid Tak Perlu Reaksioner

Menghadapi penetrasi ideologi salafi dan wahabi ke dalam masjid, masyarakat Nahdliyin dihimbau untuk lebih arif dalam bersikap. Langkah-langkah yang terlalu reaksioner dinilai akan berakibat kondisi rentan konflik dan solusi dakwah menjadi tidak produktif.

Dari data yang dihimpun Pengurus Pusat Lembaga Takmir Masjid Nahdlatul Ulama (LTM NU), masih ditemukan sikap sejumlah pengelola masjid yang terlalu emosional dalam melakukan resistensi. Hal ini tampak misalnya dari jawaban peserta Rapat Pimpinan Nasional LTM NU di Medan, 2-3 Maret dalam lembar pertanyaan yang dibagikan panitia tentang solusi resistensi masjid.

“Jawaban mereka masih banyak yang reaksioner. Misalnya “dilarang masuk”, “usir saja”, dan macam-macam,” kata Sekretaris PP LTMNU K Ibnu Hazen kepada NU Online, (15/3).

Menurut Ibnu, jawaban atas solusi ini harusnya tidak harus demikian. Sebab, masih banyak alternatif sikap yang lebih bijak dan produktif. Pendekatan personal dan dialog secara baik-baik akan dapat lebih mengena tanpa menimbulkan gesekan sosial yang berarti.

“Seharusnya sikapnya jangan seperti itu. Masih banyak pendekatan lain yang lebih baik dari sekadar mengusir atau reaksi emosional lainnya,” tandasnya.

Redaktur: Mukafi Niam
Penulis : Mahbib Khoiron

sumber : nu.or.id

ancaman gerakan wahabi arab saudi (muhammad bin abdul wahab)

Ancaman Gerakan Salafi Wahabi
Oleh: Al-Faqir Muhammad Alim Kahfi*


Rasulullah Saw. Berdiri diatas mimbar dan bersabda, “Disanalah daerah berbagai fitnah,” seraya beliau menunjuk ke timur Madinah (Najd), “dari sana timbul pongkol setan,” atau nabi bersabda, “tanduk setan”. (HR. Bukhari, Ahmad, dan Tirmidzi, dengan lafal darinya, dia mengatakan hadis ini Hasan Shahih).

Belakangan ini banyak bermunculan gerakan yang mengatasnamakan Islam. Salah satunya gerakan yang mempunyai misi memurnikan ajaran tauhid. Mereka mulai gencar melakukan ekspansi gerakannya dari berbagai lini dan berbagai macam strategi, baik melalui organisasi di sekolah, organisasi kampus, sampai pada organisasi masyarakat (Ormas) Islam di Indonesia. Gerakan mereka juga tidak luput dari pertarungan politik pemerintah, ekonomi, sosial dan kebudayaan masyarakat Indonesia. Mereka juga melakukan dakwah dari musholla ke musholla, dari masjid ke masjid, dan dari rumah ke rumah.

Kondisi umat Islam di Indonesia sekarang ini semakin kompleks, seiring dengan kompleksnya pemahaman-pemahaman yang di ajarkan oleh berbagai macam golongan dengan kepentingan masing-masing. Peran media saat ini menjadi sentral penanaman pengetahuan dan informasi yang begitu cepat; baik media tulis, cetak, maupun gambar. Menanggapi munculnya gerakan Salafi yang kian hari semakin marak diperbincangkan dan dibahas, seseorang yang mengaku dirinya bernama “Syaikh Idahram” menulis tiga buku yang berisi sejarah, gugatan, penyimpangan, kekejaman, dan sebagainya yang dilakukan oleh kelompok Salafi-Wahabi. Buku trilogi yang dibuat oleh Syaikh Idahram ini berjudul: Sejarah Berdarah Sekte Salafi Wahabi, Mereka Memalsukan Kitab-KItab Karya Ulama Klasik, dan Ulama Sejagat Menggugat Salafi Wahabi. Buku trilogi Syaikh Idahram ini menjadi buku-buku “Best Seller” yang laku keras dijual dipasaran.

Banyak kemungkinan yang terjadi mengapa buku-buku ini menjadi best seller dan sangat ramai diperbincangkan. Pertama, selama ini umat Islam di Indonesia sangat dibingungkan dengan gerakan-gerakan yang mengatasnamakan dirinya sebagai kelompok salafi, sehingga seolah-olah buku trilogi ini menjadi obat bagi umat yang merasa bingung dan merasa perlu kejelasan tentang kelompok salafi. Kedua, mereka umat Islam dari kelompok salafi sendiri penasaran dengan kelompok yang diikutinya sehingga mereka penasaran pula dengan buku trilogi ini. Ketiga, banyak orang yang merasa tertarik untuk membacanya dengan melihat ketiga judul buku trilogi ini yang memang menggunakan kata-kata yang sangat menarik, atraktif dan bombastis.

Siapa Kelompok Salafi Wahabi

Kelompok wahabi ini membawa misi memurnikan ajaran tauhid dari kemusyrikan, khurafat, bid’ah, menyembah makam-makam (kuburan), dan lain sebagainya. Kelompok ini muncul pertama kali di daerah Najd, Saudi Arabia yang dibawa oleh seseorang yang bernama Muhammad ibnu Abdul Wahab dari keluarga yang bermadzhab hambali. Ayahnya yang bernama Abdul Wahab ibnu Sulaiman ini adalah seorang Qadhi (hakim) yang terkemuka pada masa itu. Kemudian seiring dengan tumbuh dewasanya Muhammad ibnu Abdul Wahab, muncul ajaran baru yang sama sekali bertentangan dan tidak sesuai dengan paham yang diajarkan baik oleh ayahnya maupun oleh masyayikh sekitar Najd saat itu yang notabene bermadzhab hambali. Bahkan kakaknya sendiri yang bernama Sulaiman ibnu Abdul Wahab menganggap ajaran yang dibawa oleh adiknya tersebut adalah ajaran yang nyeleneh. Kakaknya Sulaiman juga menulis dua buku berisi keritikan yang sangat pedas kepada ajaran yang dibawakan oleh adiknya Muhammad ibnu abdul Wahab. Ini merupakan bukti bahwa ajaran yang dibawa oleh Muhammad ibnu Abdul Wahab memang penuh dengan kontroversi dari mulai munculnya hingga sekarang ini.

Mereka merubah nama kelompoknya menjadi kelompok Salafi dalam rangka strategi dakwah agar mudah diterima oleh masyarakat Indonesia. Salafi disini berbeda dengan istilah penamaan golongan tiga massa setelah Nabi Muhammad, yang sering kita kenal dengan golongan as-Salafu as-Sholih (ulama-ulama salaf) yaitu mereka kelompok para sahabat, tabi’in, dan tabi’at-tabi’in, karena jelas massa kemunculan golongan salafi ini jauh dari ketiga massa Salafuna as-Sholih. Pada dasarnya baik salafi maupun wahabi adalah sama, mereka sama-sama mengikuti ajaran yang dibawa oleh Muhammad ibnu Abdul Wahab ibnu Sulaiman an-Najdi yang membawa misi memurnikan tauhid. Alhasil, kita akan menyebut golongan mereka dengan sebutan kelompok Salafi-Wahabi.

Bahkan Prof. Dr. Said Ramadhan al-Buthi dalam bukunya As-salafiyah Marhalah Zamaniyah Mubarakah La Madzhab Islami yang penulis kutip dari salah satu bukunya Syaikh Idahram, mengatakan bahwa wahabi mengubah strategi dakwahnya dengan berganti nama menjadi “salafi” karena mengalami banyak kegagalan dan merasa tersudut dengan panggilan nama Wahabi yang dinisbatkan kepada pendirinya, yakni Muhammad ibnu abdul Wahab. Maka dari itu ada sebagian kaum yang menyebut mereka dengan sebutan Salafi Palsu atau Mutamaslif.

Ajaran mereka sebagian besarnya merujuk pada tokoh-tokoh yang memang kontroversial, seperti: Ibnu Taimiyah, Ibnu Abdul Wahab, Nashirudin al-Albani, Ibnu Utsaimin, Ibnu Baz, dan lain-lain baik dalam pendapat masalah akidah, manhaj, perilaku, maupun sikap. Sehingga dampaknya sering terjadi perpecahan, permusuhan, kedengkian, saling mengkafirkan, menjatuhkan, bahkan saling membunuh diantara umat Islam sendiri yang tidak sepaham dengan mereka. Dalam bukunya Syaikh idahram dengan jelas digambarkan betapa kejinya perlakuan mereka terhadap umat Islam sendiri, mereka membantai, membunuh ribuan umat Islam di Karbala, Thaif, Makkah, Madinah, Kuwait, bahkan mereka membakar kitab orang-orang Sunni yang tidak sepaham dengan mereka, menghancurkan makam-makam sahabat, dan kekejaman-kekejaman lain dengan dalih mengatasnamakan jihad.

Counter dan Kritikan Buku Trilogi

Pertarungan ideologi wahabi semakin menarik ketika terbitnya buku yang ditulis oleh AM. Waskito yang berjudul “Bersikap Adil Kepada Wahabi”. Buku ini sengaja ditulis dalam rangka meng counter buku trilogi yang ditulis oleh Syaikh Idahram. Buku ini pula yang menganggap bahwa buku trilogi yang ditulis oleh Syaikh Idahram merupakan buku propaganda yang berisi fitnah-fitnah besar untuk mengadu domba dan melemahkan umat Islam.

Dituliskan dalam buku ini bahwa buku trilogi nya Syaikh Idahram termasuk karya yang banyak ditemukan modus kecurangan, diantaranya adalah terdapat kecurangan dalam referensi karena ada beberapa catatan kaki yang ditulis namun tidak dicantumkan dalam daftar pustaka, kemudian kecurangan dalam memaknai teks, kecurangan dalam menggunakan sistematika ilmiah, dan lain sebagainya. Karena buku trilogi Syaikh Idahram ini dianggap sebagai buku yang sengaja ditulis diatas kepentingan suatu kelompok.

Bagaimana Sikap Kita

Dalam buku trilogi yang ditulis oleh Syaikh Idahram pada dasarnya sudah sangat jelas dan gamblang siapa sebenarnya gerakan Salafi-Wahabi itu. Bahkan referensi yang digunakan juga sangat lengkap dan sangat objektif. Idahram tidak saja menggunakan referensi dari buku-buku yang Kontra dengan Wahabi, bahkan dia juga menggunakan buku-buku yang Pro dengan Wahabi. Bahkan ada beberapa pendapat dari orang-orang mantan pengikut Wahabi.

Berbeda jika kita membaca buku yang ditulis oleh AM. Waskito, karena justru kita akan merasakan sebuah kedengkian dan sebuah karya yang justru sangat subyektif. Hal itu tertbukti sebagian besar tulisannya hanya berisi kritikan terhadap buku trilogi yang ditulis oleh Syaikh Idahram. Tingkat akurasinya juga kurang, karena referensi yang digunakan justru hanya diambil dari buku-buku yang memang ditulis oleh orang-orang Wahabi sendiri. Penjelasan tentang kebenaran Wahabi berdasarkan dalil maupun hujjah yang digunakan untuk menguatkan golongan mereka justru tidak kita temukan disana, bahkan hampir tidak ada samasekali.

Menanggapi aliran Salafi-Wahabi dan gerakannya di Indonesia, kaum Nahdliyin harus lebih hati-hati dan lebih membentengi keyakinan kita masing-masing dengan tidak mudah terpengaruh oleh rayuan dan ajakan yang terlihat dari luar mungkin menarik. Karena gerakan mereka terlihat sangat halus melalui penampilan mereka yang terlihat sangat meyakinkan. Hal itu mereka lakukan karena memang gerakan Wahabi di luar Indonesia dikenal sangat keras, dan sangat kejam. Untuk mengelabui dan agar mudah diterima akhirnya mereka merubah strategi gerakannya dengan gerakan yang sangat halus, bahkan merubah namanya menjadi kelompok Salafi yang pada dasarnya keyakinan dan ajaran mereka sama dengan ajaran Wahabi.

Adanya perbedaan pendapat dalam tubuh umat Islam itu adalah wajar, karena perbedaan pada dasarnya adalah sebuah karunia dan rahmat dari Allah SWT. Artinya masih ada umat Islam yang mau berfikir dan mau mengajak kebaikan kepada orang lain. Namun perlu kita ingat pula bahwa perbedaan pendapat disini bukan berarti kita harus melakukan tindakan kekerasan apalagi saling membunuh sesama umat Islam karena beda keyakinan, madzhab, manhaj, maupun beda dalam imam yang diikutinya (taqlid).

* Penulis adalah santri Ponpes Nurul Ummah Kotagede Yogyakarta

sumber : nu.or.id