Sunday, August 3, 2014

abraham samad dan godaan kekuasaan

Abraham Samad dan Godaan Kekuasaan


Pro dan kontra tentang perlu tidaknya Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Abraham Samad masuk kabinet, menyeruak ke ruang publik. Hal itu menjadi indikasi adanya gesekan kepentingan dalam konteks pemberantasan korupsi di negeri ini.

Abraham sudah mengisyaratkan hendak menyelesaikan tugasnya di KPK terlebih dahulu mengingat, jabatannya selaku pimpinan komisi anti korupsi itu baru berakhir pada 2015. Ia mengaku masih berkonsentrasi menyelesaikan kasus-kasus besar.

Asal tahu saja, di kalangan elite politik Jakarta, Abraham Samad disebut-sebut sebagai ‘rudal tanpa kendali’ yang bisa menyasar siapa saja pelaku korupsi di negeri ini. Apakah itu presiden, wakil presiden, dan atau pejabat tinggi negara lainnya, bisa ditekuk KPK tanpa pandang bulu. Abraham juga dinilai sulit disetir atau dikendalikan istana sekalipun. Maka, pujian publik pun mengalir kepadanya.

Dalam kaitan ini, masuk akal kalau para penggiat antikorupsi di Tanah Air menghimbau Ketua KPK Abraham Samad untuk menolak jika ditawari masuk dalam kabinet pemerintahan pemenang Pemilihan Presiden 2014.

Abraham Samad selama ini selalu menyatakan tekadnya untuk memberantas praktik korupsi di Indonesia. Tekad itu berhasil diwujudkan dengan membongkar berbagai praktik korupsi yang melibatkan pejabat tinggi dan tokoh-tokoh penting di Indonesia.

Kalau Abraham Samad menjadi menteri dalam kabinet baru nanti, dipastikan tidak akan bisa lagi mewujudkan tekadnya tersebut, karena tidak memiliki kewenangan konstitusional untuk memberantas korupsi. Bahkan KPK diprediksi bakal lesu darah.

Malahan, aktivis antikorupsi di Bengkulu yang juga Ketua Pusat Kajian Anti Korupsi (Puskaki), Melyan Sori menyebutkan jika Ketua KPK Abraham samad menerima pinangan kabinet Jokowi-JK untuk menjadi menteri maka dapat menimbulkan fitnah.

Melyan yakin, akan muncul fitnah baru terhadap Abraham Samad, Jokowi, dan KPK sendiri jika Abraham ditarik ke kabinet. Ini merujuk pada berkembangnya isu dugaan pengadaan bus TransJakarta yang sempat menyebut-nyebut nama Joko Widodo selaku Gubernur DKI Jakarta.

Sekali lagi, Abraham Samad adalah ‘rudal tanpa kendali’ sehingga tanpa pandang bulu bisa menembak siapa saja pelaku korupsi. Para analis bahkan khawatir bahwa godaan kekuasaan untuk menariknya menjadi menteri adalah salah satu cara untuk melumpuhkan KPK. “KPK dikhawatirkan lumpuh kalau Abraham masuk kabinet,” kata analis politik Cherry Augusta MA, yang kini mahasiswa PhD di Kings College, University of London.

Abraham Samad adalah sosok pelopor anti-KKN yang sangat setuju jika pelaku tindak pidana korupsi dihukum mati. Menurutnya, hukuman mati untuk pelaku tindak pidana korupsi sudah diterapkan di sejumlah negara demi efek jera.

Maka, Abraham diharapkan tak masuk kabinet dan terus membasmi korupsi di negeri ini. Bukankah Abraham pernah berhujah, kalau pun bukan bersumpah, bahwa pihaknya bakal menegakkan keadilan dan hukum secara benar, sekalipun langit runtuh? [berbagai sumber/ inilah.com]

Baca juga :
berita-berita tahun 2014

No comments: